Suara Pembaruan adalah sebuah surat kabar Indonesia yang berbasis di Jakarta. Surat kabar ini pertama terbit pada 4 Februari 1987, berhenti terbit pada 1 Februari 2021.
Sejarah
Sejarah Suara Pembaruan bermula dari Sinar Harapan, surat kabar sore yang pertama kali terbit pada tanggal 27 April 1961 dan dikelola oleh PT. Sinar Kasih. Pada tahun 1986, dunia surat kabar Indonesia terguncang, ketika harian umum ini dicabut izin terbitnya oleh pemerintah Orde Baru. Namun H.G. Rorimpandey selaku pemimpin umum, terus mencari cara untuk bisa kembali menerbitkan Sinar Harapan. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1987 setelah melalui negosiasi panjang dengan pihak pemerintah, pengelola diizinkan kembali menerbitkan koran dengan nama baru yaitu Suara Pembaruan dengan nama penerbit baru yakni PT. Media Interaksi Utama dan tentunya susunan personalia redaksi yang juga baru. Koran baru ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan koran sebelumnya termasuk logo dan rubrikasinya.
Setelah era reformasi, beberapa pihak di internal Suara Pembaruan keluar dan menerbitkan kembali Sinar Harapan, sehingga kedua koran ini yang pada dasarnya dari akar yang sama bersaing di pasar koran sore.
Pada tahun 2006, Mochtar Riady dari Lippo Group duduk sebagai salah satu petinggi di Suara Pembaruan.[3] Sejak saat itu, Lippo Group melalui Globe Media Group masuk ke dalam jajaran kepemilikan Suara Pembaruan yang sebelumnya dimiliki oleh MRA Media. Suara Pembaruan kemudian menjadi bagian dari dengan Globe Media Group (yang kemudian bertransformasi menjadi BeritaSatu Media Holdings dan sekarang dikenal sebagai B Universe), sebuah grup penerbit yang mengelola beberapa media cetak diantaranya koran bisnis Investor Daily, Majalah Investor, majalah Globe Asia, dan koran berbahasa Inggris The Jakarta Globe.
Mulai 13 Januari 2020, Suara Pembaruan berubah menjadi koran pagi.[4]
Dalam keterangan Beritasatu Media Holdings tanggal 21 Januari 2021, Suara Pembaruan akan berhenti terbit mulai 1 Februari 2021, mengacu pada "kemajuan teknologi digital yang mengubah perilaku masyarakat dalam mendapatkan informasi". Selain itu, Beritasatu Media Holdings mengaku telah lama mempersiapkan sebuah migrasi sistematik dari media cetak ke media digital. Namun, jenama (brand) Suara Pembaruan tetap dipertahankan dan "pada saatnya hadir kembali di tengah publik dalam format yang berbeda sesuai perkembangan teknologi informasi".[5][6]
Ikhtisar
Suara Pembaruan dahulunya terbit setiap hari. Edisi Minggunya pernah diedarkan di pasar berbarengan dengan edisi Sabtu sore. Tidak seperti edisi hariannya yang penuh dengan berita berat seperti politik, ekonomi, hukum dan lain-lain, edisi Minggu Suara Pembaruan bercorak lebih santai dan soft. Beritanya dikemas lebih ringan untuk menemani akhir pekan para pembacanya. Edisi Minggu kemudian ditiadakan, membuat Suara Pembaruan hanya terbit Senin hingga Sabtu.[butuh rujukan] Seperti halnya koran-koran mainstream pada umumnya, Suara Pembaruan terbit dalam versi cetak, versi online (www.suarapembaruan.com) dan versi e-paper (epaper.suarapembaruan.com).
Peredaran Suara Pembaruan meliputi sekitar 85% di Jabodetabek dan 15% di kota-kota lain di Indonesia. Banyak kalangan menilai Suara Pembaruan adalah koran sore terbesar di Indonesia. Menurut Nielsen Media Research, profil pembaca Suara Pembaruan adalah pria (67%), usia 30-39 tahun (51%), usia 20-29 tahun (38%), SES A1, A2 (40%), white collar (56%), blue collar (25%), pendidikan SLTA (58%) dan universitas (25%).
Referensi
Pranala luar