Karena adanya perpecahan internal di antara serikat buruh dan juga karena suara buruh terbagi di antara berbagai partai buruh, seperti Partai Pekerja Indonesia (PPI), Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia (PSPSI), Partai Buruh Nasional (PBN), dan Partai Solidaritas Pekerja (PSP), tidak ada satu pun partai politik berbasis buruh yang mencapai kesuksesan signifikan dalam Pemilihan Umum 1999.[1][2] PPI, khususnya, hanya meraih 63.934 suara atau 0,06% dari total suara dan bahkan tidak berhasil memenangkan satu kursi pun di Dewan Perwakilan Rakyat.[3]