Deglobalisasi adalah proses berkurangnya saling ketergantungan dan integrasi antara unit-unit politik di seluruh dunia, biasanya negara bangsa. Istilah ini sering digunakan untuk menyebut periode sejarah ketika perdagangan ekonomi dan investasi antarnegara menurun. Deglobalisasi merupakan kebalikan dari globalisasi, proses meningkatnya integrasi antarunit politik seiring waktu. Deglobalisasi umumnya berlangsung di antara periode globalisasi.
Istilah deglobalisasi muncul setelah terjadi sejumlah perubahan besar di negara-negara maju. Perdagangan yang menjadi bagian dari total aktivitas ekonomi negara maju menurun antara tahun 1914 sampai 1970-an. Penurunan ini berarti ekonomi negara-negara tersebut semakin kurang terintegrasi dengan ekonomi dunia meski lingkup globalisasi ekonomi semakin dalam.[1]
Meski studi globalisasi mengacu pada dimensi ekonomi, perdagangan, sosial, budaya, dan politik, sebagian besar karya ilmiah dalam studi deglobalisasi lebih mengacu pada ekonomi internasional.
Periode deglobalisasi dipandang sebagai perbandingan yang mencolok bila dibandingkan dengan periode lainnya, contohnya 1850–1914 dan 1950–2007 ketika globalisasi masih berlangsung. Globalisasi masih dianggap sebagai hal yang normal bagi sebagian besar masyarakat sehingga periode interaksi internasional yang stagnan pun dianggap sebagai periode globalisasi. Indeks globalisasi KOF Swiss Economic Institute menunjukkan adanya perhentian globalisasi ekonomi pada tahun 2009: "Ledakan gelembung dot-com dan musibah 9/11 memperlambat laju globalisasi; krisis ekonomi dan keuangan terkini mengakibatkan kemunduran besar dalam proses globalisasi."[2] Pada tahun 2010, melambatnya proses globalisasi pada dasarnya masih berlanjut namun dengan pola kawasan yang berbeda: "Kemajuan terbesar terjadi di Asia Selatan (walaupun sangat kecil), sedangkan Amerika Latin dan Afrika Sub-Sahara mengalami sedikit kemunduran. Negara-negara berpendapatan besar, terutama OECD, sudah mengalami kemandekan ekonomi sebelum krisis terjadi."[3]