Protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina 2022 adalah bentuk reaksi dari individu, kelompok, organisasi, komunitas, profesi dan lain-lain di seluruh dunia kepada Rusia yang berupa kecaman kepada pemerintah Rusia karena invasi yang dilakukan ke Ukraina.[1] Pada 24 Februari 2022, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan bahwa ia akan melaksanakan operasi militer ke Donbas, Ukraina.[2] Deklarasi tersebut ditayangkan di televisi. Setelah pernyataan tersebut diucapkan oleh Putin, terjadi ledakan di Kyiv yang merupakan ibukota Ukraina dan Kota Kharkiv.[3] Tindakan Invasi Rusia ke Ukraina merupakan tindakan yang dalam skala besar akan mempengaruhi stabilitas dan perdamaian internasional, terutama perdamaian Benua Eropa serta merusak asas-asas sistem berbasis aturan internasional.[4]
Invasi ini memicu berbagai reaksi di seluruh dunia. Aksi demonstrasi dilakukan oleh ribuan orang di berbagai negara dengan tujuan mendesak pemerintah Rusia menghentikan operasi militer tersebut.[5] Warga negara Rusia juga melakukan demonstrasi di puluhan kota di negaranya.[6]
Protes di Rusia
Invasi yang dilakukan Rusia memicu aksi protes yang dilakukan dengan berbagai cara oleh warga Rusia dan berbagai profesi.[7] Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky bahkan mengajak warga Rusia untuk terus menentang tindakan pemerintah Rusia.[8] Aksi-aksi protes ini ditanggapi dengan kekerasan dan penangkapan oleh kepolisian setempat.[9] Penangkapan ini didasarkan pada hukum yang berlaku di Rusia bahwa demonstrasi dengan massa yang besar dilarang apabila dilakukan tanpa izin.[10]
Demonstrasi
Sejak pertama kali Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, ribuan warga Rusia dari berbagai kalangan langsung melakukan demonstrasi atau unjuk rasa memprotes keputusan Vladimir Putin untuk melaksanakan serangan militer. Pada malam setelah kejadian, aksi unjuk rasa digelar pada 53 kota di Rusia, termasuk ibu kotanya, Moskwa.[7] Aksi ini terus meluas ke lebih banyak kota-kota disana. Para demonstran membawa tulisan-tulisan anti-perang dan simbol-simbol darurat serta bendera Ukraina. Mereka juga menyerukan kalimat-kalimat penolakan dan kritik terhadap keputusan Putin untuk menyerang Ukraina.[6] Salah satu kalimat yang diserukan adalah "No to War" atau "Tidak untuk Perang".[11]
Pada hari pertama dilaksanakannya demonstrasi, komite investigasi Rusia memberikan peringatan bahwa demonstrasi memprotes invasi Rusia ke Ukraina adalah ilegal. Berdasarkan peraturan hukum yang berada di Rusia, demonstran yang akan melakukan demonstrasi dalam skala besar wajib mengajukan izin minimal 10 hari sebelum demonstrasi dilaksanakan. Apabila demonstrasi dilaksanakan tanpa adanya izin, maka denda berat akan dijatuhkan kepada para demonstran.[12] Untuk mengurangi resiko penangkapan, para demonstran melakukan demonstrasi perorangan atau dalam kelompok kecil dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.[11] Pada September 2022, kelompok kecil demonstran di Saint Petersburg ditahan oleh polisi Rusia.[13]
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh OVD-info, sejak 24 Februari 2022 sampai 15 Oktober 2022 sebanyak 19.335 orang di Rusia ditangkap karena melakukan protes ilegal atas invasi Rusia ke Ukraina.[14]
Surat terbuka dan petisi
Salah satu surat terbuka yang ditujukan kepada Vladimir Putin sebagai bentuk protes adalah pada 1 Maret 2022 surat terbuka diterbitkan di salah satu situs Rusia yang kemudian ditandatangani oleh 6.900 ilmuwan, jurnalis sains dan akademisi Rusia. Hal ini dikarenakan invasi yang dilakukan mempengaruhi aspek ilmiah disana. Proyek ilmiah yang terhambat karena invasi ini beberapa diantaranya adalah Stasiun Luar Angkasa Internasional, pendaratan penjelajah Mars menggunakan alat dari Rusia yang merupakan misi Rusia-Eropa, dan batalnya Rusia menjadi tuan rumah Kongres Internasional Matematikawan.[1] Pada surat terbuka ini, disebutkan bahwa para ilmuwan Rusia mengecam keras invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina karena mereka telah berjuang mengedepankan reputasi Rusia dalam bidang sains dengan prinsip kemanusiaan sebagai dasarnya.[15] Mereka kemudian menyatakan bahwa perang hanya akan berdampak negatif bagi negaranya termasuk semakin sulitnya bekerja sama dengan negara lain di bidang sains.[15]
Aktivis politik di Rusia, Lev Ponomaryov juga memulai petisi daring dengan judul "Stop the War with Ukraine" atau "Hentikan Perang dengan Ukraina". Petisi yang menuntut pemerintah Rusia untuk mengakhiri konflik ini ditandatangani oleh lebih dari 1.500.000 orang. Petisi ini berisikan tuntutan penarikan angkatan bersenjata Rusia dari Ukraina dan meminta pertanggungjawaban atas invasi yang dilakukan. Petisi ini juga menampilkan tautan menuju surat terbuka yang telah dibuat oleh sejumlah komunitas profesi seperti guru, ilmuwan, dan LSM yang memprotes operasi militer ini. Pada 5 Maret petisi daring ini diserahkan ke Vladimir Putin dengan lampiran nama-nama penandatangan petisi tersebut.[16]
Selain ilmuwan dan aktivis, 84 pejabat dan deputi dari berbagai distrik di Rusia juga ikut memprotes invasi Rusia ke Ukraina pada 14 September 2022. Mereka melakukan protes dengan menandatangani petisi yang berisi tuntutan kepada Presiden Rusia untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Presiden Rusia. Salah seorang pejabat Rusia bahkan menganggap pemerintahan rusia saat ini menjadi otoriter dan karena hal ini Rusia menjadi berada di posisi isolasi internasional yang sangat merugikan negara.[17]
Stasiun televisi negara
Malam 14 Maret 2022, di salah satu stasiun televisi milik pemerintah Rusia, seorang editor bernama Marina Ovsyannikova memprotes invasi Rusia ke Ukraina dengan menginterupsi siaran berita utama yang sedang tayang.[18] Ia muncul dibelakang pembawa berita dengan membawa poster dengan tulisan ajakan untuk tidak mempercayai propaganda dan kebohongan yang disampaikan di stasiun televisi tersebut sambil berteriak slogan anti-perang "Stop the war, no to war". Tidak lama setelah aksi tersebut, Marina ditangkap dan ditahan di pusat televisi Ostankino kemudian dibawa ke kantor polisi di Moskwa.[19]
Penolakan tentara militer ikut berperang
Tentara Rusia banyak melakukan penolakan untuk menjalankan tugas resmi untuk menginvasi Ukraina, beberapa dari mereka meninggalkan pos tanpa melapor kepada komandan mereka sejak invasi ke Ukraina dideklarasikan. Selain itu, Garda Nasional Rusia yang merupakan pasukan yang biasanya ditugaskan untuk menghalangi dan menghentikan aksi protes di Rusia juga menolak memenuhi perintah untuk menghentikan demonstrasi di kota-kota di Rusia. Menurut kementerian pertahanan Inggris, sepertiga pasukan tempur darat Rusia sudah habis sejak awal invasi dilakukan. Tentara Rusia yang berada di Ukraina melakukan berbagai upaya untuk dapat pulang ke Rusia.[20] Mereka juga menyabotase kendaraan mereka saat bertugas di Ukraina karena tidak ingin bertempur.[21]
Tentara-tentara Rusia yang menolak ikut perang dipecat, sampai Juni 2022 terdapat 115 Garda Nasional Rusia yang mengalami pemecatan. Hal ini tidak dapat ditentang, sebab mereka memang menolak tugas resmi dari negara.[20]
Banyaknya tentara Rusia yang menolak berperang, membuat Vladimir Putin memperjelas hukuman terhadap tentara yang melakukan penolakan dan pembelotan secara sengaja. Presiden Rusia itu mengesahkan amandemen mengenai hukuman penolakan perang tanpa izin dan secara sengaja oleh tentara Rusia bahwa mereka yang melakukan hal tersebut akan mendapatkan hukuman sampai 10 tahun penjara.[22]
Protes di negara lain
Keprihatinan yang timbul dari berbagai masyarakat di dunia atas invasi yang dilakukan Rusia ditunjukkan dengan sikap dan tindakan para demonstran di berbagai negara. Mereka melakukan unjuk rasa ke depan kedutaan-kedutaan besar Rusia yang ada di negara mereka. Bendera Ukraina dan bermacam-macam poster terkait sikap menentang akan perang dibawa oleh demonstran disana sambil berteriak menolak perang.[23]
Amerika Serikat
Tiga jam setelah deklarasi Presiden Rusia mengenai invasi Rusia ke Ukraina, warga Amerika Serikat melakukan protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Mereka melakukan unjuk rasa atau demonstrasi di depan gedung kedutaan besar Rusia di Washington, D.C, Amerika Serikat.[23] Demonstran membawa bendera Ukraina dan poster terkait kecaman terhadap Putin dan Rusia. Mereka juga berteriak "Hentikan agresi Rusia".[24]
Pada 5 Maret 2022 ribuan orang di Times Square, Manhattan, New York menuntut agar Uni Eropa, NATO, dan Amerika Serikat ikut serta dalam upaya menghentikan serangan ke Ukraina. Selama beberapa jam mereka menyerukan bahwa mereka menentang tindakan Rusia terhadap Ukraina.[25] Mereka membawa bendera raksasa Ukraina dan beberapa membawa foto Vladimir Putin dan Hitler dengan maksud membandingkan suatu kekejaman yang dipimpin oleh keduanya pada waktu yang berbeda.[25]
Jepang
Protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina juga dilakukan di Tokyo, Jepang. 2.000 orang berkumpul di Persimpangan Shibuya, Tokyo.[26] Demonstran terdiri atas warga negara Ukraina yang sedang tinggal di Jepang dan warga negara Jepang, mereka membawa bendera Ukraina sebagai bentuk keprihatinan.[23] Poster-poster bertuliskan "Hentikan perang di Ukraina" dan "Bebaskan Ukraina" juga terlihat pada aksi demonstrasi yang dilakukan.[26]
Prancis
Ratusan orang melakukan aksi demonstrasi di depan kedutaan besar Rusia di Paris, Prancis. Mereka berteriak agar Rusia mengehentikan perang dan serangan ke Ukraina. Mereka juga membawa poster-poster dengan tulisan "Putin Ukraina 2022, Hitler Polandia 1939" mengacu pada kekejaman Nazi Jerman.[27]
Selain aksi demonstrasi, direktur Museum Grévin, Yves Delhommeau mencopot patung lilin Vladimir Putin di Museum Grévin, sebuah museum lilin di Paris sebagai bentuk protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Patung lilin tersebut telah dipasang sejak tahun 2000. Karakter Presiden Rusia tersebut dinilai tidak mungkin lagi di panjang di museum itu, sebab para pengunjung Museum Grévin melakukan serangan kepada patung lilin Putin sehingga pihak museum seringkali harus memperbaikinya.[28]
Vandalisme
Aksi vandalisme dilakukan di Gedung Konsulat Jenderal Rusia yang berada di Manhattan, New York pada dini hari 30 September 2022. Polisi di kota setempat mendapat laporan mengenai hal ini pada pukul setengah dua pagi waktu setempat. Gedung itu dipenuhi coretan-coretan cat berwarna merah. Cat merah tersebut menutup jendela dan pintu gedung tersebut.[29] Kepolisian setempat menyatakan bahwa aksi yang dilakukan merupakan tindakan kriminal.[30]
Foto-foto gedung ini dengan cepat menyebar di media sosial. Pengguna-pengguna media sosial menggunakan foto tersebut untuk menyampaikan dukungan mereka kepada Ukraina atau untuk memprotes Rusia.[29]