Fujifilm
Fujifilm Holdings Corporation (富士フイルム株式会社 , Fujifuirumu Kabushiki-kaisha), berbisnis dengan nama Fujifilm, atau hanya Fuji, adalah sebuah konglomerat multinasional yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang. Perusahaan ini berbisnis di bidang fotografi, optik, perlengkapan kantor dan elektronik medis,[2][3][4] bioteknologi,[5][6] serta bahan kimia.[7][8] Produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang memulai sejarahnya sebagai sebuah produsen film gulung ini meliputi solusi dokumen, peralatan diagnostik dan pencitraan medis, kosmetik, obat farmasi, pengobatan regeneratif, sel punca, manufaktur biofarmasi, penyimpanan data pita magnetik, film optis untuk tampilan panel datar, perangkat optis, mesin fotokopi dan pencetak, kamera digital, film berwarna, kertas berwarna, photofinishing, serta peralatan dan bahan seni grafis.[2][4][9][10][11] Agen tunggal dan distributor Fujifilm di Indonesia sejak bulan September 2011 adalah PT Fujifilm Indonesia. Sedangkan distributor Fujifilm di Indonesia sebelum tahun 2011 adalah PT Modern Internasional Tbk (dahulu PT Modern Photo Film Company) yang didirikan pada tahun 1971. SejarahAbad ke-20Fuji Photo Film Co., Ltd. didirikan pada tahun 1934 sebagai anak usaha dari Daicel untuk memproduksi film gulung. Dalam waktu 10 tahun kemudian, perusahaan ini telah memproduksi film gulung, film gambar bergerak, dan film X-ray. Pada dekade 1940-an, Fuji Photo berekspansi ke pasar perlengkapan, lensa, dan kaca optis. Pasca Perang Dunia II, Fuji Photo berekspansi ke pasar bahan magnetik, pencitraan elektronik, percetakan, dan kesehatan (diagnosis X-ray). Pada tahun 1962, Fuji Photo dan Rank Xerox asal Britania Raya (kini Xerox Limited) membentuk sebuah joint venture yang diberi nama Fuji Xerox. Mulai pertengahan dekade 1950-an, Fuji Photo mempercepat pendirian basis penjualan di luar Jepang. Pada dekade 1980-an, Fuji Photo mengembangkan aktivitas produksinya ke luar Jepang. Sementara itu, Fuji Photo juga mengembangkan teknologi digital untuk bisnisnya yang terkait dengan foto, kesehatan, dan percetakan. Sebagai hasilnya, perusahaan ini menciptakan radiografi terkomputasi, yang memecahkan sejumlah masalah dari radiografi tradisional, sehingga menurunkan eksposur radiasi terhadap teknisi dan pasien. Sistem Fujifilm dipasarkan dan dijual dengan merek FCR.[12] Seperti Eastman Kodak yang mendominasi di Amerika Serikat, Fuji Photo juga hampir memonopoli pasar film kamera di Jepang. Dengan menjadi salah satu sponsor dari Olimpiade Los Angeles 1984, menawarkan film kamera yang lebih murah, dan mendirikan sebuah pabrik film di Amerika Serikat, Fuji kemudian berhasil menguasai cukup banyak pangsa pasar di Amerika Serikat, sementara Kodak masih agak kesulitan untuk menjual produknya di Jepang. Pada bulan Mei 1995, Kodak mengajukan petisi kepada Departemen Perdagangan Amerika Serikat sesuai pasal 301 dari Undang-Undang Perdagangan dengan argumen bahwa penjualannya yang buruk di Jepang disebabkan oleh praktek tidak adil yang dilakukan oleh Fuji. Petisi tersebut kemudian diajukan oleh Amerika Serikat ke World Trade Organization (WTO). Pada tanggal 30 Januari 1998, WTO mengumumkan bahwa mereka menolak petisi dari Kodak tersebut.[13][14] Abad ke-21Pada awal abad ke-21, teknologi digital berkembang pesat, dan permintaan film gulung menurun seiring dengan makin populernya kamera digital. Oleh karena itu, Fuji Photo pun mengadakan reformasi manajemen yang bertujuan untuk mentransformasi struktur bisnisnya. Bahkan sejak dekade 1980-an, perusahaan ini telah menduga peralihan dari film ke digital, sehingga "perusahaan ini mengembangkan tiga strategi, yakni mengumpulkan uang sebanyak mungkin dari bisnis film, untuk menyiapkan peralihan ke digital dan mengembangkan lini bisnis baru." Walaupun Fuji Photo dan Kodak sama-sama menyadari peralihan tersebut, Fuji Photo lebih sukses beralih[13] daripada Eastman Kodak (yang akhirnya mengajukan kebangkrutan pada bulan Januari 2012). Upaya diversifikasi Fuji Photo juga sukses, sementara Kodak gagal. Lebih lanjut, Kodak tetap membangun bisnis kamera digital yang besar, namun kurang menguntungkan, karena kesulitan bersaing dengan kamera ponsel cerdas.[13] Pada bulan Maret 2006, Noritsu dan Fuji mengumumkan sebuah aliansi strategis di mana Noritsu akan memproduksi semua perangkat keras photofinishing Fuji, seperti minilab. Walaupun begitu, keduanya tetap memproduksi perangkat lunak photofinishing secara sendiri-sendiri.[15] Pada tanggal 19 September 2006, Fujifilm mengumumkan rencananya untuk mendirikan sebuah perusahaan induk yang diberi nama Fujifilm Holdings Corp. Fujifilm dan Fuji Xerox akan menjadi anak usaha dari perusahaan induk tersebut. Perwakilan dari perusahaan ini juga mengkonfirmasi komitmennya terhadap film, walaupun hanya menyumbang 3% dari total penjualannya.[16] Pada tanggal 31 Januari 2018, Fujifilm mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi 50,1% saham Xerox dengan harga US$6,1 milyar. Xerox rencananya akan digabung ke dalam Fuji Xerox.[17][18][19] Akuisisi tersebut lalu dibatalkan setelah adanya intervensi dari investor aktivis Carl Icahn dan Darwin Deason.[20] Pada akhir tahun 2019, Fujifilm mengumumkan bahwa mereka mengakuisisi 25% saham Fuji Xerox yang dipegang oleh Xerox.[21] Pada bulan Desember 2019, Fujifilm mengakuisisi bisnis pencitraan diagnostik dari Hitachi dengan harga US$1,63 milyar.[3] Di tengah pandemi COVID-19, salah satu obat Fujifilm Toyama Chemical, yakni favipiravir, yang secara komersial diberi nama Avigan, dipertimbangkan sebagai obat untuk virus tersebut,[8][22] setelah disetujui oleh otoritas di Tiongkok, Rusia, dan Indonesia pada bulan Juni 2020. Pada bulan Juni 2020, Fujifilm mengumumkan investasi sebesar US$928 juta pada sebuah fasilitas produksi biofarmasi di Denmark, yang baru saja diakuisisi dari Biogen dengan harga sekitar US$890 juta, untuk menggandakan kapasitas produksinya.[23] Pada akhir bulan Juni 2020, Fujifilm memamerkan sebuah tape cartridge berbahan strontium ferrite yang dapat menyimpan hingga 400TB.[24] Anak usahaFuji Xerox dulu adalah sebuah joint venture antara Fujifilm dan Xerox Corporation asal Amerika Utara. Setelah keduanya mengakhiri kemitraannya pada tahun 2019, Fuji Xerox pun menjadi anak usaha Fujifilm. Pada bulan Januari 2020, Fuji Xerox mengumumkan bahwa mereka akan mengubah namanya menjadi Fujifilm Business Innovation mulai tanggal 1 April 2021.[25] Pada bulan Maret 2005, Fujifilm membeli Sericol Ltd., sebuah produsen tinta cetak asal Britania Raya yang fokus pada teknologi percetakan digital, web sempit, dan layar.[26] Fujifilm de México adalah anak usaha Fujifilm di Meksiko yang menjual produk Fujifilm sejak tahun 1934 dan diakui sebagai salah satu The Best Mexican Companies (Las Mejores Empresas Mexicanas) mulai tahun 2012 hingga 2015. Penghargaan tersebut dipromosikan oleh Banamex, Deloitte México, dan Tecnológico de Monterrey.[27] Fujifilm juga aktif di bidang farmasi dan produksi kontrak[28] melalui anak usahanya, seperti Fujifilm Toyama Chemical, Fujifilm Diosynth Biotechnologies, dsb. Hingga bulan Juli 2020, Fujifilm Group memiliki dua perusahaan, yang memiliki lebih dari 300 anak usaha, serta tiga "perusahaan layanan bersama".[29] Berikut ini struktur sederhana dari Fujifilm:[30]
ProdukReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Fujifilm.
|