GhurabGhurab atau gurab adalah jenis kapal niaga dan kapal perang dari kawasan Nusantara. Kapal ini adalah hasil dari pengaruh mediterania di kawasan, terutama diperkenalkan oleh orang Arab, Persia, dan Ottoman.[1] Untuk armada perang mereka, orang Melayu lebih suka menggunakan kapal-kapal panjang dengan sarat air dangkal, berdayung, yang mirip dengan galai; contohnya lancaran, penjajap, dan kelulus.[catatan 1] Hal ini sangat berbeda dengan orang Jawa yang lebih menyukai kapal-kapal bundar dengan sarat air yang dalam dan dapat mencapai jarak jauh seperti jong dan malangbang. Alasan perbedaan ini adalah karena orang Melayu mengoperasikan kapal mereka di perairan sungai, zona selat terlindung, dan lingkungan kepulauan, sedangkan orang Jawa sering aktif di laut lepas dan berombak tinggi. Setelah pertemuan dengan orang Iberia, baik armada perang orang Jawa maupun Melayu mulai lebih banyak menggunakan ghurab dan ghali.[4][5] EtimologiNama lain dari kapal ini antara lain gorap, gorab, gurab, ghurap, gurap, dan benawa gurab. Namanya berasal dari kata bahasa Arab "ghurāb" atau "ghorāb", berarti burung gagak. Kata itu juga berarti "kapal" atau "galai" dalam bahasa Arab atau Persia.[6][7] Kata benawa atau banawa berasal dari bahasa bahasa Jawa kuno, yang berarti perahu atau kapal.[8][9] Dalam bahasa Melayu artinya kurang lebih sama. Dalam bahasa yang berbeda, kata tersebut dapat merujuk pada jenis kapal dan perahu yang berbeda, tergantung pada konteks kalimatnya.[10] DeskripsiGhurab adalah kapal dagang berukuran sedang hingga besar. Mereka dapat dikonversi menjadi kapal perang dengan menambahkan meriam putar (rentaka). Ghurab awalnya mirip seperti galai, ia memiliki dayung selain layar untuk bergerak.[5] Ghurab yang lebih besar memiliki 2 meriam yang mengarah kedepan (bow-chaser) dan 15 di setiap sisi, dengan total 32 meriam. Yang lebih kecil membawa 2 ke arah depan dan 10 di setiap sisi (22 meriam).[11] Ghurab memiliki buritan yang menonjol.[12] Mereka dapat dilengkapi sampai dengan 3 buah tiang layar.[13] H. Warington Smyth, pada tahun 1902 menggambarkan sebuah gurap niaga bertiang dua yang besar, dibangun dari kayu giam. Dimensinya sebagai berikut: 300 kaki (91,4 m) panjangnya, lebar 30 kaki (9,1 m), kedalaman 20 kaki (6,1 m), lambung bebas air 11 kaki (3,4 m). Kapasitasnya adalah 100 koyan (241,9 ton metrik), dengan tiang layar utama setinggi 100 kaki (30,5 m), diawaki oleh 30 orang. Kapal itu menggunakan layar depan-dan-belakang yang dibuat dengan kain, dengan yard (tiang layar atas) dan gap layar puncak.[14] PeranGhurab digunakan sebagai kapal dagang dan juga kapal perang. Salah satu kisah paling awal tentang ghurab berlatar belakang pertengahan abad ke-14, disebutkan dalam Hikayat Raja-Raja Pasai yang ditulis tahun 1390-an. Ghurab dikatakan merupakan kapal kerajaan Majapahit, digunakan untuk membawa seorang putri bernama Radin Galoh Gemerenchang untuk menikah dengan seorang bangsawan Pasai.[13] Ghurab juga digunakan sebagai kapal perang di samping jong oleh senapati ing alaga (panglima utama) Majapahit.[13] Hikayat Hang Tuah, yang berlatar akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16 dan disusun tidak lebih awal dari abad ke-17, menyebut bahwa dua pencalang dan dua ghurab digunakan kerajaan Majapahit untuk mengirim surat dan hadiah untuk meningkatkan hubungan dengan kesultanan Melaka. Ghurab-ghurab itu dikatakan "dalam gaya kapal Arab".[15] Sampai awal abad ke 16 kapal dagang dan kapal perang utama orang Jawa adalah jong, Sejak pertengahan abad ke-16 kekuatan-kekuatan maritim di Nusantara mulai menggunakan tipe-tipe perahu tempur gesit baru yang dapat dilengkapi dengan meriam berukuran lebih besar: Dalam berbagai serangan atas Malaka yang dilancarkan pada Melaka Portugis setelah kekalahan Pati Unus, mereka tidak lagi menggunakan jong, tetapi menggunakan lancaran, ghurab, dan ghali.[16][5] Pada 1515, Bintan menyerang Kampar dan Melaka Portugis dengan 24 lancaran dan 6 yang besar yang dipanggil gurab.[16] Catatan kosakata Italia-Melayu buatan Antonio Pigafetta tahun 1521 (terbit tahun 1524) menyebut gurap Melayu sebagai sebuah galai (a la galia).[17][18] Hikayat Aceh menyatakan bahwa kesultanan Aceh memiliki 120 ghurab besar pada tahun 1570-an. Ghurab negara (ghorab istana) milik Aceh, Daya, dan Pedir dikatakan membawa 10 meriam, 50 lela, dan 120 cecorong (tidak termasuk istinggar). Yang kecil membawa 5 meriam, 20 lela, dan 50 cecorong.[19] Pada 1624, armada perang Kesultanan Mataram berjumlah 2.000 kapal yang terdiri dari gurab dan perahu kecil.[16] Pada 22 Agustus 1628, 59 gorap angkatan laut Sultan Agung muncul di Batavia, menurunkan pasokan makanan untuk Pengepungan Batavia.[20] Kapal dengan nama yang miripAda beberapa jenis kapal yang secara historis juga disebut sebagai ghurab atau nama serupanya. Namun, deskripsi dan konstruksi masing-masing kapal belum tentu sama. Laut MediteraniaMenurut Al-Maqrizi (tahun 1441 masehi), ghurāb dari laut tengah adalah galai perang yang besar. Menurut Ibnu Mammati (1209 masehi), kapal-kapal ini memiliki 140 dayung. Al-Maqrizi menyebut galai Muslim dan Kristen sebagai ghurāb.[21] Reinaud mengatakan bahwa ghorāb adalah nama yang diberikan orang Moor (muslim) untuk galai sejati. Ubaldo (1181 masehi) menceritakan tentang ghurāb sebagai kapal-kapal yang berlayar ke dan dari Tripoli.[22] Surat-surat Genizah menyebutkan tentang ghurāb kargo yang berlayar dari Maghrib dan Sisilia serta yang beroperasi di Sungai Nil, membawa pengiriman carob dan flaks.[23] Samudra HindiaGhurāb samudra Hindia, yang sering muncul dalam catatan abad ke-17 adalah kapal kargo, bajak laut, dan kapal perang asli Arab-Persia dan India.[24] Abu Shama pada sekitar 1266–1267, dalam Kitab al-rawdatayn fi akhbar al-dawlatayn, menulis tentang ghurab:[25]
Sidi Ali pada tahun 1552, menggambarkan ghurāb sebagai “kapal besar (yang didayung)”; dia juga mengatakan bahwa ghurāb yang lebih kecil adalah “galiot dengan dayung”.[26] Kapal grab dari pesisir Malabar, India, adalah kapal yang pada umumnya dangkal, dan lebar jika dibandingkan dengan panjangnya. Ukurannya bisa berkisar antara 150 ton dan paling besar mencapai 500 ton (bm).[24] Lihat juga
CatatanReferensi
|