Globalisasi kuno adalah sebuah periode sejarah globalisasi yang mengacu pada peristiwa dan perkembangan globalisasi sejak peradaban pertama sampai tahun 1600-an (periode selanjutnya disebut globalisasi modern awal). Istilah ini digunakan untuk menyebut hubungan antara masyarakat dan negara dan cara terbentuknya masyarakat berkat penyebaran ide dan norma sosial secara geografis di tingkat lokal dan regional.[1]
Negara mulai berinteraksi dan berdagang dengan satu sama lain dalam jarak dekat untuk memperoleh barang-barang yang dianggap mewah. Perdagangan ini memicu penyebaran ide-ide seperti agama, struktur ekonomi, dan ideologi politik. Para pedagang semakin terhubung dan mengenal satu sama lain. Globalisasi kuno sama seperti globalisasi masa kini, tetapi ukurannya lebih kecil. Globalisasi tidak hanya memungkinkan penyebaran barang ke wilayah lain, tetapi juga memungkinkan masyarakat mengenal kebudayaan lain. Kota-kota yang terlibat adalam perdagangan disatukan oleh rute perairan, sungai, dan darat, beberapa di antaranya sudah dipakai sejak zaman kuno.[2] Perdagangan terbagi menurut letak geografis dan terpusat di beberapa tempat; tempat tersebut digunakan untuk persinggahan dan pertukaran barang-barang untuk diperdagangkan di pasar yang lebih jauh lagi.[2] Pada masa itu, subsitem mampu mencukupi diri sendiri ketimbang masa kini sehingga tidak perlu bergantung pada pihak lain untuk bertahan hidup.[2] Meski perdagangan jarak jauh memiliki banyak hambatan, aktivitas ini tetap berjalan pada masa lampau. Perdagangan melibatkan delapan subsistem yang saling terkait dan terbagi menjadi tiga sirkuit besar, Eropa Barat, Timur Tengah, dan Timur Jauh. Interaksi perdagangan merupakan cara peradaban masa lampau berkomunikasi dan menyebarkan ide-ide yang mendorong kemunculan globalisasi modern dan sistem masyarakat masa kini.