Ilyas
Ilyas (bahasa Arab: إلياس, translit. Ilyās) adalah seorang tokoh dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Dia adalah seorang nabi Bani Israil yang menentang penyembahan berhala bernama Ba'al. Tokoh ini disebut Elia dalam Yahudi dan Kristen. Etimologi
Ayat
KisahNama Ilyas disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak tiga kali[a] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Ash-Shaffat (37): 123-132. Ia adalah seorang nabi dan rasul. Dalam Tanakh dan Alkitab, Ilyas disebut Elia dalam Yahudi dan Kristen disebutkan dalam Raja-Raja (M'lakhim). Latar belakangAlkitab menyebutkan bahwa setelah Sulaiman meninggal, takhta Kerajaan Israel diwariskan kepada Rehabeam. Namun suku-suku Bani Israil di sisi utara menolak kepemimpinan Rehabeam dan memilih Yerobeam bin Nebat dari suku Efraim bin Yusuf sebagai raja mereka. Kerajaan Bani Israil di sisi utara ini adalah Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama yang wilayahnya mencakup keseluruhan wilayah suku-suku Bani Israil. Suku Yehuda dan Benyamin tetap setia pada Rehabeam dan keturunannya dan kerajaan mereka adalah Kerajaan Yehuda.[1] Raja keenam Samaria, Omri, melanjutkan kebijakan pendahulunya untuk mengalihkan pusat keagamaan Bani Israil dari Yerusalem yang dikuasai Kerajaan Yehuda, membangun rumah ibadah sendiri untuk pengurbanan di Kerajaan Samaria, dan mengizinkan atau mendorong pembangunan kuil untuk pemujaan Ba'al, salah satu dewa penting dalam agama Kan'an kuno.[2][3] Omri juga menciptakan kestabilan politik dengan menikahkan putra dan pewarisnya, Ahab, dengan Izebel yang merupakan putri Ithobaal I, Raja Tirus yang menguasai seluruh kawasan Fenisia.[4] Saat masa kekuasaan Ahab, dibangunlah kuil untuk pemujaan Ba'al dan Permaisuri Izebel membawa rombongan besar para imam (pendeta) dan nabi pemuja Dewa Ba'al dan Dewi Asyera ke Kerajaan Samaria.[5] Ilyas hidup di Kerajaan Samaria[6] sekitar abad ke-9 SM pada masa kekuasaan Ahab dan kedua penerusnya, Ahazia dan Yoram. Alkitab tidak menyebutkan silsilahnya dan hanya menyatakan bahwa dia berasal dari Tisbe di kawasan Gilead.[7] Aggadah menyebutkan beberapa pendapat mengenai asal-usul Ilyas: dari suku Gad,[8] dari suku Benyamin dan dipandang orang yang sama yang disebutkan dalam kitab Tawarikh,[9] atau seorang imam. Sebagian ulama Muslim menyebutkan bahwa silsilah Ilyas adalah Ilyas bin Yasin bin Fanahas, sebagian berpendapat Ilyas bin Azir. Kedua versi silsilah tersebut berujung pada Eleazar bin Harun.[10] Alkitab menyebutkan bahwa pada masa itu, Bani Israil telah melupakan perjanjian untuk menaati hukum Allah. Mereka bahkan membunuh para nabi dan hanya Ilyas yang tersisa.[11] DakwahDalam QS.As-Saffat: 123-132, Al-Qur'an tidak banyak menyebutkan kisah Nabi Ilyas. Dia menyeru kaumnya dan mempertanyakan alasan mereka tidak bertakwa dan justru menyembah Ba'al, meninggalkan Allah, Tuhan mereka dan nenek moyang mereka.[12] Alkitab menjelaskan bahwa Ilyas berdoa tidak akan ada hujan turun, kecuali dia mendoakan sebaliknya[7] sehingga Kerajaan Samaria mengalami kekeringan. Pada tahun ketiga kemarau, Ilyas mendatangi dan menghardik Ahab lantaran penyembahannya kepada Ba'al. Ilyas juga meminta Ahab mengumpulkan para pendeta Ba'al di Gunung Karmel. Dia dan mereka akan bersama-sama mempersembahkan kurban lembu jantan pada sesembahan masing-masing. Kurban yang disambar api menunjukkan bahwa sesembahannyalah yang merupakan tuhan sejati. Setelah meletakkan daging kurban di atas kayu, para imam Ba'al berdoa dengan keras dan menari sampai lama sekali, hasilnya tidak ada yang terjadi. Ilyas meletakkan kurbannya di atas kayu, bahkan menuangkan air di atasnya hingga membasahi daging dan kayu, sampai parit di sekitar altar dipenuhi air. Setelah Ilyas berdoa, turun api dari langit dan membakar habis daging kurban Ilyas dan kayu-kayunya, bahkan menjilat habis air di parit. Rakyat yang melihat itu langsung mengikuti Ilyas dan mereka kemudian menangkapi para imam Ba'al tersebut dan membunuh mereka. Setelah itu, hujan turun sangat deras dan kemarau berakhir.[13] Izebel yang mendengar peristiwa tersebut dari suaminya kemudian berusaha membunuh Ilyas, kemudian Ilyas pergi bersama pelayannya ke Yehuda.[14] AhaziaAlkitab menyebutkan bahwa setelah Raja Ahazia bin Ahab terluka parah karena jatuh dari serambi atas istananya, dia mengutus orang untuk menanyakan kesembuhannya pada Baal-Zebub, dewa kota Ekron di Filistin. Di tengah perjalanan, utusan tersebut bertemu dan dicela Ilyas lantaran dia hendak meminta petunjuk pada dewa bangsa Filistin, bukannya meminta petunjuk Allah. Ilyas juga mengatakan kalau Ahazia akan mati. Setelah utusan tersebut kembali pada Ahazia dan memberitahukan perkataan Ilyas, Ahazia memerintahkan sekelompok prajurit menangkap Ilyas. Saat kelompok prajurit pertama melihat Ilyas yang berada di atas bukit, pemimpin mereka memerintahkannya turun, tetapi api turun dari langit dan membakar mereka semua. Kelompok prajurit kedua datang dan mereka mengalami nasib yang sama dengan kelompok sebelumnya. Saat kelompok prajurit ketiga diutus, pemimpin mereka naik ke bukit dan berlutut di depan Ilyas, meminta dirinya dan anak buahnya dikasihani. Ilyas kemudian bersedia ikut mereka menghadap Ahazia. Setelah menghadap Ahazia secara langsung, Ilyas mengatakan bahwa Ahazia tidak akan sembuh dan akan meninggal. Ahazia kemudian meninggal sebagaimana yang dikatakan Ilyas. Lantaran tidak meninggalkan putra, takhta Kerajaan Samaria diwariskan kepada saudara Ahazia, Yoram.[15] Diangkat ke langitAl-Qur'an tidak menceritakan kematian Ilyas. Dalam Kitab 2 Raja-raja, catatan mengenai kehidupan Ilyas diakhiri dengan pengangkatannya ke langit. Disebutkan bahwa Ilyas berjalan didampingi Ilyasa'. Saat tiba di tepi Sungai Yordan, Ilyas melepas jubahnya dan memukulkannya ke air, maka air sungai tersebut terbelah dua dan mereka menyeberang sungai lewat jalur kering di tengahnya. Setelah beberapa saat, muncul kereta berapi yang ditarik oleh kuda berapi memisahkan mereka berdua, membawa Ilyas ke langit dalam angin puyuh. Ilyasa' kemudian melanjutkan peran Ilyas sebagai nabi Bani Israil.[16] KedudukanAgama samawi menghormati sosok Ilyas sebagai nabi dan rasul. Sosoknya juga dikaitkan dengan hal-hal mistik dalam beberapa tradisi. IslamIlyas dipandang sebagai seorang nabi dan rasul.[17] Sebagaimana para rasul lain, seruan dakwahnya sarat dengan pesan untuk mengesakan Allah.[18] Bersama para nabi yang lain, Ilyas disebut dalam Al-Qur'an sebagai sosok yang diberi petunjuk, orang yang saleh, dan dilebihkan derajatnya.[19] Beberapa penafsir Al-Qur'an awal menyatakan bahwa Ilyas berdakwah di kota Baalbek atau Ba'labak.[20] Para ulama modern menolak pendapat tersebut, menyebutkan bahwa Ilyas dikaitkan dengan Baalbek di masa lalu lantaran awalan nama kota tersebut adalah Ba'al, nama dewa yang Ilyas perintahkan kaumnya untuk jangan disembah. Lebih lanjut, kota Baalbek juga tidak disebutkan dalam kisah Ilyas di Al-Qur'an maupun Alkitab.[21] Di luar sumber Al-Qur'an, Ilyas juga dikaitkan dengan hal-hal mistik. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada setiap tahun saat ibadah haji, Ilyas bertemu Khidir, tokoh mistik lain dalam literatur Islam. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Ilyas juga pernah bertemu Muhammad di luar Makkah dan bersama-sama menyantap hidangan dari langit.[22] Ada kepercayaan di sebagian kalangan Muslim bahwa ada empat orang nabi yang masih hidup sampai sekarang: dua hidup di bumi dan dua di langit. Dua nabi yang ada di bumi yang dimaksud adalah Khidir dan Ilyas, sementara dua yang ada di langit adalah Idris dan Isa.[23] IdrisSebagian ulama berpendapat bahwa sosok bernama Idris yang disebutkan dalam Al-Qur'an merupakan nama lain Ilyas. Dalam berbagai literatur Islam kerap disebutkan bahwa Idris adalah nabi sebelum Nuh dan merupakan leluhur Nuh. Al-Qur'an sendiri hanya menyebutkan nama Idris tanpa menceritakan kisah dan latar belakangnya, dan keterangan bahwa Idris adalah leluhur Nuh tidak berasal dari Al-Qur'an maupun hadits, tetapi pendapat ulama. Beberapa ulama modern mengkritik pendapat tersebut lantaran tidak adanya dasar yang kuat.[24] Al-Bukhari menuturkan, diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu 'Abbas bahwa Ilyas itu adalah Idris. Pendapat ini berpijak dari hadits isra' mi'raj. Nabi Muhammad bertemu beberapa nabi saat diangkat ke langit. Adam dan Ibrahim menyapa Muhammad dengan panggilan "anakku yang shalih", sedangkan Yusuf, Idris, dan Harun menyapa "saudaraku yang shalih." Jika Idris adalah leluhur Nuh, berarti dia juga leluhur Muhammad dan harusnya dia menyapa Muhammad dengan "anakku" sebagaimana Adam dan Ibrahim, bukan "saudara".[25] KristenTradisi Kristen menyebutkan bahwa Ilyas hadir bersama Musa saat Yesus (Isa) dan ketiga muridnya sedang berada di gunung.[26][27][28] Peristiwa ini dikenal dengan Transfigurasi Kristus. Dalam Kristen Barat, Ilyas diagungkan sebagai santo dan perayaan liturginya dirayakan pada tanggal 20 Juli oleh Gereja Katolik Roma[29] dan Gereja Lutheran – Sinode Missouri. Katolik percaya bahwa Ilyas tidak menikah dan hidup selibat.[30] Di Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-Gereja Katolik Timur yang mengikuti Ritus Bizantin, peringatan Ilyas dirayakan pada tanggal yang sama (pada abad ke-21, Kalender Julian 20 Juli sesuai dengan Kalender Gregorian 2 Agustus). Dia sangat dihormati di kalangan Ortodoks sebagai model kehidupan kontemplatif. Dia juga diperingati dalam kalender liturgi Ortodoks pada hari Minggu para Bapa Suci (hari Minggu sebelum Kelahiran Tuhan). Ilyas telah dihormati sebagai santo pelindung Bosnia dan Herzegovina sejak 26 Agustus 1752, menggantikan Georgius dari Lydda atas permintaan Uskup Pavao Dragičević. Alasan penggantian tidak jelas, mungkin karena Ilyas sama-sama dihormati oleh tiga kelompok agama utama di Bosnia dan Herzegovina — Katolik, Muslim, dan Kristen Ortodoks.[31] Paus Benediktus XIV dikatakan telah menyetujui permintaan Uskup Dragičević dengan pernyataan bahwa negara liar pantas mendapat pelindung liar.[32] YahudiIlyas dipandang sebagai nabi dan kerap disebut "Eliyahu ha-nabi'" (Nabi Elia). Dia merupakan sosok yang diagungkan dalam legenda Yahudi melebihi tokoh kitab suci yang lain. Dalam literatur Talmud disebutkan bahwa Ilyas akan mengunjungi para rabi untuk membantu memecahkan hukum yang sangat sulit. Ketika berhadapan dengan rekonsiliasi hukum atau ritual yang saling bertentangan, para rabi akan mengesampingkan keputusan "sampai Ilyas datang."[33] Disebutkan bahwa Ilyas juga hadir pada tiap upacara khitan (brit milah) dan di sana disediakan sebuah kursi khusus untuknya. Tradisi Rabi menyatakan bahwa Allah mengharuskan Ilyas hadir dalam upacara tersebut lantaran dia menuduh Bani Israil gagal memegang perjanjian dengan Allah.[34][35] Dia juga disebutkan menemui beberapa rabi yang hidup berbeda zaman, seperti Eleazar bin Simeon (hidup pada abad ke-2 M).[36] dan Yosua bin Levi (hidup pada abad ke-3 M).[37] Dalam midras disebutkan bahwa Ilyas termasuk salah satu dari delapan orang yang masuk surga dalam keadaan hidup.[38] Bangsa Yahudi percaya bahwa Ilyas akan datang kembali sebelum munculnya mesias.[39] Tradisi Kabbalah menyebutkan bahwa Ilyas adalah malaikat yang berwujud manusia,[40] sehingga tidak memiliki orang tua maupun keturunan.[41] PaganSejak abad kelima, Ilyas kerap dikaitkan dengan Helios, dewa dan personifikasi matahari dalam agama Yunani kuno. Selain kemiripan kedua nama tersebut dalam bahasa Yunani post-klasik, Ilyas yang menaiki kereta kuda berapi sebagaimana yang digambarkan dalam Alkitab juga mirip dengan Helios yang menunggang kereta matahari di langit. Kurban Ilyas yang disambar api dari langit juga dihubungkan dengan matahari yang menghangatkan bumi.[42] Di zaman modern, banyak cerita rakyat Yunani yang menghubungkan Ilyas dengan matahari.[43] Di Yunani, kapel dan biara yang didedikasikan untuk Nabi Ilyas (Προφήτης Ηλίας) sering ditemukan di puncak gunung, sering dinamai menurut namanya. Sebagian berpendapat bahwa hal ini karena Ilyas dikaitkan dengan Helios yang memiliki tempat pemujaan di puncak gunung.[44] Namun pendapat ini ditolak pihak lain lantaran hanya sedikit tempat suci Helios di puncak gunung. Selain itu, pemujaan matahari telah digantikan dengan Dewa Apollo pada zaman Kristen, sehingga menghubungkan Ilyas dan puncak gunung dengan Helios adalah tidak benar.[45] Keterkaitan Ilyas dengan puncak gunung tampaknya berasal dari tradisi yang berbeda. Sosok Ilyas mengambil sifat-sifat yang dikaitkan dengan Dewa Zeus, utamanya perihal gunung dan kekuatannya atas cuaca. Kemenangan Ilyas atas para imam Ba'al terjadi di gunung. Ilyas juga menghentikan hujan selama tiga tahun.[46] Ilyas juga dikaitkan dengan dewa-dewa petir dalam kepercayaan tradisional Eropa. Para misionaris yang mengkristenkan bangsa Slavia mendapati Ilyas memiliki kesamaan dengan Perun, dewa petir dan langit bangsa Slavia. Dalam banyak negara Slavia, Ilyas disebut dengan "Ilyas Sang Petir" (Ilija Gromovnik).[47][48][49] Dalam cerita rakyat Estonia, Ilyas dianggap sebagai penerus Ukko, dewa langit, cuaca, dan petir.[50] Lihat pulaCatatan
Referensi
Daftar pustaka
|