Surat terbuka

J'Accuse…! adalah surat terbuka yang ditulis oleh Émile Zola pada 1898 mengenai Skandal Dreyfus .
Open Letter to Hobbyists yang ditulis oleh Bill Gates melalui Homebrew Computer Club Newsletter, Januari 1976

Surat terbuka adalah suatu surat yang secara sengaja diterbitkan agar bisa dibaca oleh khalayak luas, atau surat yang ditujukan untuk seseorang yang disebarluaskan melalui media publik. [1] [2]

Surat terbuka biasanya berbentuk surat yang ditujukan kepada seseorang yang disajikan kepada masyarakat melalui surat kabar dan media lainnya, misalnya surat kepada redaksi atau blog . [3] Kritik yang ditujukan kepada para elit politik juga cukup sering disampaikan dalam bentuk surat terbuka.

Dua surat terbuka paling termasyhur yakni J'accuse...! yang ditulis oleh Émile Zola kepada Presiden Perancis, mengecam pemerintah Perancis yang keliru menghukum Alfred Dreyfus atas tuduhan spionase, dan surat Martin Luther King Jr. berjudul Letter from Birmingham Jail, yang memuat kutipannya yang terkenal "Ketidakadilan di mana pun adalah ancaman terhadap keadilan di mana pun". [3]

Konteks

Pada abad-abad lampau, penulisan surat merupakan bentuk komunikasi yang cukup penting. Isi surat biasanya dijaga kerahasiaannya antara pengirim dan penerima. Oleh karena itu, surat terbuka, yang biasanya dimuat di surat kabar atau majalah, menyediakan kesempatan langka bagi masyarakat untuk bisa mengetahui pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang tokoh kepada tokoh lainnya. [4] Surat terbuka di surat kabar menjadi semakin populer pada akhir abad ke-19. [3]

Pada abad ke-21, dokumen yang dilabeli sebagai surat terbuka telah menjadi suatu hal yang umum yang sifatnya mirip dengan siaran pers, dengan banyaknya surat terbuka yang dikirimkan secara otomatis dan massal ke pelbagai surat kabar dan media publikasi lainnya. [4] [3] Di sisi lain, postingan blog dan postingan di media sosial umumnya juga dianggap sebagai surat terbuka. [2] Di abad ke-21, surat terbuka yang dibubuhi tanda tangan banyak orang (mirip dengan petisi daring) menjadi semakin lazim. [3]

Saat seorang ilmuwan menerbitkan surat terbuka tentang sains, ia sangat mungkin menggunakan gaya yang sama seperti saat menulis karya ilmiah, seperti menggunakan penelaahan sejawat secara informal sebelum tulisannya dipublikasikan, dengan meyakini bahwa gaya penulisan ilmiah seperti ini memiliki nilai luhur tersendiri. [5]

Motivasi untuk menulis

Ada beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk menulis surat terbuka, antara lain:

  • Untuk mengkritik sesuatu secara terbuka. [3] [6]
  • Untuk menyatakan pendapat penulis. [3]
  • Sebagai upaya untuk memulai, atau mengakhiri, [6] dialog yang lebih luas tentang suatu isu.
  • Sebagai upaya untuk memusatkan perhatian masyarakat luas pada si penerima surat, demi mendorong mereka untuk mengambil tindakan tertentu.
  • Sebagai bagian dari komunikasi krisis hubungan masyarakat atau manajemen reputasi organisasi [7] [8]
  • Sebagai sebuah humor.
  • Untuk mengumumkan kepada publik sebuah komunikasi yang harus dilakukan melalui surat sebagai formalitas.

Permasalahan

Eric Kaufmann mencirikan penulisan surat terbuka di dunia akademis yang menyerukan pemecatan akademisi tertentu sebagai sebuah bentuk "otoritarianisme keras" yang menyertai kebenaran politik dan budaya pengenyahan . [9] Tokoh-tokoh lainnya mengasosiasikan surat terbuka dengan perundungan, perpecahan, safetyism (menekan gagasan-gagasan tertentu demi menjaga kenyamanan emosional pembaca), dan budaya mengeluh. [6] Surat terbuka daring memiliki beberapa kesamaan dengan gosip, termasuk kemustahilan untuk membatalkan apa yang telah disebarluaskan dan penggunaannya oleh kelompok marginal untuk menyampaikan keluhan mereka. [10] Lantaran formatnya (sebuah surat, yang ditulis kepada seseorang atau suatu kelompok tetapi sengaja diterbitkan secara terbuka oleh penulisnya) tidak menentukan bagaimana isinya, maka isinya bisa baik, buruk, atau netral; surat terbuka bisa bermanfaat maupun berbahaya; bisa akurat maupun tidak; bisa sungguh-sungguh dipertimbangkan maupun asal-asalan; bisa menjelaskan situasi yang kompleks secara adil dan bernuansa, bisa pula terlampau menyederhanakannya menjadi sekadar retorika “ bersama kami atau melawan kami”. [4]

Surat terbuka cenderung tidak menyentuh hati dan pikiran, terutama jika hubungan antara penulis, topik, dan penerimanya terbatas. [4] Adanya hubungan yang dekat, misalnya seorang staf fakultas menulis surat kepada rektornya tentang harapan dan tujuan mereka terhadap para mahasiswa mereka, lebih mungkin efektif dalam memengaruhi keputusan dibandingkan jika hubungannya jauh atau bahkan tidak ada, semisal seorang mahasiswa menulis dan membagikannya melalui internet tentang pemikirannya atas situasi politik di negara asing — yang kebanyakan mahasiswa belum pernah mengunjunginya. [4]

Para penanda tangan sangat mungkin merasa terpaksa untuk membubuhkan tanda tangannya pada sebuah surat terbuka yang ditulis oleh orang lain. [4] Bahkan jika sebuah surat terbuka ditulis secara serampangan, atau tidak sepenuhnya mencerminkan pandangan seluruh pihak yang menandatanganinya, penolakan untuk ikut mengabsahkan surat tersebut bisa dianggap sebagai ketidaksepakatan terhadap gagasan besarnya. [4] Dalam kasus lain, penanda tangan bisa jadi tidak sepenuhnya memahami isinya. [4]

Lihat juga

Tautan eksternal

Referensi

  1. ^ Guerra, Cristela (1 March 2016). "The appeal of open letters and what it says about us - The Boston Globe". BostonGlobe.com. Diakses tanggal 31 May 2020. 
  2. ^ a b c d e O'Shea, Samara (March 22, 2012). "An Open Letter ... About Open Letters". NPR.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 May 2020. 
  3. ^ a b c d e f g h i "The rise of the open letter". BBC News. 23 March 2011. Diakses tanggal 31 May 2020. 
  4. ^ a b c d e f g h Filipovic, Jill (2023-11-10). "The Most Confusing Activism Around the Israel-Hamas War". Slate (dalam bahasa Inggris). ISSN 1091-2339. Diakses tanggal 2023-11-12. 
  5. ^ Graminius, Carin (2020-06-16). "Conflating scholarly and science communication practices: the production of open letters on climate change". Journal of Documentation (dalam bahasa Inggris). 76 (6): 1359–1375. doi:10.1108/JD-01-2020-0015. ISSN 0022-0418. 
  6. ^ a b c Howard-Hassmann, Rhoda E.; McLaughlin, Neil (August 2022). "Ideacide: How On-Line Petitions and Open Letters Undermine Academic Freedom and Free Expression". Human Rights Quarterly (dalam bahasa Inggris). 44 (3): 451–475. doi:10.1353/hrq.2022.0023. ISSN 1085-794X. 
  7. ^ Liu, Jiangmeng; Hong, Cheng; Yook, Bora (2022-05-27). "CEO as "Chief Crisis Officer" under COVID-19: A Content Analysis of CEO Open Letters Using Structural Topic Modeling". International Journal of Strategic Communication (dalam bahasa Inggris). 16 (3): 444–468. doi:10.1080/1553118X.2022.2045297. ISSN 1553-118X. 
  8. ^ Compton, Josh; Compton, Jordan L. (June 2023). "Playoff Losses, Mayoral Politics, Image Repair, and Inoculation: Open Letter Sport Communication". Communication & Sport (dalam bahasa Inggris). 11 (3): 616–633. doi:10.1177/21674795211067471. ISSN 2167-4795. 
  9. ^ Academic Freedom in Crisis: Punishment, Political Discrimination, and Self-Censorship (PDF) (Laporan). Center for the Study of Partisanship and Ideology. 2021-03-01. 2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-03-07. Hard authoritarianism entails no-platforming, dismissal campaigns, social media mob attacks, open letters, and formal complaints and disciplinary action, and stems mainly from a subgroup of illiberal far-left activist staff and students. I find that only a small minority of academic staff are protagonists. Figure 1 shows support for cancellation across five surveys and five hypothetical scenarios involving controversial academics. 
  10. ^ Wong Ken, Steph (Spring 2023). ""Worlds appear from her big mouth": The Mutiny of Online Open Letters". C Magazine (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-12.