Dalam perjalanan sejarah agama Kristen, terbentuk pula beberapa kebatrikan lain yang lambat laun diakui keabsahannya oleh takhta-takhta keuskupan purba. Seiring bergulirnya waktu, beberapa kebatrikan bubar akibat pendudukan militer sesudah Timur Tengah dan Afrika Utaraditaklukkan pasukan Muslim. Kebatrikan-kebatrikan yang sudah bubar tersebut dijadikan kebatrikan tituler atau kebatrikan kehormatan tanpa yurisdiksi kelembagaan di wilayah yang sesungguhnya.
Empat kebatrikan Ortodoks Timur (Konstantinopel, Aleksandria, Antiokhia, Yerusalem), bersama kebatrikan Katolik Latin di Barat (Roma), dihormati sebagai takhta-takhta keuskupan "sepuh" (bahasa Yunani: πρεσβυγενή, presbigenē, "lahir lebih dulu") atau "purba" (bahasa Yunani: παλαίφατα, palèfata, "tersohor sejak purbakala"), dan dimuliakan sebagai takhta-takhta apostolik karena pernah dipimpin salah seorang rasul atau penulis injil (Petrus di Roma maupun Antiokhia, Andreas di Konstantinopel, Markus di Aleksandria, dan Yakobus di Yerusalem). Dalam hal ini, Kebatrikan Konstantinopel merupakan kasus istimewa. Kota yang dilawat Rasul Andreas pada tahun 38 bukanlah Konstantinopel melainkan Bizantion. Kota Konstantinopel baru resmi berdiri pada tahun 330, ketika Kaisar Konstantinus Agung mengalihkan pusat pemeritahan Kekaisaran Romawi ke kota baru yang dibangun di atas puing-puing kota Bizantion, dan menamai kota itu Konstantinopolis. Stakhis, Uskup Bizantion yang menjabat sampai tahun 54, ditahbiskan Rasul Andreas. Oleh karena itu Kebatrikan Konstantinopel dihormati sebagai takhta apostolik karena merupakan kelanjutan dari Keuskupan Bizantion.
Sekarang ini ada tujuh kebatrikan di dalam Gereja Katolik, enam di antaranya adalah kebatrikan Katolik Timur,[2] sementara Sri Paus sendiri pada hakikatnya adalah Batrik Gereja Latin, sekalipun gelar "Batrik Barat" sudah tidak lagi dipakai.
Ada pula empat uskup agung mayor, yang bertindak selaku batrik di Gereja partikular mereka masing-masing, tetapi karena alasan sejarah atau prosedural tidak diakui sebagai seorang batrik sejati. Seorang batrik yang baru terpilih akan mengabari Sri Paus tentang jabatan barunya, tanda komunikasi di antara dua pihak yang sederajat, sementara seorang uskup agung mayor yang baru terpilih harus meminta pengesahan dari Sri Paus. Inilah perbedaan utama jabatan batrik dari jabatan uskup agung mayor.
Selain itu, masih ada lagi empat kebatrikan tituler yang berpangkal pada penganugerahan gelar batrik kepada uskup-uskup tertentu lantaran berbagai macam alasan historis, bukan karena mengepalai Gereja otonom sui iuris. Kebatrikan-kebatrikan tersebut adalah Kebatrikan Yerusalem Latin, Kebatrikan Lisboa, Kebatrikan Venesia, dan Kebatrikan Hindia Timur.