Sungai Pesanggrahan
Kali Pesanggrahan adalah sungai yang mengalir dari Kabupaten Bogor, melintasi Kota Depok, Jakarta Selatan, hingga akhirnya ke Tangerang, Banten.[1] Sungai ini berhulu di wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dan melewati Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Limo, Kecamatan Kebayoran Lama, Kecamatan Pesanggrahan, Kecamatan Kembangan, Kecamatan Kebon Jeruk, hingga akhirnya ke Cengkareng. Berdasarkan data tahun 2005, 55 persen Sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Kali Pesanggrahan telah ditempati oleh perumahan, hanya 7 persen yang masih berupa hutan, 20 persen persawahan, dan 13 persen ladang.[2] GeografiMengalir sepanjang 66,7 km,[3] Sungai Pesanggrahan terletak di wilayah barat laut pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[4] Suhu rata-rata setahun sekitar 29 °C. Bulan panas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 30 °C, and terdingin Januari, sekitar 28 °C.[5] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.[6] Kondisi sungaiSejarahPada masa pendudukan VOC, sampai dengan sekitar tahun 1720 Kali Pesanggrahan masih dapat dilayari hingga jauh ke pedalaman. Tidak kurang dari 25 buah penggilingan dibangun pada kebun-kebun tebu partikelir di sepanjang tepian sungai, sehingga ketika itu sungai ini sangat penting sebagai jalur pengangkutan gula dari kebun ke kota Batavia.[7] Meskipun demikian agaknya fungsi penting sungai ini perlahan-lahan meredup bersama dengan berubahnya zaman. Tidak banyak catatan berita mengenai Kali Pesanggrahan, sampai dengan tahun 1970-an ketika Departemen Pekerjaan Umum membangun saluran sodetan sepanjang 1,5 kilometer untuk ”membuang” air dari Kali Grogol ke Kali Pesanggrahan. Sungai ini menjadi tempat pembuangan air demi menyelamatkan daerah Senayan, Slipi, Palmerah, Tomang, Grogol, dan Teluk Gong dari genangan air. Gubernur DKI Jakarta ketika itu Ali Sadikin mengatakan bahwa biaya pembangunan saluran sodetan tersebut mencapai Rp 162 juta, setara pembangunan 16 unit gedung sekolah.[3] Namun belasan tahun kemudian, dengan berkurangnya daerah serapan air di wilayah-wilayah aliran sungai di Jakarta, banjir kian tak dapat dihindari, termasuk di aliran Kali Pesanggrahan. Sekitar awal tahun 1980-an, Kali Pesanggrahan mulai mendapatkan sorotan setelah membanjiri pemakaman Tanah Kusir;[3] salah satu tempat pemakaman penting di Jakarta. Bahkan BNPB pernah mencatat Kali Pesanggrahan sebagai penyumbang terbesar bagi kejadian banjir di wilayah Jakarta dan Tangerang pada tahun 2012.[8] Pada tahun Desember 2010 telah ditargetkan normalisasi kali dari debit 50 meter kubik menjadi 115 meter kubik, tetapi masih terus tertunda akibat proses lelang yang terlalu lama. Pada masa Agustus hingga Oktober 2010 tercatat Kali Pesanggrahan telah tiga kali jebol akibat derasnya air dan sudah tuanya dinding tanggul.[9] Karena kecilnya kapasitas dan buruknya pemeliharaan, hingga November 2012, Kali Pesanggrahan masih meluap dan merendam 2 RT di Ulujami.[10] Pada tanggal 10 Agustus 2017 sungai ini kembali meluap, menggenangi 4 RT di Pondok Pinang.[11] Mutu airBerdasarkan penelitian bersama oleh HSBC, Green Radio, Sanggabuana, dan Transformasi Hijau sepanjang bulan Juni 2011, air Kali Pesanggrahan dianggap tercemar 100 persen sehingga tidak lagi bisa digunakan untuk budidaya ikan. Kondisi air kali cukup kotor dengan tingkat oksigen sebesar 3,2 ppm dari tingkat normal yang sebesar 6 ppm. Temuan biota sungai hanya dua macam, yakni siput dan cacing. Selain itu, ditemukan juga pencemar logam berat, yaitu timah hitam, air raksa, dan kromium hexavalen. Akibatnya tidak lagi masuk sumber air kategori C. Diperkirakan penyebab turunnya kualitas ini adalah semakin padatnya pemukiman di sekitar kali.[12] Normalisasi sungaiProgram normalisasi Kali Pesanggrahan kembali dilanjutkan melalui Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI)[13] Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementrian PU pada akhir tahun 2013 hingga 2014,[14] serta didukung oleh proyek pembangunan sodetan Kali Pesanggrahan untuk meluruskan aliran kali di sekitar ITC Cipulir,[15] serta pembangunan waduk di sekitar Jakarta Selatan untuk menyimpan air di hulu agar tidak membebani sungai-sungai di hilir Jakarta.[16][17] Pengerjaan waduk sempat terhenti karena keberatan warga atas nilai ganti rugi, tetapi diselesaikan dengan perundingan langsung dengan Jokowi.[18] Lihat pulaReferensi
Pranala luar |