Tiga ayat yang pertama aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani
Di ayat 4 tertulis: "Lalu berkatalah para Kasdim itu kepada raja (dalam bahasa Aram)". Setelah kalimat itu teks ini aslinya ditulis dalam bahasa Aram sampai di akhir pasal 7. Rupanya bahasa Aram digunakan sebagai bahasa resmi saat itu untuk orang-orang terpelajar.[6] Mulai pasal 8, teks ini menurut Teks Masoret ditulis dalam bahasa Ibrani lagi sampai akhir kitab.[7]
Struktur
Dalam Kitab Daniel
Pasal 2-7 Kitab Daniel yang ditulis dalam bahasa Aram (mulai bagian kedua ayat 4 pasal 2, di mana sebelumnya dalam bahasa Ibrani) mempunyai bentuk susunan chiasmus, suatu struktur puisi yuang menempatkan titik atau pesan utama di tengah periop dan diapit oleh pengulangan tema pada kedua sisinya:[8]
A. (2:4b-49) – Mimpi empat kerajaan yang digantikan oleh kerajaan kelima
B. (3:1–30) – Tiga teman Daniel dalam dapur perapian
C. (4:1–37) – Daniel menafsirkan mimpi raja Nebukadnezar
C'. (5:1–31) – Daniel menafsirkan tulisan di dinding kepada Belsyazar
B'. (6:1–28) – Daniel di gua singa
A'. (7:1–28) – Penglihatan mengenai empat kerajaan dunia yang digantikan oleh kerajaan kelima
Daniel 2
Daniel 2 juga berbentuk chiasmus di dalam struktur besar Daniel 2-7:[9]
A. Pengantar (ayat 1)
B. Raja dan penasihat-penasihat yang tidak bijaksana (ayat 2-12)
C. Daniel dan Ariokh (ayat 13-16)
D. Daniel dan teman-temannya berdoa kepada Allah (ayat 17-23)
C'. Daniel dan Ariokh (ayat 24-25)
B'. Raja dan Daniel, penasihat yang bijaksana (ayat 26-47)
A'. Hasil (ayat 48-49)
Ayat 4
Lalu berkatalah para Kasdim itu kepada raja (dalam bahasa Aram):
"Ya raja, kekallah hidupmu! Ceriterakanlah kepada hamba-hambamu mimpi itu, maka kami akan memberitahukan maknanya."[10]
Hingga kata-kata "(dalam bahasa Aram)" ini, kitab Daniel ditulis dalam kosakata bahasa Ibrani. Mulai dari kata-kata "Ya raja ..." ayat ini beralih ke kosakata bahasa Aram, bahasa yang dipakai dalam perdagangan dan komunikasi pemerintahan. Huruf-hurufnya sama, karena baik bahasa Ibrani maupun bahasa Aram menggunakan abjad yang kurang lebih sama. Pemakaian bahasa Aram dalam kitab Daniel berlangsung hingga pasal 7 (Daniel 7:1–28). Pasal 8 (Daniel 8:1–12:13) kembali ditulis dalam kosakata bahasa Ibrani.[11]
Penafsiran Mimpi Nebukadnezar
Mimpi dalam dunia kuno
Dalam dunio kuno, mimpi, terutama yang dialami oleh para raja, dianggap sebagai portent, yaitu firasat untuk masa depan.[12] Suatu inskripsi yang dibuat oleh raja Babel, Nabonidus, misalnya, menceritakan bahwa ia mengingat leluhurnya raja Nebukadnezar Agung menyebut tentang seorang laki-laki muda yang muncul dalam mimpi untuk meyakinkan bahwa mimpi itu bukan membawa firasat buruk.[13]
Kelakuan raja menunjukkan rasa tidak percaya terhadap para penafsir mimpi di istananya dan membuka kesempatan untuk mengenal Allahnya Daniel.[12] Rahasia mimpi Nebukadnezar disebut suatu "misteri," istilah yang ditemukan dalam gulungan-gulungan dari Qumran mengindikasikan suatu rahasia yang dapat dipelajari melalui hikmat ilahi; sebagaimana Daniel menerima hikmat ilahi sebagai suatu "penglihatan pada waktu malam", sebuah mimpi.[14] Daniel 2:20-23 menekankan Allah adalah sumber hikmat dan pengatur nasib para raja; puji-pujian dan doa-doa semacam itu menjadi khas untuk sejumlah narasi alkitabiah setelah pembuangan.[15] Akhirnya Nebukadnezar bersujud di hadapan Daniel dan memerintahkan persembahan dan ukupan baginya, menunjukkan bahwa ia menganggap Daniel sebagai dewa, meskipun setelah raja itu mengakui dan menghormati Allahnya Daniel, ia tidak menganut penyembahan terhadap Allah.[16]
Penafsiran sarjana Alkitab dari abad 1-19
Tabel berikut memuat para sarjana Alkitab dari abad ke-1 sampai abad ke-19 yang menggunakan metoda Historicism untuk menafsirkan Daniel 2
Daftar ekspositor alkitabiah mengenai Daniel 2 dari abad ke-1 sampai abad ke-19
Ekspositor alkitabiah dari periode Gereja Perdana: 100-457 M[17]
Tabel di atas mendukung fakta bahwa kebanyakan komentator sepanjang sejarah Kekristenan menganggap Kekaisaran Romawi sebagai kerajaan keempat, sejak Hieronimus (Jerome) dan Thomas Aquinas, sampai dengan NASB Study Bible.
“Lengan-lengan republik, kadang-kadang kalah dalam pertempuran, selalu menang dalam peperangan, maju dengan langkah cepat ke (sungai) Efrat, Danube, Rhine, dan Samudra; dan perlambangan emas, atau silver, atau tembaga, yang mungkin melambangkan bangsa-bangsa dan raja-raja mereka, berturut-turut dihancurkan oleh monarki besi Romawi.”.[23]
Empat kerajaan dan batu menurut penafsiran modern
Penafsiran tradisional mengenai mimpi Nebukhadnezar masih dianut banyak orang, yaitu mengidentifikasi empat kerajaan dunia yang dilambangkan oleh patung tersebut adalah Babel (kepala), Madai-Persia (dada dan lengan), Makedonia (paha dan lutut) serta Kekaisaran Romawi (kaki). Sejumlah sarjana modern sepakat bahwa empat kerajaan dunia itu adalah Babel (kepala), Madai (dada dan lengan), Persia (perut dan pinggang), Makedonia (paha dan lutut) serta Seleukia Siria dan Ptolemaik Mesir (kaki).[24] Konsep empat kerajaan dunia yang berurutan sejalan dengan teori Yunani mengenai sejarah mitologi, sedangkan simbol empat logam juga ditemukan dalam tulisan-tulisan Persia.[25] Terdapat konsensus di kalangan para sarjana bahwa keempat binatang pada Daniel 7 melambangkan empat kerajaan yang sama.[26] Ayat-ayat 41b-43 memberika tiga penafsiran berbeda mengenai arti campuran besi dan tanah liat pada kaki patung, sebagai "kerajaan yang terbagi," kemudian sebagai "kuat dan rapuh," dan akhirnya sebagai perkawinan antar wangsa.[27] Perkawinan ini dapat terjadi antara kerajaan Seleukia dan Ptolemaik, yang pertama pada sekitar 250 SM dan yang kedua pada tahun 193.[28]
Tabel berikut menunjukkan simbol dan kerajaan yang kemungkinan dilambangkannya dalam konteks sejarah Daniel 2, dibandingkan dengan Daniel 7.
Macan tutul berkepala empat dengan empat sayap burung pada punggungnya
Binatang bergigi besar dari besi dan bertanduk sepuluh dengan satu tanduk kecil istimewa
Nilai penting perlambangan batu yang menghancurkan patung dan menjadi suatu gunung tinggi mengingatkan pada perlambangan Allah sebagai "batu karang" bagi Israel, Sion sebagai gunung yang menjulang tinggi melebihi gunung-gunung lain, dan kemuliaan Allah yang memenuhi seluruh dunia. Gambaran dari Kitab Yesaya tampaknya diberi preferensi. Apakah disadari oleh sang pengarang atau tidak, gambaran patung yang dihancurkan dan dihamburkan oleh angin "seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas" mengingatkan kepada Yesaya 41:14–15 di mana Israel adalah "papan pengirik" yang mengirik gunung-gunung menjadi sekam, dan batu itu sendiri mencerminkan ucapan kepada para orang buangan Yehuda dalam Yesaya 51:1, "Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat."[29]
^Dianne Bergant dan Robert J.Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Jogjakarta: Kanisius.
^(Indonesia) W.S. LaSor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 2. Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994. ISBN 9789794150431
^VanderKam, James C.; Flint, Peter (2013). The meaning of the Dead Sea scrolls: their significance for understanding the Bible, Judaism, Jesus, and Christianity. HarperCollins.
Dunn, James D.G. (2002). "The Danilic Son of Man in the New Testament". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL.
Gallagher, Eugene V. (2011). "Millennialism, Scripture, and Tradition". Dalam Wessinger, Catherine. The Oxford Handbook of Millennialism. Oxford University Press.
Holbrook, Frank B. (1986). The Seventy Weeks, Leviticus, and the Nature of Prophecy (edisi ke-Volume 3 of Daniel and Revelation Committee Series). Biblical Research Institute, General Conference of Seventh-day Adventists. ISBN0925675024.
Koch, Klaus (2002). "Stages in the Canonization of the Book of daniel". Dalam Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and Reception. BRILL.