Sejak 1994, KardinalLucian Mureșan, Uskup Agung Făgăraș dan Alba Iulia menjabat sebagai Kepala Gereja Katolik-Yunani Rumania. Pada 16 Desember 2005, oleh karena Gereja Rumania Bersatu Dengan Roma, Katolik-Yunani dinaikkan tarafnya menjadi sebuah Keuskupan Agung Mayor oleh Paus Benediktus XVI, maka Lucian Mureșan pun menjadi Uskup Agung Mayor yang pertama untuk Gereja ini. Mureşan kemudian dilantik menjadi Kardinal pada konsistori 18 Februari 2012.
Menurut data yang dipublikasikan dalam Annuario Pontificio tahun 2012, Gereja Katolik-Yunani Rumania memiliki 663.807 orang anggota, 8 orang uskup, 1.250 paroki, sekitar 791 orang imam praja, dan 235 siswa seminari dari ritusnya sendiri pada akhir 2012.[3] Akan tetapi berdasarkan sensus pemerintah Rumania tahun 2011, jumlah anggotanya hanya sebanyak 150.593 orang, 124.563 orang di antaranya dari etnis Rumania.[4] Perdebatan seputar angka-angka ini disinggung pula dalam laporan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tentang kebebasan beragama di Rumania.[5]
Seusai penaklukan Habsburg atas Transilvania pada 1687, Metropolitan Atanasie Anghel masuk ke dalam persekutuan dengan Tahta Roma melalui Akta Persatuan 1698 yang diresmikan oleh sebuah sinode para uskup pada 4 September 1700.[6]
Dengan persatuan ini, Atanasie dan uskup-uskup lainnya, berikut keuskupannya masing-masing mengakui otoritas tertinggi Sri Paus sekaligus diberi hak untuk mempertahankan ritus liturgi Bizantin mereka. Dalam sebuah Diploma (pernyataan tertulis) yang dikeluarkan oleh Kaisar Leopold I dinyatakan bahwa Gereja Ortodoks Rumania Transilvania adalah satu dengan Gereka Katolik Roma. Oleh karena itu orang-orang Rumania Transilvania dianjurkan untuk beralih ke Agama Katolik dan bergabung dengan Gereja Katolik-Yunani yang baru itu, sekaligus diperbolehkan mempertahankan ritus Bizantin, jika mereka menerima empat pokok ajaran Konsili Firenze (1431 dan 1445): Otoritas tertinggi Sri Paus atas seluruh Gereja; adanya Api Penyucian; klausa Filioque; dan kesahihan penggunaan roti tidak beragi dalam perayaan Ekaristi oleh Gereja Latin (Ortodoks Timur mengajarkan bahwa penggunaan roti tidak beragi oleh Katolik Roma adalah tindakan sesat).
Langkah persatuan yang diambil oleh Metropolitan Atanasie Anghel dan rekan-rekan uskupnya menjadikan etnis Rumania di Transilvania (yang ketika itu menjadi negara bawahan Kekaisaran Habsburg) mendapatkan hak-hak yang setara dengan bangsa-bangsa lain di Transilvania, yang merupakan bagian dari Unio Trium Nationum (Persatuan Tiga Bangsa): Bangsa Hungaria yang berkuasa, Bangsa Sachsen Transilvania, dan Bangsa Székely. Peristiwa ini bertepatan dengan tibanya para misionaris Yesuit di Transilvania, yang berusaha untuk lebih mendekatkan provinsi ini dengan Eropa Barat. Meskipun demikian, sebagian besar orang-orang Rumania tidak bersedia untuk berpindah keyakinan,[7] dan kenyataan ini akhirnya mengakibatkan terbentuknya pergerakan-pergerakan Ortodoks Rumania yang memperjuangkan kebebasan beribadah bagi seluruh rakyat Transilvania – patut diperhatikan bahwa pergerakan-pergerakan ini dipimpin oleh Visarion Sarai, Nicolae Oprea Miclăuş, dan Sofronie dari Cioara, di bawah pengaruh Gereja Serbia yang dominan.
Pada 1721, Kediaman Uskup dipindahkan dari Alba Iulia ke Făgăraș, dan akhirnya ke Blaj (1737). Perpindahan tersebut membuat Blaj menjadi pusat pembelajaran dan kebangkitan nasional bagi seluruh bangsa Rumania.[8]
Pada 1761, Petru Pavel Aron (1709–1764), Uskup Făgăraș dan Kepala Gereja Katolik-Yunani Rumania, menerjemahkan Biblia Vulgata ke dalam bahasa Rumania. Sementara kaum Ortodoks Rumania mempertahankan Bahasa Slavonika Gereja sebagai bahasa resmi liturgi sampai 1863, Gereja Rumania Bersatu dengan Roma telah mempergunakan bahasa Rumania dalam peribadatan sejak pertama kali berdiri.
Penindasan di bawah Komunis
Setelah mengambil alih kekuasaan politik pada 1948, rezim komunis, yang berakar pada Ateisme Marxis–Leninis, melengserkan seluruh 12 orang uskup Gereja Katolik-Yunani atas perintah Stalin. Selain itu, pada 21 Oktober 1948, hari peringatan 250 tahun Gereja Katolik-Yunani Rumania bersatu dengan Gereja Katolik Roma, rezim komunis merekayasa pengalihan "secara sukarela" dan "spontan" seluruh anggota Gereja Katolik-Yunani (Dekret Nomor 358, Tahun 1948) yang berjumlah sekitar 1.500.000 orang pada saat itu, ke dalam Gereja Ortodoks Rumania; setelah itu hak milik atas berbagai aset milik Gereja Katolik-Yunani, termasuk empat bangunan katedral, dialihkan kepada Gereja Ortodoks Rumania, sementara properti lainnya disita negara.[9]
Pemerintah komunis yang baru saja berkuasa itu mendakwa para uskup Katolik-Yunani beserta banyak imam mereka telah bersalah melakukan "kegiatan-kegiatan antidemokrasi". Setelah menolak memutuskan hubungan dengan Tahta Suci yang "reaksioner" itu, mereka dipenjarakan. Sekitar waktu yang sama, Gereja Ortodoks "dimurnikan" dari imam-imam yang memusuhi rezim komunis. Setelah pemurnian ini, hierarki Ortodoks berhubungan baik dengan pemerintah komunis sampai berakhirnya kekuasaan komunis di Rumania.
Iuliu Hossu, Uskup Cluj, menolak tawaran dari Patriark Ortodoks Rumanian, Iustinian Marina, untuk beralih ke Gereja Ortodoks dan menjadi Uskup Agung Ortodoks Iaşi sekaligus Metropolitan Moldavia, sehingga dengan jabatan itu ia secara resmi menjadi calon Patriark Ortodoks Rumania berikutnya. Akibat penolakannya, Hossu harus tetap menjalani tahanan rumah. Dari tahun ke tahun, ia mengirim memorandum kepada Presiden Republik Rumania, meminta pemerintah memenegakkan hukum Rumania dan menerapkan persetujuan-persetujuan internasional terkait nasib Gereja Katolik-Yunani Rumania. Pada 1969, Paus Paulus VI meminta kesediaan Hossu untuk dilantik menjadi Kardinal. Karena Hossu enggan meninggalkan umatnya, Sri Paus menjadikannya Kardinal "in pectore", yakni tanpa dipermaklumkan, dan penunjukan in pectore itu baru tersingkap pada 5 Maret 1973, tiga tahun sesudah kematian Uskup Hossu.[11]
Rohaniwan besar lainnya dari Gereja Katolik-Yunani Rumania adalah Alexandru Todea (1912–2002). Ditahbiskan menjadi uskup tituler secara rahasia (in pectore) pada 19 November 1950, ia ditahan dan setahun berikutnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Ia menerima amnesti pada 1964. Pada 14 Maret 1990, sesudah jatuhnya rezim komunis, ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Făgăraș dan Alba Iulia, dan dilantik menjadi Kardinal pada tahun berikutnya.[12]
Sesudah lebih dari 40 tahun hidup di bawah tanah, Gereja Rumania Bersatu dengan Roma - Katolik Yunani kembali giat secara terang-terangan berkat Revolusi Rumania. Undang-Undang Normatif 9/31, diloloskan pada 31 Desember 1989, menarik kembali Dekrit 358/1948 (yang menyatakan Gereja Katolik-Yunani sebagai organisasi terlarang) karena dinilai tercela dan menimbulkan prasangka buruk terhadap Negara Rumania.
Hanya dengan banyak perjuangan dan menunggu lama, beberapa harta-benda Gereja, khususnya gedung-gedung Katedral Cluj, Blaj, Lugoj, dan Oradea, kembali ke tangan pemilik sejatinya. Sekalipun demikian, banyak pula harta-benda Gereja yang tetap dikuasai pemerintah dan Gereja Ortodoks Rumania, karena penindasan yang bermula pada 1948 telah mengakibatkan jumlah warga Gereja Katolik Yunani Rumania merosot tajam. Sesudah 40 tahun berada di bawah pemerintah Komunis dan dipaksa berasimilasi ke dalam Gereja Ortodoks yang diakui oleh rezim itu, banyak warga Rumania yang beragama Katolik Yunani Rumania sedari lahir masih tetap menjadi warga Gereja Ortodoks Rumania, dan tidak diketahui secara pasti berapa banyak dari orang-orang Ortodoks nominal ini yang masih tetap menjadi kripto-Katolik, terutama di kawasan utara Transilvania yang didiami sebagian besar umat Katolik Yunani (sebagaimana yang diperlihatkan pada peta di kanan). Gereja Katolik Rumania Bersatu dengan Roma masih terus menjalani proses pemulihan dari luka-luka yang ditorehkan petinggi Komunis dan asimilasi paksa.
Masalah-masalah properti sejak runtuhnya Komunis
Sejak runtuhnya Komunisme, para pemimpin Gereja ini telah mengeluarkan pernyataan bahwa komunitas Gereja Katolik-Yunani Rumania menghadapi pemusnahan budaya dan agama: Gereja-gereja Katolik-Yunani khabarnya dihancurkan oleh orang-orang dari Gereja Ortodoks Rumania, yang tindakannya tidak hanya diterima, melainkan juga didukung oleh pejabat-pejabat pemerintah Rumania.[13]
^Ronald Roberson. "The Eastern Catholic Churches 2012"(PDF). Catholic Near East Welfare Association. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2013-04-18. Diakses tanggal Maret 2014.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan) Informasi bersumber dari Annuario Pontificio edisi 2012
^Harper-Collins Encyclopedia of Catholicism, 1132; James Niessen, "The Greek Catholic Church and the Romanian Nation in Transylvania," in John-Paul Himka, James T. Flynn, James Niessen, eds. Religious Compromise, Political Salvation: the Greek Catholic Church and Nation-building in Eastern Europe (Pittsburgh: Carl Beck Papers, 1993). (ordered via USMAI); received Wednesday, March 11, 2009): 49-51
^Harper-Collins Encyclopedia of Catholicism, 1132; Niessen, "The Greek Catholic Church and the Romanian Nation," 59-60