Uni Eropa adalah anggota dari G7. G7 adalah pertemuan antara negara-negara terkuat industri, secara politis dan ekonomis di dunia. Uni Eropa memiliki hak pribadi dan kepentingan obligasi sebagai bagian dari keanggotaan ini namun tanpa hak untuk menyelenggarakan untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi. Negara-negara tersebut adalah: Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat dan Kanada. Uni Eropa hadir sebagai anggota ke delapan.
Uni Eropa menghadiri pertemuan tingkat tinggi G7 sehubungan dengan keterlibatannya secara politik geografis. Keterlibatan UE dalam ekonomi dunia bertambah dengan pendirian satu-pasar, mata-uang dan kebijaksanaan luar-negeri yang sama dalam wilayah Uni Eropa.
Pertemuan G7 dilaksanakan selama dua hari. Hari Pertama diisi dengan pembicaraan utama yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan politik dunia, ekonomi dan isu-isu lain. Hari Kedua berisikan pertemuan informal membicarakan tentang perkembangan terakhir di kawasan dan hubungan antar negara. Pertemuan ini merupakan kesempatan bagi para pemimpin dunia untuk saling bertemu dan berunding tatap-mata.
Pertemuan G7 yang ke-44 diadakan di La Malbaie, Charlevoix, Quebec, Kanada pada tanggal 8-9 Juni 2018. Presiden Dewan Eropa yang mewakili Uni Eropa, Donald Tusk, hadir dalam pertemuan ini [1]
Sejarah
Sejak tahun 1975, Pimpinan beberapa negara industri telah saling bertemu dalam acara tahunan untuk membicarakan tentang isu-isu yang berkaitan dengan ekonomi dan politik dunia yang dihadapi oleh masyarakat domestik dan komunitas internasional secara keseluruhan.
G7 merupakan hasil samping dari pertemuan-pertemuan yang diadakan pada tahun 1975 antara Valéry Giscard D’Estaing dari Prancis dan Helmut Schmidt dari Jerman pada saat mereka berdua masing-masing masih menjadi Menteri Keuangan, untuk membicarakan krisis minyak pada pertengahan tahun 70 yang mempengaruhi ekonomi dan politis dunia. Presiden Prancis Giscard D’Estaing meminta para pemimpin dari Jerman, Italia, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat untuk bertemu pada tahun 1975 untuk menanggapi hal ini.
Pertemuan pertama diadakan di Rambouillet, Prancis pada bulan Nopember 1975. G7 menjadi lengkap dengan tujuh negara setelah Kanada bergabung pada tahun 1976 pada pertemuan yang diadakan di San Juan, Puerto Rico dan pertemuan KTT Komunitas Eropa di London, Inggris pada tahun 1977.
Uni Eropa pertama kali diundang ke pertemuan G7 pada tahun 1977. Pada saat itu Perwakilan dari Komunitas Eropa memulai partisipasi UE di KTT G7, London. Pada awalnya, kepentingan UE dibatasi hanya untuk wilayah yang berkompetensi secara eksklusif saja, namun hal ini telah berubah dan berkembang selanjutnya.
Saat ini Uni Eropa diwakili oleh Presiden Komisi dan Presiden Dewan Eropa (Uni Eropa). Yang terakhir mewakili sesuai rotasi dari pimpinan Dewan Uni Eropa. Presiden Dewan Uni Eropa sering kali bersamaan dengan salah-satu dari anggota G7, dalam hal demikian, maka yang bersangkutan akan mewakili sesuai dengan mandat dari Uni Eropa. Sejak tahun 2009, Presiden Dewan Eropa adalah posisi yang permanen dan selalu hadir pada pertemuan tingkat tinggi. Berhubung Uni Eropa adalah salah-satu anggota, maka hal-hal yang disampaikan pada pertemuan G7 akan selalu mengikat secara politik.
Masuknya Rusia dan Terbentuknya G8
Rusia (sebelumnya USSR) pernah berpartisipasi pada dialog sesi akhir KTT G7 sejak tahun 1991. Kemudian sejak pertemuan di Napoli, Italia, tahun 1994, Pimpinan G7 telah bertemu dengan Rusia pada setiap pertemuan berikutnya.
Setelah pertemuan di Denver, Amerika Serikat, pada tahun 1997, Rusia dikukuhkan menjadi partisipan penuh tetapi tanpa kewajiban ekonomi dan finansial tertentu. Partisipasi penuh Rusia ini membentuk G8 atau Kelompok Grup Delapan pada KTT tahun 1998. Uni Eropa hadir sebagai anggota ke sembilan.[2]
Pada bulan Maret 2014, Rusia dibatalkan keikut-sertaan-nya pada rencana pertemuan G8 di Sochi akibat aksi Rusia di Ukraina dan Aneksasi Krimea, dan G7 memutuskan untuk memindahkan KTT tahun itu ke Brussel, Belgia. Meskipun UE tidak memiliki hak untuk menyelenggarakan pertemuan G7, namun UE menjadi tuan rumah untuk KTT G7 di Brussel. KTT Brussel berlangsung pada tanggal Juni 4-5, 2014 tanpa kehadiran Rusia. Akibat pembatalan keanggotaan Rusia tersebut, maka G7 kembali ber-anggotakan tujuh negara yaitu: Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat dan Kanada. Dan Uni Eropa kembali sebagai anggota ke delapan.[3]
Pada Bulan Juni 2018, sebelum berangkat menghadiri pertemuan G7 di Quebec, Presiden Donald Trump dari Amerika Serikat mengusulkan agar Rusia dimasukkan kembali kedalam pertemuan G7. Presiden Vladimir Putin menanggapi usulan Trump tersebut sebagai hal yang konstruktif.[4] Usulan Trump ini mengakibatkan banyak reaksi yang berbeda antara lain: Theresa May, PM Inggris, mengingatkan kembali akan keluarnya Rusia dari G8 akibat intervensi di Ukraina dan Aneksasi Krimea. Menteri Luar-negeri Kanada, Chrystia Freeland, mengatakan bahwa usulan Trump tersebut kemungkinan kecil bisa dibicarakan dan memperoleh kesamaan pendapat dalam pertemuan G7. Sedangkan Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, mendukung usulan Trump ini.[5]
KTT G7 dan Pengaruhnya
KTT G7 selalu konsisten untuk membicarakan masalah manajemen ekonomi makro, perdagangan internasional. Perhatian atas hubungan ekonomi antara Timur-Barat, masalah enersi dan terorisme adalah pertanyaan-pertanyaan selalu timbul kembali dalam pertemuan G7. Agenda pertemuan G7 telah berkembang dengan memasukkan isu-isu ekonomi mikro seperti ketenaga-kerjaan dan jalan tol informasi, isu trans-nasional tentang lingkungan, kriminal dan obat-obatan terlarang, dan menjadi tuan rumah untuk isu keamanan politis dari hak-hak asasi manusia ke keamanan regional, sampai ke kontrol persenjataan.
Tuan rumah KTT mengikuti rotasi sebagai berikut: Prancis, Amerika Serikat, Inggris, Rusia (2006-2014), Jerman, Jepang, Italia, Kanada. Tuan rumah bertanggung-jawab selama siklus KTT sampai pada akhir tahun kalender. Selama tahun tersebut, para pembantu perwakilan pimpinan - yang disebut Sherpa - bertemu secara rutin untuk mendiskusikan agenda dan me-monitor perkembangan.
KTT G7 telah menghasilkan jaringan pertemuan antara para pendukung kementerian, yang mengijinkan mereka untuk bertemu secara reguler selama tahun berjalan untuk melanjutkan pekerjaan yang diputuskan selama KTT. Hal ini termasuk pertemuan antar Menteri Keuangan, Menteri Luarnegeri, Menteri Lingkungan Hidup. Selain itu menteri-menteri dan pejabat juga bertemu secara ad-hoc untuk membicarakan isu-isu penting yang terjadi saat itu seperti hal-hal yang berkaitan dengan terorisme, enersi, dan perkembangan. Para Pimpinan dari waktu ke-waktu juga membuat satuan kerja atau grup kerja yang fokus untuk isu-isu khusus dalam perhatian, seperti pencucian uang yang berkaitan dengan obat-obatan terlarang, keamanan nuklir, dan kriminal ter-organisasi antar negara.
KTT G7 menciptakan kesempatan penting bagi para pemimpin yang sibuk untuk saling bertemu untuk membicarakan isu-isu internasional yang komplex, dan untuk memperoleh hubungan pribadi antar personil yang membantu mereka untuk menanggapi secara efektif dan kolektif bila tiba-tiba terjadi kejutan dan krisis. KTT ini juga memberikan arah bagi komunitas internasional untuk mengatur prioritas, men-definisikan isu-isu terbaru dan menyediakan petunjuk untuk organisasi internasional. Pada saatnya hal-hal tersebut akan sampai kepada keputusan yang mengarah ke penyelesaian masalah-masalah yang penting atau membentuk persepsi internasional untuk penyelesaian masalah-masalah tersebut.
Uni Eropa pada Pertemuan G7
Uni Eropa telah menghadiri semua pertemuan KTT G7 sejak tahun 1981 di Ottawa, Kanada. Sebagai salah-satu wilayah ekonomi terbesar di dunia, UE berkepentingan untuk ikut-serta dalam proses G7. Faktor lain adalah meningkatnya komitmen untuk policy keamanan.
Pada pertemuan G7 tahun 2018 di Charlevoix, Quebec, Kanada, Uni Eropa diwakili oleh Presiden Komisi Eropa, Donald Tusk, dan Presiden Dewan Eropa, Jean-Claude Juncker.
Dalam pertemuan itu, UE bersama dengan Kanada, Jerman, Jepang, Inggris dan Bank Dunia sepakat untuk meng-investasikan sejumlah €2,5 miliar untuk memperbaiki kualitas pendidikan untuk anak-anak perempuan dan wanita di seluruh dunia.
Uni Eropa mengulangi lagi komitmen untuk meng-implementasikan Perjanjian Iklim Paris, bersama dengan Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris. Para pemimpin G7 mendiskusikan aksi-aksi yang pasti bersama dengan mitra terkait untuk preservasi lautan dan untuk melawan ancaman limbah plastik.[6]
Mengenai penolakan Presiden Trump untuk menanda-tangani Komunike Final G7 di Charlevoix, Uni Eropa secara jelas menyatakan untuk melanjutkan menegakkan sistem multi-lateral yang berbasis aturan internasional. Uni Eropa akan selalu didorong untuk berbagi nilai-nilai kebebasan, demokrasi, aturan hukum dan penghormatan kepada hak asasi manusia. Uni Eropa akan tetap dalam pusat agenda global yang mempromosikan ketenaga-kerjaan, pertumbuhan, kebebasan dan kesetaraan perdagangan, lingkungan hidup yang bersih, kesetaraan gender, dan bantuan pembangunan.
Presiden Juncker menyatakan sehari sebelum pertemuan G7, "Kita akan mendiskusikan perdagangan. Bukan hanya tentang Amerika yang utama tetapi tentang kesatuan Eropa yang terutama. Hal ini yang akan kami tunjukkan. Mengenai perdagangan, kami akan menjelaskan fakta dan angka-angka, mengapa UE adalah aliansi dan bukan ancaman keamanan bagi Amerika. Kami akan melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat tetapi tidak akan berunding dengan ancaman pistol di kepala."[7]