Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani[1] (IATA: SRG, ICAO: WAHS) adalah sebuah bandar udara yang melayani Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Bandara ini dinamai untuk menghormati JenderalTNI (Anumerta) Ahmad Yani (1922-1965), yang merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. Pada tahun 2018, bandara ini merupakan salah satu bandara dengan pertumbuhan tercepat di dunia berdasarkan persentase pertumbuhan.[2] Bandara ini menjadi bandara internasional dengan penerbangan pertama Garuda Indonesia ke Singapura pada bulan Agustus 2004. Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I yang mengelola bandara-bandara di bagian timur Indonesia.
Bandara ini dulunya merupakan pangkalan udara militer milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga tahun 1966, ketika bandara ini dinyatakan terbuka untuk penerbangan komersial domestik, namun tetap beroperasi sebagai pangkalan udara untuk TNI. Daerah tersebut umumnya dikenal sebagai Kalibanteng, oleh karena itu bandara ini dikenal sebagai Pangkalan Udara Kalibanteng. Terminal terapung baru bandara ini secara resmi dibuka oleh PresidenJoko Widodo pada tanggal 7 Juni 2018.[3]
Jumlah penumpang setiap hari: 4.637 penumpang (2022)
Taxiway: Taxiway F & Taxiway G
Sejarah
Bandara Internasional Ahmad Yani dulunya merupakan pangkalan udara militer untuk TNI Angkatan Darat. Bandara ini dibuka untuk penerbangan komersial setelah adanya keputusan bersama antara Kepala Staf Angkatan Udara, Menteri Perhubungan, dan Kepala Staf Angkatan Darat pada tanggal 31 Agustus 1966.[6] Sejak 1 Oktober 1995, pengelolaannya dialihkan ke PT Angkasa Pura I. Hal ini menandai dimulainya fungsi komersial bandara secara penuh hingga saat ini.
Perluasan dimulai pada tahun 2004, dilakukan secara bertahap dimulai dengan penambahan panjang landasan pacu untuk mengakomodasi pendaratan pesawat yang lebih besar. Bandara ini memperoleh status internasional pada bulan Agustus 2004 dengan penerbangan perdana dari Semarang ke Singapura, seperti yang disebutkan dalam Keputusan Menteri No. 64/2004 pada tanggal 10 Agustus 2004. Namun, karena resesi global, rute Semarang-Singapura yang dioperasikan oleh Garuda dihentikan. Rute ini kemudian diambil alih oleh Batavia Air pada bulan November 2009. Namun, Batavia Air menghentikan operasinya pada tanggal 31 Januari 2013 sebagai hasil dari permohonan pailit pada tanggal 30 Januari 2013.
Sekarang
Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani memiliki terminal di sebelah utara runway (mengapung di atas laut). Terminal ini memiliki luas 58.652 m² dan kapasitas penumpang mencapai 6,5-7 juta penumpang per tahun atau 20.000 orang per hari. Fasilitasnya meliputi toko cendera mata, kedai makanan, bank, penukar uang, hotel, dan travel booking, layanan taksi, penyewaan mobil, dan Trans Semarang. Bandara ini juga memiliki runway 2.560 x 45 meter.
Pada tanggal 7 Juni 2018 terminal baru bandara Ahmad Yani diresmikan oleh PresidenJoko Widodo.
Saat ini, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang telah kehilangan statusnya sebagai bandara internasional, dan kini hanya melayani penerbangan domestik. Perubahan ini diresmikan melalui Surat Keputusan Menteri Perhubungan Indonesia Tahun 2024 tentang Penetapan Bandar Udara Internasional yang dikeluarkan pada tanggal 2 April 2024.[7]
Pada tanggal 1 Mei 1981, Vickers Viscount 832 PK-RVN milik Mandala Airlines yang membawa 44 penumpang dan kru mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi saat keluar dari landasan pacu saat mendarat, sehingga menyebabkan sayap kanan dan kiri pesawat rontok.[16]
Pada tanggal 18 Oktober 1992, Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 5601 yang mengoperasikan pesawat CASA/IPTN CN-235-10 PK-MNN mengalami kecelakaan dalam penerbangan domestik dari Semarang ke Bandung. Pesawat menabrak Gunung Puntang di dekat Gunung Papandayan dan terbakar, menewaskan seluruh 27 penumpang dan 4 kru di dalamnya. Ini adalah bencana terburuk yang melibatkan CASA/IPTN CN-235.
Pada tanggal 30 November 1994, sebuah pesawat Fokker 28 Mk 4000 PK-GKU milik Merpati Nusantara Airlines yang beroperasi dalam penerbangan 422 dari Jakarta mendarat darurat di tengah hujan lebat di sepanjang landasan pacu. Kemudian pesawat tersebut menyerbu landasan pacu dan jatuh ke selokan, menyebabkannya patah menjadi tiga bagian. Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 85 orang selamat.
Pada tanggal 25 Desember 2016, Wings Air dengan nomor penerbangan IW1896 dari Bandung, menggunakan pesawat ATR 72-600 (registrasi PK-WGW) mengalami kecelakaan pendaratan. Pada saat mendarat, hujan turun di bandara dengan awan kumulonimbus di daerah tersebut pada ketinggian 1500 kaki. Setelah melakukan pendekatan VOR/DME, pesawat mendarat di landasan pacu 13 dan memantul; roda gigi utama kanan kemudian terlipat ke dalam sehingga menyebabkan pesawat berbelok ke kanan. Pesawat berhenti di tepi landasan pacu sebelah kanan dekat taxiway D dengan posisi miring ke kanan. Seluruh 68 penumpang dan 4 kru pesawat selamat.
Rencana masa depan
Bandar Udara Internasional Ahmad Yani nantinya akan memiliki fasilitas berikut ini:
Taksi yang bekerjasama dengan pihak bandara tersedia pada area pintu kedatangan bandara. Sebelum pengoperasian layanan Trans Semarang menuju terminal baru, angkutan daring dapat masuk ke wilayah keberangkatan untuk menjemput penumpang menuju keluar bandara. Namun permasalahan angkutan daring dengan taksi bandara[23] mengakibatkan sangat sedikitnya angkutan daring yang dapat mengambil penumpang menuju keluar bandara, hanya melayani angkutan menuju bandara.
Trans Semarang
Trans Semarang melayani perjalanan dari dan menuju bandara melalui dua koridor, yaitu koridor 5 dan koridor bandara, mulai 18 Februari 2019.[24] Halte yang digunakan untuk naik turun penumpang berada pada Halte Bandara Ahmad Yani yang terletak di jalan masuk lapangan parkir bandara (pada awal peletakkan, berada pada sebelah kiri pintu kedatangan. Dari halte tersambung ke terminal bandara dengan sebuah jembatan. Kedua koridor tersebut melanjutkan perjalanannya ke halte PRPP sebelum meneruskan perjalanannya ke tujuan akhir masing masing (koridor 5 ke Marina, koridor bandara ke Simpang Lima). Sebelum ini, koridor yang melayani saat terminal lama dioperasikan adalah Koridor 4.
Komandan
Kolonel Cpn Catur Puji Santoso (2013)
Kolonel Cpn Suprapto (2013)
Kolonel Cpn Harrison Sitorus (2015)
Kolonel Cpn A.A. Ngr Romy Satryadi
Kolonel Cpn Dr. Fajar Purwawidada, S.S., M.H., M.Sc. M.Tr (Han). (2019 - 2021)
Kolonel Cpn Sundoro Agung Nugroho, M.Si.(Han). (2021 - 2022)
^Surat Keputusan Bersama Panglima Angkatan Udara, Menteri Perhubungan dan Menteri Angkatan Darat Nomor: KEP-932/9/1966.83/1966 dan S2/1/-PHB tanggal 31 Agustus 1966