Pertemuan Pangkalan Udara Ramstein 2022Pertemuan Pangkalan Udara Ramstein adalah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, pada 26 April 2022. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas peristiwa invasi Rusia ke Ukraina, khususnya tingkat kemampuan pertahanan Ukraina, serta menjanjikan dan mengoordinasikan dukungan lebih lanjut ke Ukraina, termasuk setelah masa perang. Pertemuan ini dihadiri oleh para perwakilan dan pejabat pertahanan senior lebih dari 40 negara. Mayoritas dari para pejabat tersebut adalah anggota NATO dan Uni Eropa, juga dihadiri oleh negara-negara di Afrika dan Asia. Pertemuan tersebut merupakan bagian dari Kelompok Konsultatif Pertahanan Ukraina, juga dikenal dengan Grup Kontak Pertahanan Ukraina.[1][2] Perwakilan negaraPertemuan tersebut diwakili lebih dari 40 negara, termasuk negara-negara anggota NATO dan non-NATO.[1] Semua negara-negara anggota Uni Eropa (UE) juga turut serta.[3] Perwakilan dari beberapa negara, di antaranya Israel dan Qatar, turut hadir dalam pertemuan tersebut tetapi tidak muncul dalam daftar resmi peserta.[1] Menurut Washington Post, masuknya negara-negara non-NATO seperti Jepang, Kenya dan Tunisia adalah "bagian dari upaya untuk memperluas dukungan simbolis dan substantif bagi Ukraina di luar aliansi dan Eropa".[1] Peserta non-NATO dan non-UE lainnya yang menghadiri pertemuan tersebut termasuk Australia, Yordania, Liberia, Maroko, Selandia Baru dan Korea Selatan.[2][4][5] Pemberitahuan tentang penyelenggaraan pertemuan tersebut dilakukan kurang dari satu minggu.[6] Meskipun tidak diselenggarakan di bawah naungan NATO,[7] pertemuan tersebut seharusnya dihadiri oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.[8] Namun, ia tidak dapat hadir karena bergejala flu.[2] Sementara sebagian besar negara mengirimkan perwakilannya untuk hadir datang ke lokasi pertemuan, kecuali Korea Selatan dan Jepang yang bergabung secara virtual.[3] DelegasiUkraina – Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov; Letnan Jendral Yevhen Moisiuk Negara-negara anggota NATO
Mitra Asia Pasifik
Mitra Timur Tengah
Mitra Afrika
PertemuanDalam pertemuan ini, Ukraina menyatakan uraian akan kebutuhan pertahanannya[3] dan beberapa negara mengumumkan pengiriman senjata-senjata beratnya ke Ukraina, termasuk Jerman dan Kanada.[6][10] Pemimpin pertemuan, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, yang sehari sebelumnya telah mengunjungi Kyiv, mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa kunjungannya ke Kyiv "hanya menggarisbawahi nalar urgensi saya, sebuah urgensi yang saya tahu kita semua berbagi", menyatakan ia ingin "seluruh kelompok pada hari ini, untuk berangkat dengan pemahaman yang sama dan transparan, tentang kebutuhan keamanan jangka pendek Ukraina, karena kita akan berupaya sekeras mungkin sehingga kita dapat memenuhinya."[1] Dalam ruangan tertutup, jenderal Mark Milley dilaporkan telah menyatakan bahwa "dua, tiga, empat minggu ke depan, akan terbentuk hasil secara keseluruhan dari pertempuran ini,[1] menyatakan "waktu tidak berada di pihak Ukraina."[4] Ia juga menyatakan bahwa pertemuan ini "untuk membantu Ukraina memenangkan pertempuran terhadap invasi Rusia yang tidak adil dan membangun pertahanan Ukraina bagi tantangan masa yang akan datang" dan bahwa "kita ingin mempersulit Rusia yang memberi ancaman kepada para tetangganya dan membuatnya kurang mampu untuk melakukannya."[2][8] Austin juga mengomentari serangkaian serangan yang terjadi sehari sebelum diselenggarakannya pertemuan tersebut, pada 25 April 2022 di Transnistria yang didukung Rusia, negara Republik yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Moldova. Austin lebih spesifik menyatakan bahwa ia "tidak begitu yakin tentang semua apa yang dimaksud, tetapi itu adalah sesuatu yang harus kita fokuskan".[11] Dalam pertemuan tersebut, dengan dilatarbelakangi tekanan domestik dan internasional, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht, mengumumkan bahwa senjata antipesawat swagerak Flakpanzer Gepard yang berasal dari stok industri akan ditawarkan ke Ukraina, dengan menyatakan "Jerman, bersama dengan sekutunya, berdiri tegak di sisi teman-teman Ukraina yang sangat membutuhkan".[8][12] Sistem antipesawat Gepard dianggap sebagai landasan kemampuan pertahanan udara militer Jerman.[13] Hal ini menandai perubahan besar dalam kebijakan Jerman, setelah sebelumnya ragu-ragu dalam mengirimkan senjata berat ke Ukraina.[8] Lambrecht juga menyatakan bahwa tentara Ukraina akan dilatih menggunakan sistem tersebut di Jerman.[8] Reaksi dan kesudahanMenurut Menteri Pertahanan Austin, pertemuan tersebut akan berubah menjadi "grup kontak" bulanan untuk pertahanan diri Ukraina.[8] Bagian dari fokusnya adalah untuk mengatur kerja sama di bidang industri, untuk menangani "permintaan luar biasa yang kita hadapi untuk amunisi dan platform senjata".[6] Hal ini akan terbuka bagi negara mana pun yang bersedia berkontribusi pada kemampuan pertahanan Ukraina dan sebagaimana yang diharapkan oleh Amerika Serikat bahwa, lebih banyak negara yang akan bergabung dalam pertemuan mendatang secara virtual.[6] Setelah pertemuan tersebut, Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov menyatakan di Twitter bahwa "Kami membutuhkan senjata. Senjata modern. Sejumlah besar senjata berat modern".[4][14] Ia juga menyebut konferensi tersebut sebagai "pertemuan penting"[15] dan bahwa "telah terjadi pergeseran filosofis tektonik".[16] Marcel Dirsus, seorang rekan nonresiden di Institut Kebijakan Keamanan Universitas Kiel, menyatakan bahwa pernyataan Jerman di Ramstein sebagai "sinyal kuat" dari Jerman, setelah serangkaian pernyataan kontradiktif dan keengganan yang terlihat akhir-akhir ini.[12] Mantan Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Volodymyr Yelchenko, menyatakan bahwa pertemuan tersebut mungkin menandai pembentukan resmi "Koalisi Anti-Putin".[17] Wakil Rektor Universitas Katolik Ukraina dan Ilmuwan politik, Dmytro Sherenhovskyy, menyatakan bahwa pertemuan tersebut menandai perubahan signifikan dalam arsitektur keamanan internasional.[16] Menurut Euromaidan Press, "dalam artian tertentu, pertemuan Ramstein menunjukkan peningkatan bertahap dalam kesiapan para pemimpin nasional untuk mengambil tanggung jawab dalam kepemimpinan global", juga menyatakan bahwa "peristiwa pertemuan di pangkalan Angkatan Udara AS Ramstein telah disebut bersejarah bagi Ukraina."[16] Pada 8 September 2022, Pemerintah Amerika Serikat mengucurkan tambahan bantuan militer senilai 675 juta dolar bagi dukungan keamanan Ukraina, dalam rangka memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan yang mendesak. Sebagaimana yang telah disetujui oleh Presiden Joe Biden sehari sebelumnya.[18] Bantuan ini berupa paket amunisi dan persenjataan berat, termasuk di antaranya sistem artileri roket HIMARS, kendaraan tempur serbaguna, hingga peluru kendali anti radiasi. Departemen Pertahanan Amerika Serikat merilis pernyataan bahwa, secara keseluruhan Amerika Serikat telah berkomitmen sekitar 15,2 milyar dolar, bagi dukungan keamanan Ukraina sejak Januari 2021.[19][20] Melalui Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan AS berencana untuk menyediakan investasi jangka panjang bagi Pembiayaan Militer Asing sekitar 2 milyar dolar dalam rangka meningkatkan keamanan Ukraina dan negara-negara tetangga Ukraina.[19][21][22] Menindaklanjuti pertemuan Kelompok Konsultatif Pertahanan Ukraina yang berlangsung pada bulan Oktober 2022, Menteri Pertahanan Nasional Kanada, Anita Anand mengumumkan bahwa Kanada akan memberikan bantuan militer lebih dari 47 juta dolar untuk mendukung Ukraina dalam memperjuangkan kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayahnya. Paket bantuan tersebut berupa perangkat dan amunisi yang kompatibel dengan senjata artileri M777 howitzer, yang sebelumnya telah dikirimkan dan dilakukan pelatihan terhadap tentara Ukraina. Selain itu terdapat pula drone dan sarana telekomunikasi dalam paket bantuan tersebut.[23][24] Dalam pertemuan itu pula, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin menyatakan bahwa, NATO akan terus mendukung Ukraina tanpa "ikut terlibat" dalam konflik kedua negara melalui pernyataannya, "NATO tidak akan terseret ke dalam perang pilihan Rusia, tetapi kami akan mendukung Ukraina, karena negara itu berjuang untuk mempertahankan diri". Namun, tidak dijelaskan bagaimana tanggapan NATO bila Rusia menggunakan senjata nuklirnya di Ukraina, dengan menekankan bahwa, Moskow masih memiliki pilihan "untuk mengakhiri perang hari ini".[25] Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan, "NATO akan tetap mendukung Ukraina selama diperlukan. Kami tidak akan mundur".[26] Referensi
|