Tawes
Tawes atau bader (Barbonymus gonionotus Bleeker, 1850) adalah sejenis ikan air tawar anggota famili Cyprinidae. Ikan ini merupakan salah satu jenis yang penting dan populer dikembangkan dalam akuakultur sebagai ikan konsumsi. Secara alami tawes menyebar luas di Indocina dan kepulauan Sunda.[2] Telah dibudidayakan di kolam-kolam setidaknya semenjak abad ke-19, tawes juga diintroduksi ke pulau-pulau lain; misalnya ke Sulawesi.[2] Sementara, menurut catatan FAO, ikan ini juga diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972).[3] Nama-nama lainnya, di antaranya lawak, lalawak (Mly.); tawas (Mng.); turub hawu (Sd.); bale kandia' (bug.) dan tawès, badir (Jw.).[4] Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dinamai Java Barb, Silver Barb. PemerianIkan putihan berukuran sedang, panjang total hingga 330 mm. Gurat sisi 29-31 buah. 3 – 3½ sisik antara gurat sisi dengan sirip perut. Sirip dubur dengan 6½ jari-jari bercabang.[2] Tinggi tubuh di awal sirip punggung 2,4-2,6 berbanding panjang standar (yakni panjang tanpa sirip ekor). Panjang kepala 4-4,3 berbanding panjang standar. Awal sirip punggung kira-kira sejajar sisik gurat sisi ke-10, di belakang awal sirip perut, dan terpisah dari ubun-ubun oleh 11 sisik. Rumus sirip punggung IV (jari-jari keras, duri).8 (jari-jari lunak); sirip dubur III.6; sirip dada I.14-15; dan sirip perut I.8. Jari-jari keras terakhir (yakni duri terbesar) sirip punggung dengan gerigi kuat di sisi belakangnya. Batang ekor dikelilingi 16 sisik.[4] Seekor tawes dengan panjang tubuh hingga 45 cm pernah tertangkap di sebuah waduk di Thailand.[5] EkologiDi alam, tawes ditemukan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir, hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menyukai air yang diam menggenang. Tercatat pula migrasi ikan ini meski tidak terlampau jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, saluran, dan dataran banjir, khususnya di awal musim hujan. Penyebaran alaminya tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa.[5] Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Meskipun demikian, tawes mau juga memangsa aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.[5] Penggunaan
AkuakulturIkan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand.[6] Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh.[7] Taksiran produksi ikan tawes dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton pada tahun 1994.[8] Dipelihara di kolam, tawes jarang mencapai panjang tubuh melebihi 40 cm dan berat melebihi 1,5 kg. Namun terdapat rekor pancingan tawes seberat 2,8 kg di Danau Teak Tree di Thailand, dan seberat 13 kg (panjang 90 cm) di Malaysia.[9] MasakanTawes adalah salah satu ikan sungai yang biasa dimakan orang di daerah Asia Tenggara daratan maupun kepulauan. Ikan tawes tergolong ikan yang digemari sebagai konsumsi ikan goreng dan lain-lain masakan. Tawes merupakan ikan konsumsi yang penting menurut tradisi masak-memasak di Thailand, Laos, dan Kamboja. Di Laos, tawes biasa dimasak sebagai Lap Pa.[10] Sementara di Thailand, daging tawes dimasak sebagai Pla som (ปลาส้ม, ikan asam)[11] atau sebagai salah satu campuran Tom yam. Pengendali gulmaSifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air.[5] Penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air danau.[12] Ikan donorIkan tawes juga acap digunakan sebagai donor hormon hipofisis bagi ikan-ikan yang hendak dipijahkan.[5] Catatan taksonomisPieter Bleeker telah mengidentifikasi hewan ini pada abad ke-19 dan memberi tiga nama berbeda dalam tiga penerbitan yang berlainan, yakni Barbus gonionotus (1850); B. javanicus (1855); dan B. koilometopon (1857). Dalam satu penerbitan yang lain (1860), Bleeker merevisi dan memindahkan ketiganya ke dalam genus Systomus anak marga Barbodes menjadi Systomus (Barbodes) gonionotus, dan seterusnya. Selanjutnya, dalam karya monumentalnya Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Néêrlandaises pada tahun 1863, Bleeker memindahkan lagi ketiganya ke dalam marga Puntius (Barbodes). Meski demikian, Weber dan Beaufort tidak sepakat dan menganggap ketiganya hanya sinonim; mereka menggunakan nama Puntius javanicus tanpa menjelaskan mengapa nama epitet javanicus yang dipilih.[4] Terlepas dari perdebatan di atas, untuk beberapa lama dua nama spesies yang digunakan: Puntius gonionotus untuk jenis tawes yang ditemukan di Indocina, dan P. javanicus untuk jenis yang hidup di Jawa.[8][13] Akan tetapi beberapa pakar ikan terkemuka, seperti Walter Rainboth dan juga Maurice Kottelat, sepakat untuk menganggap hanya satu spesies yang valid, dalam hal ini nama gonionotus yang memperoleh prioritas. Sementara Rainboth (1996) mengangkat Barbodes menjadi marga,[14] Kottelat (1999) mengusulkan marga baru yang terpisah, Barbonymus, yang memuat tawes sebagai salah satu anggotanya.[15] Catatan kaki
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Barbonymus gonionotus.
|