Kereta rel listrik BN-Holec
Kereta rel listrik INKA seri EA101, atau yang lebih dikenal sebagai KRL BN-Holec adalah kereta rel listrik non-AC buatan Indonesia yang pernah beroperasi di lintas KRL Jabodetabek. KRL ini diproduksi oleh PT INKA Madiun dan bekerja sama dengan La Brugeoise et Nivelles (BN)-Bombardier serta Brush HMA (HOLEC) Ridderkerk.NV. KRL ini paling bermasalah sepanjang operasionalnya, tetapi demikian KRL ini memiliki teknologi penggerak Variable Voltage Variable Frequency–Thyristor Gate Turn-Off (VVVF-GTO) serta penggerak traksi tipe: DMKT 52/24.[1] KRL ini dibangun pada tahun 1994 (24 unit, 6 set), 1996 (24 unit, 6 set), 1997 (28 unit, 7 set), 1998 (20 unit, 5 set), 1999 (16 unit, 4 set), 2000 (8 unit, 2 set), dan terakhir tahun 2001 (8 unit, 2 set). KRL ini adalah satu-satunya KRL non AC yang masih beroperasi sampai saat ini sebagai KRL Holec AC (sementara KRL ini tidak beroperasi hingga waktu yang tidak diketahui), karena KRL non-AC lainnya telah dirucat di Purwakarta. SejarahKarier Kedinasan (1994-2013)Pada tahun 1994, PT INKA di Madiun mendapat pesanan KRL ini dari Departemen Perhubungan Indonesia (Dephub, nama Kemenhub pada masa itu), dan awalnya KRL ini dibangun pada tahun 1994 (24 unit, 6 set), 1996 (24 unit, 6 set), 1997 (28 unit, 7 set), 1998 (20 unit, 5 set), 1999 (16 unit, 4 set), 2000 (8 unit, 2 set), dan tahun 2001 (8 unit, 2 set). KRL ini sejak awal dinasnya sudah menjadi kereta kelas ekonomi (KL3) meskipun sebagian rangkaian keluaran tahun 1994 ada yang dioperasikan sebagai kereta kelas bisnis. Sejak tahun 2000, secara bertahap KRL ini menjadi kelas ekonomi seluruhnya hingga akhir masa dinasnya. KRL Holec terkenal sebagai KRL yang kontroversial karena kurang andalnya. Karena spesifikasinya yang terlalu canggih untuk lintas Jabodetabek, dikarenakan kereta ini menggunakan arus AC bukan DC. Akibatnya harus dipasang inverter Tegangan DC ke AC, KRL ini sering mengalami masalah karena sering mogok dan masalah lainnya. Dari seluruh rangkaian KRL ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari/langka (pabriknya sudah lama tutup atau mengalami merger), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban (overload), salah satu penyebabnya (yang juga dialami oleh semua jenis KRL ekonomi sejak era 1990-an hingga 2013) adalah akibat maraknya penumpang yang naik di atap kereta atau bergelantungan di pintu, sehingga banyak KRL Holec yang rusak, lalu mangkrak di Balai Yasa Manggarai. Apalagi, KRL ini sering dioperasikan di Jalur Serpong dan Tangerang yang sistem kelistrikannya tidak cocok dengan KRL ini (terdapat blankspot akibat perbedaan pembuat jaringan listrik aliran atas (LAA)) sehingga membuat KRL ini banyak yang rusak dan akhirnya mangkrak. Sepanjang KRL ini beroperasi, KRL ini terus menyusut jumlahnya, terutama sejak pertengahan dekade 2000-an, hingga akhirnya tersisa 6 set (24 unit) yang beroperasi sebelum ditarik dari peredaran dan ikut dirucat di Purwakarta bersama sisa KRL Rheostatik. LiveryKRL ini pada awalnya menggunakan warna biru di wajah KRL, dengan bagian bulat yang mengelilingi kaca depan dicat warna hitam. Garis di body samping KRL berwarna biru muda-putih-biru tua, yang menandakan bahwa KRL ini adalah KRL kelas bisnis (KL2). Pada KRL BN-Holec yang diproduksi kurang lebih tahun 1996 ke atas, garis di bodi samping KRL sudah ada berwarna merah-putih-biru, yang menandakan bahwa KRL ini adalah kelas ekonomi (KL3), karena sebagian KRL ini saat mulai berdinas sudah menjadi kelas ekonomi (KL3). Sejak KRL ini turun kelas menjadi kelas ekonomi (KL3), livery biru ini tetap dipertahankan namun dengan garis di bodi samping KRL seluruhnya disamakan menjadi warna merah-putih-biru pada seluruh armada KRL BN-Holec yang ada. Terdapat logo Perumka (sekarang PT KAI) di antara pintu kabin masinis dan pintu penumpang paling depan sejak awal hingga akhir KRL ini beroperasi, dan logo Kemenhub di bagian depan sampai perubahan livery menjadi merah-kuning. Pasca pemeliharaan akhir (PA), wajah KRL dicat dengan warna orange dan bagian bulat yang mengelilingi kaca depan dicat warna putih. Garis di body samping KRL berwarna orange-kuning, agar semakin terlihat bahwa KRL ini adalah kelas ekonomi. Livery ini bertahan lama, dan pada livery selanjutnya (yang merupakan livery terakhir hingga akhir masa dinasnya), tidak banyak terjadi perubahan, hanya bagian yang berwarna orange diubah menjadi warna merah dan bagian bulat yang mengelilingi kaca depan dicat warna kuning. Rehabilitasi KRL BN-HolecPensiun dini tak membuat KRL BN-Holec kehilangan fungsi. Sebanyak 50 unit dari total 128 unit yang pernah diproduksi ini dikonversi menjadi KRDE yang dioperasikan di luar Jakarta, seperti Baraya Geulis, Prambanan Ekspres, Sriwedari, C-KRDE Kaligung, dll. Ada pula 24 unit yang dikonversi menjadi KRL Holec AC yang sudah beroperasi sejak Mei 2014 lalu, (sementara KRL ini masih disimpan di pabrik PT INKA untuk dijadikan kereta emergency penanganan Covid-19). Sisanya disimpan di Balai Yasa Manggarai, tetapi akhirnya rangkaian yang lama mangkrak di Balai Yasa Manggarai ikut dibawa juga ke Purwakarta, untuk mengosongkan tempat di Balai Yasa. Pada akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019, KRL BN-Holec yang ditumpuk di Purwakarta dirucat seluruhnya. Galeri
Referensi
Pranala luar
|