Indonesia Barat, atau disebut juga Kawasan Barat Indonesia (KBI), adalah sebuah kawasan di bagian barat Indonesia yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.[1][2]
Pulau utama Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan terletak di Lempeng Sunda. Indonesia mempunyai aktivitas tektonik dan vulkanik yang relatif tinggi. Letaknya pada konvergensi antara Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina. Sunda Megathrust adalah sesar sepanjang 5.500 km yang terletak di lepas pantai selatan Sumatra, Jawa, dan Kepulauan Sunda Kecil, dimana Lempeng Indo-Australia mengarah ke timur laut menuju Lempeng Sunda yang menunjam. Pergerakan tektonik pada patahan ini bertanggung jawab atas terciptanya Palung Sunda, dan barisan pegunungan di Sumatra, Jawa.[3]Gunung Merapi, terletak di megathrust bagian Jawa, merupakan gunung berapi paling aktif di Indonesia dan ditetapkan sebagai salah satu Gunung Api Dekade Ini dunia karena bahaya yang ditimbulkannya terhadap wilayah berpenduduk di sekitarnya.[4]
Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia dan vegetasi aslinya sebagian besar adalah Hutan hujan dataran rendah Kalimantan meskipun banyak di antaranya telah ditebangi dan satwa liar mulai mengungsi ke Hutan hujan pegunungan Kalimantan di pedalaman.
Kalimantan dan Sumatra hanya mengalami sedikit perbedaan curah hujan dan suhu antar musim, sedangkan di wilayah lain seperti Nusa Tenggara, mengalami perbedaan yang jauh lebih nyata dengan kekeringan pada musim kemarau, dan banjir pada musim hujan. Curah hujan di Indonesia melimpah, khususnya di Sumatera Barat, Kalimantan Barat Laut, Jawa Barat.
Ekonomi
Berikut 13 provinsi teratas di Indonesia Bagian Barat berdasarkan PDB pada tahun 2019:
Pada tahun 2012, DMO sebesar 24,72%. Mulai tahun 2014, ekspor batubara kualitas rendah tidak diperbolehkan, jadi proses upgrade batubara coklat yang meningkatkan nilai kalori batubara dari 4.500 menjadi 6.100 kkal/kg akan dibangun di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.[5][6][7]
Pabrik-pabrik besar Jepang terkonsentrasi di timur Jakarta dengan konsentrasi tinggi di Bekasi, Cikarang dan Karawang, Jawa Barat.
Demografi
Populasi
Jakarta adalah kota terbesar dan satu-satunya mempunyai predikat megakota di Indonesia, dengan jumlah penduduk 10,70 juta jiwa. Sebagai kota prima, Jakarta hampir empat kali lebih besar dari kota terbesar kedua Surabaya. Status Jakarta tergolong unik dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, karena secara teknis merupakan provinsi dengan pengelolaan kotanya. Dibagi lagi menjadi lima kota administratif dan satu kabupaten administratif, yang bukan merupakan pemerintahan sendiri (tanpa dewan kota atau anggaran pemerintah). Kelima kota satelit di Jakarta juga telah melampaui angka satu juta penduduk, dengan yang terbesar adalah Bekasi.
Indonesia hanya mengakui satu bahasa nasional, dan bahasa daerah diakui di tingkat daerah, meskipun kebijakannya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Misalnya saja di Daerah Istimewa Yogyakarta, Bahasa Jawa adalah bahasa resmi daerah tersebut bersama dengan Bahasa Indonesia.[8]
Bahasa daerah yang paling banyak digunakan berikutnya di negara ini adalah Sunda, Melayu lokal, dan Minangkabau.
Ada ratusan bahasa asli yang digunakan di Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah bahasa asli yang digunakan secara lokal,[9] kategori bahasa yang mengacu pada bahasa yang digunakan di tingkat lokal, regional, yang digunakan oleh sejumlah kecil orang, berkisar antara beberapa hingga beberapa ribu orang. Ini termasuk bahasa-bahasa kecil seperti Benggoi, Mombum dan Towei.[10][halaman dibutuhkan] Bahasa lain digunakan di tingkat daerah untuk menghubungkan berbagai etnis. Oleh karena itu, bahasa-bahasa tersebut dikenal sebagai lingua franca regional (RLFs). Menurut Subhan Zein, setidaknya ada 43 RLF di Indonesia yang terbagi dalam dua jenis, yaitu RLF Malayic dan RLF Non-Melayu. Yang pertama mengacu pada sekelompok lingua franca regional yang dianggap sebagai ragam asli bahasa Melayu atau Indonesia. Ini termasuk bahasa-bahasa seperti Melayu Banjar dan lain-lain. Yang terakhir mengacu pada lingua franca regional yang tidak terkait dengan bahasa Melayu atau Indonesia, seperti Iban.[11][10][halaman dibutuhkan][a]
Jumlah populasi yang diberikan di bawah adalah penutur asli, kecuali angka untuk bahasa Indonesia, yang menghitung total penuturnya.
Agama menjadi variabel sensus pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010 serta dalam berbagai survei antar sensus. Karena dianggap memecah belah, data sensus agama tahun 1961 tidak dipublikasikan. Pada tahun 1971, tercatat tiga kelompok umat Kristen: Katolik, Protestan dan lainnya. Buku Tahunan Demografi PBB 1979 hanya mencantumkan data kolektif untuk seluruh umat Kristen. Pada sensus tahun 2000, hanya Katolik dan Protestan yang tersedia sebagai kategori.[14]
^Zein's definition of "Malayic" RLFs should not be confused with the genealogical Malayic subgroup of Malayo-Polynesian languages. The genealogical Malayic subgroup also includes languages that are listed by Zein as "non-Malayic" RLFs, such as Iban and Musi
^Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies, 2015. p. 273.