Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang dari familiaScombridae. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies ikan tuna dari genusKatsuwonus. Cakalang terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang sekitar 50 cm. Nama-nama lainnya di antaranya cakalan, cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, dan ada pula yang menyebutnya tongkol kerai. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna.
Pemerian
Tubuh berbentuk memanjang dan agak bulat (fusiform), dengan dua sirip punggung yang terpisah. Sirip punggung pertama terdiri dari XIV-XVI jari-jari tajam. Sirip punggung kedua yang terdiri dari 14-15 jari-jari lunak, diikuti oleh 7-9 sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip dubur berjumlah 14-15 jari-jari, diikuti oleh 7-8 finlet. Sirip dada pendek, dengan 26-27 jari-jari lunak. Di antara sirip perut terdapat dua lipatan kulit yang disebut taju interpelvis. Busur (lengkung) insang yang pertama memiliki 53-63 sisir saring.[1]
Bagian punggung berwarna biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Tubuh tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan (corselet) dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.[1]
Penyebaran
Cakalang dikenal sebagai perenang cepat di laut zona pelagik. Ikan ini umum dijumpai di laut tropis dan subtropis di Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik. Cakalang tidak ditemukan di utara Laut Tengah. Hidup bergerombol dalam kawanan berjumlah besar (hingga 50 ribu ekor ikan). Makanan mereka berupa ikan, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Cakalang merupakan mangsa penting bagi ikan-ikan besar di zona pelagik, termasuk hiu.
Pemanfaatan dan pembudidayaan
Ikan cakalang adalah ikan bernilai komersial tinggi, dan dijual dalam bentuk segar, beku, atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Dalam bahasa Jepang, cakalang disebut katsuo. Ikan cakalang diproses untuk membuat katsuobushi yang merupakan bahan utama dashi (kaldu ikan) untuk masakan Jepang. Di Manado, dan juga Maluku, ikan cakalang diawetkan dengan cara pengasapan, disebut cakalang fufu (cakalang asap). Adapun, cakalang dibudidayakan sebagai salah satu sumber bagi masyarakat juga sumber devisa negara.[2] Cakalang merupakan salah satu sumber protein hewani dengan kandung omega-3 yang dibutuhkan tubuh. Sebagai komoditas yang dapat diekspor (exportable), cakalang turut berperan dalam ekonomi Indonesia. Sumberdaya cakalang dimanfaatkan oleh kalangan menengah ke atas.[2]
Cakalang -juga tuna- bisa ditangkap dari kedalaman 0-400 m. Salinitas yang disukai adalah 32-35 ppt atau di perairan oseanik. Suhu perairan yang disukai berkisar 17-31°C.[2]
Referensi
^ abCarpenter, Kent E. & Volker H. Niem. 2001. FAO Species Identification Guide: The Living Marine Resources of The Western Pacific. Vol. 6:3736. Food and Agriculture Organization, Rome.
[BPPP, DEPTAN] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 1993. Pedoman teknis pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan cakalang di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 83 hlm.