Itochu Corporation (伊藤忠商事株式会社code: ja is deprecated , Itōchū Shōji Kabushiki-gaisha, dikenal sebagai C. Itoh & Co. hingga tahun 1992) adalah sebuah perusahaan asal Jepang yang berkantor pusat di Umeda, Kita-ku, Osaka dan Aoyama, Minato, Tokyo.
Itochu adalah salah satu sogo shosha (perusahaan perdagangan umum) terbesar di Jepang. Berbeda dengan sogo shosha yang lain, perusahaan ini tidak diturunkan dari zaibatsu manapun, namun menjadi besar berkat kekuatan dari bisnis tekstil dan kesuksesan bisnisnya di Tiongkok.[1] Perusahaan ini memiliki tujuh divisi operasional besar yang masing-masing fokus pada bisnis tekstil, logam/mineral, makanan, permesinan, energi/kimia, produk umum/lahan yasan, dan TIK/keuangan.[2] Itochu menempati peringkat ke-72 dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2020, dengan pendapatan tahunan sebesar US$100 milyar.[3]
Itochu menjadi salah satu tempat kerja paling populer bagi lulusan universitas terkemuka di Jepang selama lebih dari 30 tahun terakhir, karena tingginya gaji yang ditawarkan, serta stabilitas dan keberagaman kesempatan yang tersedia untuk pegawai.[4] Pada tahun 2019 dan 2020, Itochu pun disebut sebagai tempat kerja paling populer bagi lulusan perguruan tinggi di Jepang.[5]
Sejarah
Pra-perang
Itochu memulai sejarahnya pada tahun 1858, tidak lama setelah pembukaan Jepang terhadap perdagangan luar negeri, saat Chubei Itoh (伊藤 忠兵衛code: ja is deprecated , Itō Chūbei) mulai berjualan linen dari pintu ke pintu di wilayah antara Osaka dan Kyushu. Pada tahun 1872, Itoh mendirikan toko tirai "Benichu" di Honmachi, Osaka. Pada tahun 1884, nama toko tersebut diubah menjadi "Itoh Honten", dan pada tahun 1893, nama toko tersebut kembali diubah menjadi Itoh Thread and Yarn Store. Pada tahun 1914, nama toko tersebut kembali diubah menjadi "C. Itoh & Co.".[6]
Pada tahun 1903, Chubei Itoh II mengambil alih perusahaan ini setelah ayahnya meninggal. Pada dekade 1890-an, perusahaan ini membuka kantor di Shanghai, dan pada tahun 1905, perusahaan ini mulai berbisnis di Seoul, namun cukup kesulitan menjual produknya. Pada tahun 1910, Itoh pergi ke London, dan mulai melakukan pembiayaan dan pengadaan langsung untuk bisnisnya di London, yang cukup meningkatkan profitabilitas perusahaan ini, karena sebelumnya menggunakan jasa perantara di Jepang.[7]
Pasca Perang Dunia I, perusahaan ini tumbuh pesat dengan kantor di Amerika Serikat, India, Filipina, dan Tiongkok. Perusahaan ini juga mulai menangani permesinan, mobil, dan logam, selain menangani tekstil sebagai bisnis utamanya. Namun, sebuah resesi pada tahun 1920 membuat perusahaan ini terlilit utang, dan tidak seperti zaibatsu yang ada pada saat itu, perusahaan ini tidak memiliki bank untuk membiayai bisnisnya. Pada tahun 1921, perusahaan ini dibagi menjadi dua, yang mana separuh yang lain kini membentuk Marubeni. Pada dekade 1930-an, performa perusahaan ini membaik, namun saat Perang Dunia II dimulai pada paruh kedua dekade 1930-an, semua perusahaan perdagangan fokus untuk memenuhi kebutuhan perang.[7] Pada tahun 1941, Itoh dan Marubeni kembali bergabung untuk membentuk Sanko KK, yang kemudian digabung dengan dua perusahaan lain untuk membentuk Daiken Co., Ltd. pada tahun 1944.[6]
Pasca perang, Itoh melanjutkan bisnisnya dengan membarter tekstil buatan Jepang dengan biji-bijian dari luar Jepang, dan melanjutkan perdagangan di bidang minyak bumi, pesawat terbang, mobil, dan permesinan untuk memenuhi kebutuhan pasukan PBB selama Perang Korea. Pasca perang, Itoh mengambil alih sejumlah perusahaan perdagangan yang tidak dapat lagi beroperasi secara independen. Pada akhir dekade 1960-an dan awal dekade 1970-an, Itoh mengembangkan bisnis eksplorasi minyak bumi dan pertambangannya di luar Jepang. Pada dekade 1980-an, perusahaan ini mulai menangani proyek industri berskala besar di luar Jepang.[7]
Pada tahun 1958, mantan perwira Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, Ryuzo Sejima, bergabung ke Itoh setelah dipenjara selama 11 tahun di Siberia. Empat tahun kemudian, ia ditunjuk menjadi direktur dan menjadi kepala perencanaan Itoh. Ia pun menerapkan sistem pelaporan internal bergaya militer. Ia lalu menjabat sebagai presiden dan chairman dari perusahaan ini, serta mengembangkan kelompok pengikut yang dikenal sebagai "Mesin Sejima." Pada tahun 1970, Sejima dan anak didiknya, Minoru Murofushi, mengatur joint venture antara General Motors dan Isuzu, salah satu kerja sama pertama antara produsen otomotif asal Amerika Serikat dan Jepang.[8] Pada tahun 1972, Itoh menjadi salah satu perusahaan perdagangan asal Jepang pertama yang diperbolehkan untuk berbisnis di Tiongkok.[6]
Itoh berkantor pusat di dekat toko historis milik Chubei Itoh di Osaka hingga 1967, saat perusahaan ini meningkatkan status kantor cabangnya di Tokyo menjadi kantor pusat juga.[6] Pada dekade 1970-an, perusahaan ini menjadi bagian dari "Kawasaki Group" di dalam keiretsuDai-Ichi Kangyo Bank (kini Mizuho Corporate Bank), dan akhirnya menggantikan Nissho Iwai sebagai perusahaan perdagangan dari keiretsu tersebut. Namun, afiliasi Itoh dengan keiretsu tersebut lebih longgar daripada afiliasi perusahaan perdagangan lain dengan keiretsu lain. Bahkan sejumlah anggota DKB Group tidak menggunakan jasa Itoh sama sekali.[9]
Pada tahun 1977, Itoh mengambil alih Ataka & Co., perusahaan perdagangan umum terbesar kesembilan di Jepang. Ataka sebelumnya mengalami kerugian besar akibat sebuah proyek pengembangan minyak bumi di Amerika Serikat, dan sedang menjalani restrukturisasi sesuai arahan dari kreditur utamanya, yakni Sumitomo Bank.[10]
Mulai awal dekade 1970-an, Itoh adalah pemasok benang sintetis (poliester) besar untuk Reliance Industries Limited di India.[11] Lambat laun, kolaborasi yang erat antara keduanya memuncak dengan keduanya bersama-sama mendukung proyek polipropilen berskala dunia berkapasitas 250.000 ton per tahun dengan biaya proyek tersebut mencapai Rs. 525 crore,[butuh klarifikasi] di Hazira, Gujarat. Dengan $50 juta untuk 15% saham,[11] investasi tersebut pun menjadi investasi terbesar dari perusahaan asal Jepang di India pada saat itu.[12] Itoh juga memasarkan sejumlah produk dengan mereknya sendiri, mulai dari pencetak hingga sepeda (terutama diproduksi oleh Bridgestone). Pada dekade 1980-an, Itochu mulai mengembangkan bisnis teknologi informasi melalui anak usahanya, yakni C. Itoh Techno-Science (CTC), yang antara lain bertindak sebagai distributor produk Sun Microsystems, Cisco, dan Oracle di Jepang.[8]
Pada tanggal 1 Oktober 1992, C. Itoh & Co. Ltd. mengubah namanya dalam bahasa Inggris menjadi Itochu Corporation.[12] Pada awal dekade 1990-an, Itochu adalah perusahaan perdagangan terbesar di Jepang, namun kerugian akibat penggelembungan harga aset di Jepang, terutama investasi lahan yasan domestik, membuat perusahaan ini turun ke peringkat ketiga pada pertengahan dekade 1990-an.[7] Pada dekade 1990-an, Itochu mulai berinvestasi di industri media, antara lain dengan membeli minoritas saham Time Warner, serta berinvestasi di sistem pengantaran satelit dan kabel.[13]
Pada tahun 1998, Uichirō Niwa ditunjuk menjadi presiden Itochu. Ia lalu menutup sejumlah bisnis Itochu yang kurang menguntungkan dan mengurangi manfaat yang diterima oleh pimpinan sebelumnya, yakni Murofushi.[8] Pada tahun 1999, Itochu menjadi salah satu perusahaan asal Jepang pertama yang beralih dari sistem gaji berdasarkan senioritas menjadi sistem gaji berdasarkan tanggung jawab, dampak, dan nilai dari tiap jabatan, serta sistem bonus berdasarkan performa.[14] Pada tahun 1999, Itochu juga memisahkan CTC, yang kemudian berhasil meraih kapitalisasi pasar dua kali lipat lebih besar daripada Itochu.[8]
Pada tahun 2010, Masahiro Okafuji ditunjuk menjadi presiden Itochu dan mengumumkan strategi untuk menjadikan Itochu sebagai sogo shosha teratas di bidang selain bahan mentah, terutama produk makanan dan permesinan. Di bawah kepemimpinan Okafuji, Itochu mengimplementasikan larangan untuk bekerja melebihi jam 20.00, dan akan mematikan semua lampu di kantor pada jam 22.00, serta mendorong agar lembur dilakukan di pagi hari, sebelum jam kerja dimulai, sehingga jumlah lembur berkurang secara signifikan.[15] Pada tahun 2011, Itochu memindahkan kantor pusatnya di Osaka ke North Gate Building di dekat Stasiun Osaka.[16]
Pada tahun 2014, Itochu mulai menjalin hubungan kepemilikan silang dengan Charoen Pokphand (CP) asal Thailand, dan bersama CP, Itochu setuju untuk berinvestasi lebih dari $8 milyar di CITIC Limited pada tahun 2015. Investasi tersebut pun menjadi investasi terbesar dari perusahaan perdagangan asal Jepang.[17] Investasi tersebut juga menjadi investasi terbesar oleh perusahaan asal Jepang di Tiongkok, dan investasi terbesar oleh perusahaan asing di BUMN Tiongkok.[18]
Pada bulan Juli 2016, Glaucus Research Group menerbitkan sebuah laporan yang mengkritisi praktek akuntansi Itochu, sehingga harga saham Itochu turun sekitar 10%.[19]
Hingga tahun 2020, Itochu adalah salah satu dari tiga pedagang tuna global terbesar, bersama Tri Marine asal Italia dan FCF asal Taiwan.[20]
Pada bulan Agustus 2020, Berkshire Hathaway selesai mengakuisisi 5% saham dari lima perusahaan perdagangan asal Jepang, termasuk perusahaan ini.[21]
Itochu juga memiliki 7 kantor cabang di Jepang,[22] 16 kantor dan anak usaha di Tiongkok,[23] 24 kantor di Asia,[24] 8 kantor di CIS,[25] 4 kantor di Australia,[26] 15 kantor di Timur Tengah,[27] 8 kantor di Afrika,[28] 12 kantor di Eropa,[29] 10 kantor di Amerika Utara,[30] dan 9 kantor di Amerika Latin.[31]
^ ab"Annexure to Director's Report"(PDF). Reliance Industries LTD., Annual Report 1991-92. RIL. 1992. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2012-04-01. Diakses tanggal 2011-11-05.