Dr.Idi Subandy Ibrahim adalah akademisi dan pengkaji budaya, media, dan komunikasiIndonesia. Fokus minat dan penelitiannya pada kajian representasi budayamedia dan budaya populer.[2] Sejumlah karyanya tersedia di perpustakaan utama[3] dan daerah di Indonesia[4][5] bahkan juga di luar negeri, termasuk di perpustakaan terbesar di dunia, Perpustakaan Kongres Amerika Serikat(Library of Congress)[6] dan Perpustakaan Nasional Australia(National Library of Australia).[7] Beberapa bukunya diberi kata pengantar dan epilog (penutup) oleh ilmuwan dan peneliti dari luar negeri, para ahli terkemuka di bidang media, budaya, dan komunikasi, seperti akademisi dari Universitas Munich (Jerman),[8] Universitas Negeri Bowling Green (AS),[9][10]Universitas Pittsburgh (AS),[11] Universitas Victoria (Canada),[12]Universitas Nasional Australia (Australia),[13] dan Universitas Deakin (Australia).[13] Berlatar sebagai mantan aktivis mahasiswa era akhir 1980-an dan awal 1990-an, ia dikenal sebagai kolumnisbudaya dan media serta penulis buku yang produktif.[14] Idi telah menerjemahkan 9 buku dan puluhan artikel ilmiah serta menulis kata pengantar dan epilog sebanyak 25 buku untuk karya para penulis lain, dan selama 7 tahun pernah menjadi redaktur dan editor Jurnal Komunikasi (terbitan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia) ketika masih edisi cetak.[1] Minatnya menulis di media sejak mahasiswa awal 1990-an. Sewaktu mahasiswa, ia ikut aktif mengelola buletin Nahdhatul Ummah terbitan DKM Unpad dan buletin Salman-KAU (Komunikasi Aspirasi Umat) terbitan Masjid Salman ITB. Idi telah terlibat dalam beberapa penelitian lapangan media, budaya, dan agama di Indonesia. Ia pernah menjadi mitra bestari (penelaah sejawat) beberapa jurnal nasional dan internasional. Selama berkiprah lebih dari 30 tahun sebagai editor, ia telah menyunting tidak kurang dari 100 buku, termasuk sebagai editor 4 buku hasil penelitian para peneliti LIPI[15][16][17] (sekarang BRIN) yang diterbitkan bekerjasama dengan Penerbit Mizan. Ia pun pernah dipercaya untuk menulis (tim penulis), mengemas, dan editor biografi beberapa tokoh terkemuka di Indonesia[18][19][20][21][22][23][24][12] dan pemikiran beberapa intelektual publik.[25][26][27][28][29][30][31][32][33][34][35]
Idi kemudian mengajar di Program Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas) Bandung (sejak, 2015);[43][44] juga dosen luar biasa di Program Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana FISIP Universitas Brawijaya (UB) Malang;[1] dan dosen luar biasa di Program Doktor (S3) Agama dan Media/Studi Agama- agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung.[1] Idi telah menjadi dosen tamu di beberapa perguruan tinggi terkemuka, seperti di Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk kuliah seminar Arsitektur dan Gaya Hidup.[45]
Membaca karya-karya Idi, tampak ia adalah seorang pencinta buku dan literasi,[46] ketika nasib buku cetak di era digital dianggap suram.[47][48][49][50][51] Pemikirannya telah diteliti menjadi beberapa karya tulis ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia.[1][52]
Seperti tersurat dari karyanya, Idi adalah seorang pencinta lingkungan hidup dengan motto: "Menanam sebatang pohon berarti mengobati sepetak kecil bumi yang luka oleh pesona hutan beton."[72][73][74][75][76][77]
Buku Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru, yang dirancang dan disunting oleh Yudi Latif dan Idi Subandy Ibrahim, diakui sebagai karya awal yang memberikan sumbangan penting dalam kajian bahasa politik dan politik bahasa di Indonesia bahkan hingga kini.[80] Buku yang memuat karya oleh 17 pakar dan ilmuwan sosial yang otoritatif, seperti Soedjatmoko, Taufik Abdullah, Mochtar Pabottingi, Daniel Dhakidae, Ariel Heryanto, Ignas Kleden, Jalaluddin Rakhmat, Muhammad A.S. Hikam, Goenawan Mohamad, Hilmar Farid, Dede Oetomo, Benedict R.O'G Anderson, Virginia Matheson Hooker, dan Michael van Langenberg tersebut telah mendapatkan apresiasi sejak pertama kali terbit pada tahun 1996. Di cover belakang buku Bahasa dan Kekuasaan terekam apresiasi dari K.H. Abdurrahman Wahid, "Inilah buku pertama dalam bahasa Indonesia yang membicarakan kaitan antara bahasa dan politik. Para penulis dalam buku ini memberikan berbagai macam warna analisis yang mungkin masih baru atau malah belum pernah ditemui. Membaca buku ini bukan saja sebuah pengalaman intelektual, tetapi juga tantangan bagi imajinasi kita."[81]
Kemudian, bukunya Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia (edisi 1, 1997), memuat karya oleh 21 pakar budaya terkemuka dari dalam dan luar Indonesia, menyoroti perkembangan budaya populer dan budaya massa dari berbagai sudut pandang,[82] memperlihatkan upaya Idi untuk merintis dan membawa kajian budaya populer ke dalam kajian budaya dan komunikasi arus-utama di Indonesia.[1] Pada cover belakang buku Ecstasy Gaya Hidup tampak komentar dari salah seorang ilmuwan budaya terkemuka dunia Profesor Clifford Geertz, "Buku yang Idi sunting tentang kebudayaan pop di Indonesia sangat menarik."[83]
Sumbangan Idi Subandy Ibrahim sebagai peneliti dan akademisi ilmu sosial di Indonesia, dalam kajian dan penelitian budaya, media, dan komunikasi, terlihat dari beberapa pengakuan, seperti:
Wawancara Akhir Pekan Kompas, Rubrik "Aku dan Rumahku: Dalam Kepungan Buku" oleh Budi Suwarna/Kompas (2012).[47]
Wawancara Akhir Pekan Kompas, Rubrik "Tokoh", "Amputasi Kesadaran" oleh M. Hilmi Faiq/Kompas (2018).[92][93]
Kolumnis "Analisis Budaya" di Kompas dan Kompas.id (sejak 2018).
Penghargaan dari Universitas Pasundan (Unpas) sebagai tiga dosen Unpas dengan sitasi > 1000 pada tahun 2018, diserahkan oleh Rektor Unpas saat itu, Prof. Dr. Eddy Jusuf,[107] kepada (1) Prof. Dr. Romli Atmasasmita, S.H., LL.M. (ilmu hukum), (2) Prof. Dr. Ir. Tien R. Muhtadi, M.S. (teknik pangan), dan (3) Dr. Idi Subandy Ibrahim (ilmu komunikasi).[108]
Dilibatkan dalam pembicaraan awal pendirian dan perancangan kurikulum awal Program Doktor (S3) Agama dan Media/Studi Agama-Agama UIN SGD Bandung (2016-2017).
Dosen Luar Biasa di Program Doktor (S3) Agama dan Media/Studi Agama-agama UIN SGD Bandung (2018 - 2024).[109]
Beasiswa dari Pikiran Rakyat sebagai Aktivis Mahasiswa yang Aktif Menulis (1990-1991).[53]
Narasumber wawancara BBC tentang "New Order's Political Language" (Bahasa Politik Orde Baru) saat mengiringi peristiwa transisi Reformasi yang bergejolak di Indonesia tahun 1998 (Wawancara, 23 Agustus 1998).[110]
Narasumber tetap wawancara kantor berita radio KBR 68H Utan Kayu, Jakarta, tentang tema seputar kebebasan pers, demokratisasi, dan budaya toleransi dalam masyarakat multikultur pada awal era Reformasi (1999-2001).
Pada awal tahun 2000, Idi membentuk Forum Indonesia untuk Komunikasi Tanpa Kekerasan (Fiskontak) yang bertujuan melakukan penelitian dan penerbitan buku-buku untuk menanggapi budaya kekerasan. Pada 2010-2015, Idi aktif sebagai peneliti media dan pelatih pekerja sosial di Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Jakarta. Kemudian, pada awal 2020, bersama para aktivis dan dosen dari beberapa kampus di Tanah Air, ia menggagas berdirinya Pusat Kajian Budaya dan Peradaban Islam Indonesia, dengan tujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan wacana dan citra Islam yang lebih damai, terbuka, dan inklusif, seperti dengan menerbitkan Buletin Majelis, yang mendapat sambutan baik, dari ulama dan tokoh seperti KH Miftah Faridl, KH Mochtar Adam, Prof. Azyumardi Azra, dan Prof. Haedar Nashir.[114]
Setelah menyelesaikan kuliah sarjananya, Idi sebenarnya pernah bekerja dua tahun di Biro Hukum dan Organisasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, sewaktu masih di bawah pimpinan Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie), dan dari situ ia berkesempatan dipercaya mengedit beberapa naskah pidato dan buku Presiden RI yang ke-3 tersebut. Tetapi kemudian Idi memilih menjadi peneliti dan dosen, setelah sebelumnya sempat menjadi editor di beberapa penerbit di Bandung, termasuk bekerja di Divisi Buku Utama Penerbit Mizan dan ikut menangani seri Kronik Indonesia Baru, salah satu lini produk penerbitan yang mendapatkan sambutan pembaca pada masanya.
Selain itu, Idi juga pernah mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip Unpas Bandung. Sebelumnya, ia juga pernah cukup lama mengajar Penulisan Kreatif di Jurusan Manajemen Komunikasi Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba), Proses Komunikasi di Program Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Unpas Bandung, dan Analisis Media di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung.[1]
Kegiatan Lain
"Saya dilahirkan di sebuah pulau kecil yang begitu akrab dengan ceria laut. Sebuah pulau pertambangan yang tampak murung... Kampung kami dibelah oleh sungai cukup besar yang menjadi sumber penghidupan nelayan setempat. Sewaktu kecil dengan decak kagum aku sering memandang tiang-tiang jembatan yang terlihat gagah tak jauh dari rumah kami," demikian Idi menulis mengenai "'Jurnalisme Hijau' di Tengah Krisis Lingkungan Hidup", melukiskan masa kecilnya dalam bab awal salah satu bukunya.[8]
Berlatar santri, pernah nyantri "kalong" di beberapa pesantren, 4 tahun belajar agama di madrasah di tempat kelahirannya, sejak SMP Idi sudah bisa jadi khatib Jum'at. Kecintaannya pada bacaan, sejak SMP, ia sudah membaca karya Hamka, Sutan Takdir Alisjahbana, Hatta, Sukarno, Adam Malik, dan beberapa terjemahan karya Muhammad Iqbal serta waktu SMA, ia sudah akrab dengan majalah sastra Horison.
Sewaktu mahasiswa pada awal 1990-an, Idi juga ikut beberapa demonstrasi mahasiswa yang menentang penggusuran tanah, menentang kebijakan NKK/BKK, dan menentang Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB); lotre yang pernah dilegalkan oleh pemerintah era Orde BaruSoeharto (1991-1993), dan ikut aktif dalam memperjuangkan agar perempuan Muslim bisa berkerudung di sekolah, universitas, dan tempat kerja (ketika saat itu perempuan Muslim yang berkerudung masih sangat langka). Kemudian, untuk mengisi waktu senggang, pria yang mengaku hobi berjalan kaki dan berenang tersebut, mengajar ngaji anak-anak dan remaja di masjid dekat kampusnya sambil jualan majalah dan mulai belajar menerjemahkan serta menulis resensi buku. Saat itu, ia sudah menjadi penyumbang tulisan untuk buletin mingguan bernama Asy-Syaksiyah, terbitan Yayasan Komunikasi Sosial dan Syiar Islam (Yakossis) di Bandung dan sewaktu mahasiswa pula, Idi sudah menjadi kolumnis tetap di koran daerah, Bandung Pos.[1][52]
Bersahabat baik dengan beberapa aktivis, ilmuwan, dan penulis dari dalam dan luar Indonesia, seperti persahabatan Idi dengan pemikir kebangsaan dan cendekiawanMuslim, Dr. Yudi Latif,[115] sejak mahasiswa. Perkawanan mereka telah melahirkan beberapa karya yang menjadi bagian penting bagi formasi pemikiran mereka dan sumbangan wacana intelektualnya di Indonesia hingga kini.[116][81][117][118][119][120][121][122][123][124][125][29][28]
Hobi dan kegiatan bapak tiga anak tersebut dalam kepenulisan dan beberapa forum, khususnya, di bidang budaya dan komunikasi di Indonesia, diungkapkan oleh penulis biografi pemikirannya, "Secara umum pendekatan sejarah komunikasi belum banyak yang mengkaji atau belum begitu kuat perkembangannya di Indonesia. Pendekatan sejarah komunikasi bertujuan untuk memahami konteks sejarah ilmu komunikasi di Indonesia. Salah satu cara untuk mengetahui perkembangan kajian komunikasi Indonesia adalah melalui studi pemikiran. Penelitian ini meneliti studi pemikiran Idi Subandy Ibrahim untuk melihat bagaimana pemikiran Idi Subandy Ibrahim dalam mengembangkan kajian komunikasi Indonesia. Dengan menggunakan metode hermeneutika milik Gadamer dan menganalisis tulisan-tulisannya mulai tahun 1995 sampai 2017 yang memiliki fokus penelitian; Bagaimana proses perjalanan dan pemikiran Idi Subandy Ibrahim yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial yang mempengaruhi pemikirannya pada saat itu. Pendekatan yang digunakan antara lain pendekatan sejarah dalam kajian komunikasi, sosiologi pengetahuan dan pendekatan cultural studies. Ditemukan bahwa Idi Subandy Ibrahim dapat dikatakan sebagai seorang yang telah memberikan kontribusinya terhadap perkembangan kajian komunikasi Indonesia selain melalui tulisannya tetapi juga perannya dalam beberapa lembaga atau forum seperti ISKI, FSK, LSPP, FDIB dan lain sebagainya. Selain itu juga perannya sebagai dosen tidak tetap di beberapa universitas/perguruan tinggi Indonesia. Kemudian, ditemukan bahwa tulisannya tersebut merupakan bentuk kekhawatiran Idi Subandy Ibrahim melihat ruang publik menjadi tempat praktik-praktik komoditas dan komersialisasi sehingga Idi memberikan gagasan alternatif tentang bagaimana jurnalisme harus menerapkan komunikasi empati."[1]
Karya Tulis dan Terjemahan
Karya Tulis Buku, Artikel, dan Forum Ilmiah
Buku-buku, makalah, dan artikel yang telah Idi Subandy Ibrahim tulis/terbitkan:
"Representasi Kemiskinan di Media Lokal: Kajian Pemosisian Sosial tentang Pemberitaan Kemiskinan di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar (2012-2013)" (Idi Subandy Ibrahim, Disertasi Doktoral, Universitas Indonesia).[54][126]
"Resistensi melalui Musik Populer: Kajian Konstruksi Budaya atas Musisi Iwan Fals dan Teks-teks Lagunya sebagai Medium Resistensi" (Idi Subandy Ibrahim, Tesis Magister, Universitas Indonesia).[90]
Riset Komunikasi dan Budaya: Perspektif Teoretik dan Agenda Riset (bersama Prof. Bachruddin Ali Akhmad) (Rajawali Pers, 2022).[10]
Tantangan Religiusitas dan Spiritualitas Memasuki Alaf Baru (Pusat Kajian Budaya dan Peradaban Islam Indonesia, 2021).[127]
Jurnalisme Kemiskinan: Representasi Kemiskinan di Media Lokal (Penerbit Buku Kompas, 2020).[128]
Komunikasi yang Mengubah Dunia: Revolusi dari Aksara hingga Media Sosial (Ensiklopedi Teknologi Komunikasi) (bersama Dr. Yosal Iriantara) (Simbiosa, 2017). [129]
Olahrasa Ilustrasi Sunda (editor bersama Dr. Hawe Setiawan) (Unpas Press, 2017).[130]
Metode Penelitian Komunikasi: Edisi Revisi Kedua (bersama Dr. Jalaluddin Rakhmat, Simbiosa, 2016).[131]
Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi (bersama Prof. Bachruddin Ali Akhmad) (Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014).[9]
Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer (Jalasutra, 2011).[13]
Kritik Budaya Komunikasi: Budaya, Media, dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia (Jalasutra, 2011).[8]
Aku Bernyanyi, Menjadi Saksi: Hidup, Gitar, dan Perlawanan dalam Balada Musik Iwan Fals (Fiskontak, 2011).[12]
Kecerdasan Komunikasi: Seni Berkomunikasi kepada Publik (Simbiosa, 2007).[132]
Amerika, Terorisme, dan Islamophobia: Fakta dan Imajinasi Jaringan Kaum Radikal (bersama Asep S.M. Romli) (Yayasan Nuansa Cendekia dan Fiskontak, 2007).[133]
Bersaksi di Tengah Badai: Dari Catatan Wiranto (Jenderal Purnawirawan) (editor bersama Dr. Aidul F. Azhari) (IDe Indonesia, 2006).[24]
Media dan Citra Muslim: Dari Spiritualitas untuk Berperang menuju Spiritualitas untuk Berdialog (Fiskontak dan Jalasutra, 2005).[134]
Editor bersama Tholib Anies buku Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia, karya Prof. Alwi Shihab (Mizan, 2001).[135]
Editor bersama Tholib Anies buku Akar Tasawuf di Indonesia: Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi, karya Prof. Alwi Shihab (Pustaka Iman, 2009).[136]
Media Sadar Publik: Media Lokal Mewartakan Korupsi dan Pelayanan Publik (editor bersama Rusdi Marpaung) (LSPP, 2005).[137]
Editor buku, Demokrasi (tidak) Bisa Memberantas Kemiskinan, karya Prof. Amartya Sen (Mizan, 2000).[138]
Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia (Jalasutra dan Fiskontak, 2004).[83]
Dari Nalar Keterasingan Menuju Nalar Pencerahan: Ruang Publik dan Komunikasi dalam Pandangan Soedjatmoko (Jalasutra, 2004).[139]
Sirnanya Komunikasi Empatik: Krisis Budaya Komunikasi dalam Masyarakat Kontemporer (Pustaka Bani Quraisy dan Fiskontak, 2004).[140]
Kontroversi Ba'asyir: Jihad Melawan Opini "Fitnah" Global (bersama Asep S.M. Romli) (Yayasan Nuansa Cendekia dan Fiskontak, 2003).[21]
Melawan Korupsi di Sektor Publik (bersama Dr. Yosal Iriantara) (Saresehan Warga Bandung [Sawarung], 2003).[141]
Pergulatan Menguak Kebenaran: Selamat Jalan Timor Timur (Penuturan Apa Adanya Seorang Wiranto) (editor bersama Dr. Aidul F. Azhari) (IDe Indonesia, 2002).[142]
Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru (editor bersama Hanif Suranto) (Remaja Rosdakarya, 1998).[143]
Bisikan Nurani Seorang Jenderal (Kumpulan Wawancara Jenderal Besar A.H.. Nasution). (editor-bersama Drs. Bakri A.G. Tianlean) (Mizan, 2000).[145]
Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid Sosial, Menegakkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar (editor pemikiran M. Amien Rais, Zaman Wacana Mulia) (1998).[18][146]
Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia (Mizan, 1997).[58]
Bercinta dengan Televisi: Ilusi, Impresi, dan Imaji Sebuah Kotak Ajaib (editor bersama Prof. Deddy Mulyana) (Remaja Rosdakarya, 1997).[64]
Hegemoni Budaya (bersama Dr. Dedy Djamaluddin Malik, Dr. Yudi Latif, dan Dr. Jalaluddin Rakhmat) (Yayasan Bentang Budaya, 1997).[147]
Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru (editor bersama Dr. Yudi Latif, Mizan, 1996).[81]
Penulis bersama (co-author) buku, Sejarah TVRI Stasiun Bandung: Menggagas Hari Depan (TVRI Stasiun Bandung, 1995).
Tim penulis dan editor buku Inovasi dan Kreativitas dan Telkom: Persepsi Pengamat, hasil “Perbincangan Keliling Meja Dua Topik” (Bandung: Divisi RisTI Telkom, 1996).
"Representations of Stunting in Indonesian National Newspaper: Positioning A Culture-Oriented Approach" (bersama Dr. Aam Amirudin dan Dr. Erwin Kustiman) (2023).[57]
"Peran Radio Komunitas sebagai Aktor Lokal dalam Rehabilitasi Kerusakan Lingkungan" (bersama Dede L. Chaerowati),[48] dimuat dalam buku Teknologi dan Kearifan Lokal untuk Adaptasi Perubahan Iklim (editor oleh Elza Surmaini, Lilik Slamet Supriatin, Yeli Sarvina) (BRIN, 2023).[52]
"'Performance' sebagai Komunikasi: Mengarusutamakan Pendekatan Performance dalam Kajian Komunikasi di Indonesia", Makalah di Seminar Nasional Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Brawijaya, Malang (2019).[148]
"Jurnalisme Keberagaman di Tengah Komodifikasi Agama", Makalah di Seminar "Jurnalisme vs Hoax", Kongres Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia di Solo (2018).[149]
"'TeaterJurnalisme' dan 'Jurnalisme Teater' dalam Budaya yang Digerakkan Pasar", Makalah di Institut Seni dan Tari Indonesia, Bandung (2012).[150]
"Internet di Indonesia: Dari Cyberdemocracy hingga Cyberporn" (bersama Dr. Yudi Latif) (1996).[118]
"Media Sosial dalam Lanskap Komunikasi Politik Lokal", Makalah di Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Jawa Barat (2017).[151]
"Media Alternatif, Giving Voices for the Voiceless: Sebuah Pengantar Awal", Makalah di Forum Studi Kebudayaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSK-FSRD) ITB (2005).[152]
"'Chaospirituality' di Taman Kontemplasi Batin: Refleksi atas Fenomena Spiritualitas Akhir-akhir Ini", Makalah di FSK-FSRD ITB (2005).[153]
"Film, Cermin Mentalitas Sebuah Bangsa", Makalah di Daarut Tauhid (2006).[154]
"Komunikasi Politik Menjelang Pemilu 2004: Meleburnya Politik dalam Kebudayaan Pop", Makalah di Lemlit Unpad dan AIPI, Bandung (2004).[155]
"Kampanye Publik tentang Antikorupsi", Jurnal Mediator, 5(2), 2004.[156]
"Dunia Simbolik dan Gaya Hidup dalam Beragama: Dari Ideologisasi ke Komersialisasi Spiritualitas", Jurnal Mediator, 3(1), 2002.[157]
"Media, Sepak Bola, dan Demokratisasi", Makalah Seminar Nasional "Media dalam Polemik PSSI" (Wartawan Olahraga Senayan, Jakarta) (2011).[158]
Pencarian Spiritual di Dunia Virtual: Akankah "Cyber-religion" Menggantikan "Real-religion" (2012).[159]
"Komunikasi Religius Digital di Dunia Maya: Peluang dan Tantangan bagi Umat Beriman", Makalah di Unika Atma Jaya Jakarta (2013).[66]
"Utilization of Information Technology for Sustainable Rural Development" (bersama Dede L. Chaerowati), Journal of Physics: Conference Series 1375(1), 012058[160]
"Pergeseran Tataran Simbolik Islam: Dari Spiritualitas untuk Berperang hingga Spiritualitas untuk Bersenang-senang", Makalah Seminar Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) (2001).[161]
"Wanita dan Abad Baru Sensualisme Media", Jurnal Mediator, 2(2), 2001.[162]
"Matinya Ilmu Komunikasi", Jurnal Komunikasi (ISKI), 3(4), 1999.[163]
"Paradigma Baru Komunikasi Pembangunan", Jurnal Audientia, 1(3), 1993.[164]
"‘Kekerasan’ Spiritual dalam Masyarakat Pasca-Modern", (bersama Dr. Yudi Latif),[117]Ulumul Qur’an 5(3), 72-83, 1994.
"Pers Mahasiswa, Ruang Publik yang Bebas dari Apa? Bertanggung Jawab kepada Siapa?", Makalah Diskusi di Penerbitan Mahasiswa Jatinangor, Unpad (1998).[165]
"Mas Adam yang Berdasi di Zaman Krismon: Kisah Kampung Seribu Slogan, Politisi Seribu Janji", Makalah Diskusi di Fikom Unpad.[166]
"Kepanikan Media dan 'Horrortainment'", Makalah pada Acara Seminar Nasional "Jurnalistik Televisi di Era Reformasi: SCTV Goes to Campus", Fikom Unpad dan SCTV (2001).[167]
"Jangan Benci Gue Sebab Gue Kece: Wanita dan Abad Baru Sensualisme Media", Makalah Seminar Nasional Fikom Unisba, Bandung, 30 April (2001).[168]
"Politik Identitas dan Teater Kebencian?: Konstruksi Wacana Sektarianisme di Balik Wacana Kekerasan", Makalah Seminar di Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta (2000).[169]
"Wajah Dunia Pendidikan di Balik Hegemoni Media: Penguatan atau Pemiskinan Wacana Demokratisasi dalam Ruang Publik", Makalah Seminar Nasional UPM IKIP Bandung (1997).[170]
"Imaji Perempuan di Media: Representasi dan Resistensi di Balik Idealisasi Wacana Tubuh", Makalah Diskusi di FSK-FSRD ITB (2004).[171]
Pembicara pada Konferensi Internasional “Indonesia-Australia Student Conference”, The Australian Studies Centre, Pusat Kajian Australia, Universitas Indonesia dan Majalah Suara Mahasiswa UI, Balai Sidang UI, Depok, 22-23 Februari 1999.[172]
Pembicara pada “Sarasehan Musik Student Nite ’99" bertema: “Underground vs Boysband: Upaya Menuju Pluralisme Bahasa Kesenian di Indonesia”, Senat Mahasiswa FISIP UI, Kampus UI Depok, 8 April 1999.[173]
Pembicara pada Bedah Buku Membakar Rumah Tuhan, karya Ulil Abshar-Abdalla (Rosdakarya, 1999), Biro Kerohanian Islam, Fikom Unpad dan Aktifis Masjid Darul Ma’arif, Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Jatinangor, 13 November 1999.
Partisipan pada Seminar Nasional “Orientasi Penafsiran Al-Qur’an dalam Era Globalisasi”, Himpunan Mahasiswa Tafsir Hadits, Sema Fakultas Ushuluddin, IAIN SGD, Bandung, 16 Oktober 1991.
Partisipan pada Sarasehan “Masa Depan Manusia”, YPM Salman ITB, Bandung, 29 November 1992.
Partisipan pada Seminar “Perpustakaan Masjid”, Angkatan Muda Satuan Karya Ulama Indonesia (AMSI) dan Keluarga Aktivitas Studi Mahasiswa Bandung (KASMB), Masjid Agung, Bandung, 12 Januari 1992.
Partisipan pada “Dialog Sosial Budaya 1994”, diselenggarakan oleh Ilmu Pengetahuan Sosial Kemasyaratan (IPSK) LIPI, Jakarta, 7 Februari 1994.
Partisipan pada Simposium Mengenang Soedjatmoko bertema: “Simposium Menyiapkan Diri Menuju Abad ke-21”, Yayasan Soedjatmoko, Jakarta, 3 Februari 1994.
"Era Habibie, Menuju Negara Industri Baru", Tinjauan Buku karya Francois Raillon, Indonesia Tahun 2000: Tantangan Teknologi dan Industri, dalam Kompas, 7 Oktober 1990.
Buku dan Artikel Terjemahan
Beberapa buku dan artikel yang telah Idi Subandy Ibrahim terjemahkan:
“Intertwined Ecologies: Environmental Aesthetics in Indonesian Contemporary Art” (karya Edwin Jurriëns, 2021), dalam Bab 15, Riset Komunikasi dan Budaya (2021) (terjemahan bersama Dr. Yosal Iriantara).[10]
“Gaul, Conversation and Youth Genre(s) in Java” (karya Howard Manns, 2021), dalam Bab 11, Riset Komunikasi dan Budaya (2021) (terjemahan bersama Dr. Yosal Iriantara).[10]
“A Cultural Approach to Communication” (karya James W. Carey, 2021), dalam Bab 2, Riset Komunikasi dan Budaya (2021).[10]
“Communications as Cultural Science” (karya Raymond Williams, 2021), dalam Bab 1, Riset Komunikasi dan Budaya (2021).[10]
Society of the Spectacle (karya Guy Debord, 2011).
Pramoedya Post-colonially: Re-Viewing History, Language and Gender in the Buru Tetralogy (karya Razif Bahari, 2010).
Indonesian Shadow Boxing (karya Marshall Clark, 2010) (anggota tim penerjemah).[194]
Fashion as Communication (karya Malcolm Barnard, 2006).[195]
Critical Communication Studies (karya Hanno Hardt, 2005) (terjemahan bersama Dr. Yosal Iriantara).[196]
Communication Studies (karya John Fiske, 2004) (terjemahan bersama Dr. Yosal Iriantara).[197]
Wawancara-wawancara Noam Chomsky dengan Media dan Radio setelah Peristiwa 11/9, (Lampiran dalam edisi revisi buku karya Noam Chomsky tentang Terorisme) (2001).
“Television, Reformasi, and Re-regulation in Indonesia" (karya Philip Kitley), dalam Jurnal Komunikasi ISKI, Vol. V (2001).
“Beyond Culture Wars: An Agenda for Research on Communication and Culture” (karya Dennis K. Davis & James Jasinski), dalam Jurnal Komunikasi ISKI, Vol. III (1999).
“Geopolitics, Media, and the Public Sphere” (karya Susan S. Reilly), dalam Jurnal Komunikasi ISKI, Vol. IV (1999).
“Public Relations: A Magic Wall” (karya William A. Durbin), dalam Jurnal Komunikasi ISKI, Vol. III (1999).
“The Fetish of Identity: Communication Revolutions and Fundamentalist Revivals” (karya Majid Tehranian), dalam Jurnal Komunikasi ISKI, Vol. II (1998).
“’Popular Art and the Javanese Tradition,” dalam Bab 5, Ecstasy Gaya Hidup (karya Clifford Geertz, 1997) (terjemahan bersama Dr. Yosal Iriantara).[58]
“Rhoma Irama and the Dangdut Style: Aspects of Contemporary Indonesian Popular Culture,” dalam Bab 2, Ecstasy Gaya Hidup (karya William H. Frederick, 1997) (terjemahan bersama Dr. Yosal Iriantara).[58]
“Language, Journalism, and Politics in Modern Indonesia,” dalam bab 12, Bahasa dan Kekuasaan (karya Daniel Dhakidae, 1996).[81]
“Behavioral Theories of Persuasion,” dalam bab 2, Komunikasi Persuasif (karya Herbert W. Simons, 1994) (anggota tim penerjemah).[198]
“Rhetoric of Persuasion,” dalam bab 8, Komunikasi Persuasif (karya P. Edward Nelson & J. Cornelia Pearson, 1994) (anggota tim penerjemah).[198]
“Culture, Society, and Communication” (karya Hamid Mowlana & Laurie J. Wilson), dalam Audientia: Jurnal Komunikasi, Vol. 1, No. 4 (1993).
“An Alternative for Dominant Media,” dalam “New Communication Approaches and Audiences,” dalam bab 13, buku Komunikasi Internasional (karya Hamid Mowlana, 1993) (anggota tim penerjemah).[199]
“Information Society and Communication Policy Model” (karya Arko K. Sukatendal), dalam Audientia: Jurnal Komunikasi, Vol. 1, No. 3 (1993).
"Pandangan Islam tentang Komunikasi" (Penerj. Idi Subandy Ibrahim), dalam Reporter, 24 (IV) Desember 1992-Jan 1993.[200] Terjemahan ringkas artikel, "Communication: An Islamic Approach" karya Imtiaz Hasnain (1988). Communication: an Islamic Approach. Dalam Communication Theory: The Asian Perspective, hlm. 183-189.
Kata Pengantar dan Bab Buku
Kata Pengantar dari Ilmuwan Lain untuk Buku-buku karya Idi Subandy Ibrahim
“Foreword” oleh Andrew N. Weintraub dalam Aku Bernyanyi Menjadi Saksi: Hidup, Gitar dan Perlawanan dalam Balada Musik Iwan Fals (2011).[11]
“Budaya Populer, Iwan Fals, dan ‘Sound-Track’ Protes Sosial Zaman Orde Baru dan Reformasi,” Kata Pengantar oleh Michael H. Bodden dalam Aku Bernyanyi Menjadi Saksi: Hidup, Gitar dan Perlawanan dalam Balada Iwan Fals (2011).[12]
“Preface” oleh Thomas Hanitzsch dalam Kritik Budaya Komunikasi: Budaya, Media, dan Gaya Hidup dalam Proses Demokratisasi di Indonesia (2011).[8]
“Suatu Pandangan yang Merakyat, The Bowling Green Approach”, Epilog oleh Jeremy Wallach dan Esther Clinton dalam Riset Komunikasi dan Budaya: Perspektif Teoretik dan Agenda Riset (2021).[10]
“Indonesia and the Globalized World”, "Preface" oleh Jeremy Wallach dalam Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi (2014).[9]
“Budaya Populer sebagai Komunikasi: Sebuah Rekomendasi”, Pengantar Singkat oleh Virginia Matheson Hooker dalam Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer (cetakan 1, 2007), (cetakan 2, 2011).[13]
“Popscape, Mediascape, dan Penyensoran Baru di Indonesia”, Kata Pengantar oleh Marshall A. Clark dalam Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer (cetakan 1, 2007), (cetakan 2, 2011).[13]
“Media dan Kemiskinan”, Kata Pengantar oleh Ikrar Nusa Bhakti dalam Jurnalisme Kemiskinan: Representasi Kemiskinan di Media Lokal (2020).[55]
“Peka dan Berpihak pada Orang Miskin”, Kata Pengantar oleh Francisia S.S.E. Seda dalam Jurnalisme Kemiskinan: Representasi Kemiskinan di Media Lokal (2020).[55]
“Problem Kemiskinan: Tanggung Jawab Bersama”, Pengantar oleh M. Ridwan Kamil dalam Jurnalisme Kemiskinan: Representasi Kemiskinan di Media Lokal (2020).[55]
“Kebudayaan Indonesia Kontemporer: Menegaskan Kembali Posisi Pemikiran Soedjatmoko”, Kata Pengantar oleh Kuntowijoyo dalam Dari Nalar Keterasingan Menuju Nalar Pencerahan: Ruang Publik dan Komunikasi dalam Pandangan Soedjatmoko (2004).[139]
“Masih Adakah ‘Aura’ Wanita di Balik ‘Euphoria’ Media?” Kata Pengantar oleh Yasraf Amir Piliang dalam Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru (1998).[143]
“Para Tokoh dan Problem Kepemimpinan Umat”, Kata Pengantar oleh Mohamad Sobary dalam Zaman Baru Islam Indonesia: Pemikiran dan Aksi Politik (D.D. Malik dan I.S. Ibrahim, 1998).[144]
Kata Pengantar dan Epilog oleh Idi Subandy Ibrahim
“Kata Pengantar” oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Yang Laju dan Yang Layu: Membumikan Agama dalam Krisis Ruang Publik (Y. Latif, 2016).[201]
“Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia (1997, 2004).[58]
“’Retorika Citra’ Muslim di Media: Dari Spiritualitas untuk Berperang Menuju Spiritualitas untuk Berdialog”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Media dan Citra Muslim: Dari Spiritualitas untuk Berperang Menuju Spiritualitas untuk Berdialog (2005).[134]
“Paradoks di Balik Popularisasi Gerakan Mahasiswa: Dari Kampus ‘Hura-hura’ sampai Kampus ‘Huru-hara’”, Epilog oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Mahasiwa Menggugat: Potret Gerakan Mahasiswa Indoensia 1998 (F.Z. Fadhly, 1999).[202]
“Dari Editor” oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Transforming Woman’s Voices: Catatan Pengalaman 5 Tahun Pejuang Perempuan di Parlemen (BRA M. Soedibyo, 2011).[203]
“Liputan Agama dalam Media di Indonesia: Memberitakan Isu Keagamaan dalam Bingkai Pluralisme”, Prolog oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Wajah Agama di Media: Kumpulan Karya Jurnalistik Peserta Fellowship Peliputan Agama Berperspektif Pluralisme (editor: H. Suranto dan P.B. Wisudo, 2010).[204]
“Mengkritisi Kontradiksi Budaya Media dan Demokrasi”, Pengantar Pakar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Media, Kebudayaan, dan Demokrasi: Dinamika dan Tantangannya di Indonesia Kontemporer (Ramadhan, Wahid, Rakhmawati, Destrity, Hair, Harjo, dan Utaminingsih, 2019).[205]
“Hidup dalam Bayang-bayang Komodifikasi”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Postkomodifikasi Media (S. Halim, 2013).[206]
“Kata Pengantar” oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep Kunci (J. Hartley, 2010).[207]
“Melawan Tontonan dengan Nyawa?”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Masyarakat Tontonan, terjemahan The Society of the Spectacle dan Comments on the Society of the Spectacle (Guy Debord, 2011).
“Era Kedigjayaan ‘TV Hedonis’”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Berani Nolak TV?! (K.S. Budiasih, 2005).[208]
“Pendekatan Kritis dalam Studi Komunikasi: Sekilas Perjumpaan Tradisi Kritis Eropa dan Tradisi Pragmatis Amerika”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Critical Communication Studies: Sebuah Pengantar Komprehensif Sejarah Perjumpaan Tradisi Kritis Eropa dan Tradisi Pragmatis Amerika (H. Hardt, 2005).[196]
“Posfeminisme, Pergulatan Kesadaran Melampaui Feminisme?”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Posfeminisme dan Cultural Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif (A. Brooks, 2005).[209]
“Studi Komunikasi dalam Masyarakat Kontemporer: Menuju Konvergensi dan Pendekatan Kritis”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif (J. Fiske, 2004).[197]
“Ketika Kerahasiaan Menjadi Tontonan: Kisah Perlawanan Sang Pengusung Suara Keterbukaan”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Wikileaks: Situs Paling Berbahaya di Dunia (H. Priyatna, 2011).[210]
“Kata Pengantar” oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Sukses di Era Facebook: Kiat-kiat Memanfaat Media Sosial untuk Kemenangan Gemilang (H. Priyatna, 2009).[211]
“Melawan Ya Melawan, Tapi Jangan Melawan: Teater Teror dan Teknologi Kepatuhan”, Pengantar Editor oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Perlawanan dalam Kepatuhan: Esai-esai Budaya Dr. Ariel Heryanto (A. Heryanto, 2000).[32]
“Pekikan Sukma Seorang Cendekiawan: Mencoba Memahami Pemikiran Dr. H.M. Amien Rais, M.A.”, Sekapur Sirih Editor oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Membangun Politik Adiluhung: Membumikan Tauhid Sosial, Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (M.A. Rais, 1998).[212]
“Pengantar Editor” oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Dialektika Islam: Tafsir Sosiologis atas Sekularisasi dan Islamisasi di Indonesia (Y. Latif, 2007).[29]
“Kamu Bergaya Maka Kamu Ada!: Masyarakat Pesolek dan Ladang Persemaian Gaya Hidup”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif (D. Chaney, 2004).[213]
“Pakaian Anda Menunjukkan Siapa Anda?: Semiotika Fashion dan Pakaian sebagai Komunikasi Artifaktual”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Fashion sebagai Komunikasi (M. Barnard, 2007).[195]
“Mencerahkan Akal Budi dalam Sangkar Hegemoni”, Kata Pengantar Editor oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Hegemoni Budaya (D.D. Malik dan I.S. Ibrahim, 1997).[147]
“Memahami Mitos-mitos Budaya Populer dalam ‘Masyarakat Komunikasi’ Mutakhir: Arti Penting Kritik Ideologi Barthes”, Kata Pengantar oleh Idi Subandy Ibrahim dalam terjemahan Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa (R. Barthes, 2007).[214]
“Televisi sedang Menonton Anda!: Kritik terhadap Estetika Komoditas di Balik Tirani TV”, Epilog oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Bercinta dengan Televisi: Ilusi, Impresi, dan Imaji Sebuah Kotak Ajaib (editor: D. Mulyana dan I.S. Ibrahim, 1997).[64]
“Kata Pengantar Editor” oleh Idi Subandy Ibrahim dalam Masa Lalu yang Membunuh Masa Depan: Krisis Agama, Pengetahuan, dan Kekuasaan dalam Kebudayaan Teknokratis (Y. Latif, 1999).[125]
^ abJalaluddin Rakhmat ... [] ; editor, Idi Subandy Ibrahim, Dedy Djamaluddin Malik; et al. (1997). Hegemoni budaya. Cetakan 1. Yogyakarta, Indonesia: Yayasan Bentang Budaya.Pemeliharaan CS1: Penggunaan et al. yang eksplisit (link) Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
^says, Telkom University (2024-04-24). "Memimpikan Kurikulum Inklusif". ALIANSI INDONESIA DAMAI - AIDA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-08-10.