Belsyazar (bahasa Akkadia: Bêl-šar-usur; bahasa Inggris: Belshazzar) adalah raja terakhir Babilon sebelum direbut oleh Koresh, raja Persia. Kitab Daniel menyatakan bahwa ia adalah “raja” (bahasa Aram: מֶלֶך "melekh") pada malam jatuhnya ibu kota Babel (Daniel 5:1) dan mencatat bahwa “ayah”nya (bahasa Aram: אַב "ab") adalah Nebukadnezar (Daniel 5:2,11,13,18). Ayah kandungnya bernama Nabonidus, yang menggantikan raja Ewil-Merodakh, anak raja Nebukadnezar. Nabonidus hanya bertahta selama 3 tahun, kemudian pergi ke oasis di Tayma dan di sana berbakti kepada dewa bulan, Sin. Ia menjadikan Belsyazar raja muda pada tahun 553 SM, untuk bertanggung jawab atas pertahanan Babel.[1] Belsyazar diperkirakan memerintah selama 14 tahun, karena dicatat mati terbunuh di malam jatuhnya ibu kota Babilon tanggal 15 Oktober539 SM.[2]
Raja bersama dengan Nabonidus
Informasi mengenai Belsyazar dan kedudukannya sebagai raja bersama Nabonidus, ayahnya, diketahui dari Silinder Nabonidus.
Dalam Silinder Nabonidus, Nabonidus memohon kepada Dewa Sin sebagai berikut: “Dan mengenai Belsyazar anak sulungku, biarlah rasa takutmu kepada Ilahi yang agung mengisi hatinya dan semoga kiranya ia tidak berbuat dosa; dan kiranya ia menikmati kebahagiaan dalam hidupnya".
Selain itu, Laporan Syair tentang Nabonidus (British Museum tablet 38299) menyatakan, “[Nabonidus] mempercayakan tentara (?) kepada anaknya yang tertua, anaknya yang sulung, pasukan-pasukan di negeri ini diperintahnya di bawah komandonya. Ia melepaskan segala-galanya, mempercayakan kerajaan kepadanya, dan, ia sendiri, ia memulai suatu perjalanan yang panjang. Pasukan-pasukan militer Akkad berbaris bersamanya, ia berbelok ke Temâ jauh di sebelah barat” (kolom II, baris 18 - 29. 18). Sejalan dengan pernyataan bahwa Nabonidus "mempercayakan kerajaan" kepada Belsyazar sementara ia tidak ada, terdapat bukti bahwa nama Belsyazar digunakan dengan nama ayahnya dalam rumusan-rumusan sumpah, bahwa ia mampu mengeluarkan maklumat, menyewakan tanah perladangan, dan menerima "hak-hak istimewa kerajaan" untuk memakan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewa.
Informasi yang tersedia mengenai pemerintahan bersama Belsyazar tidak dicatat lagi setelah tahun ke-14 Nabonidus. Menurut Tawarikh Nabonidus, Nabonidus kembali dari Temâ pada tahun ke-17 pemerintahannya (539 SM) dan merayakan pesta Tahun Baru (bahasa Akkadia: Akitu). Apakah Belsyazar melanjutkan pemerintahan bersamanya dengan ayahnya setelah kepulangannya atau tidak, tidak dapat dibuktikan dari dokumen-dokumen yang tersedia. Sebagian mengklaim bahwa tidak dirayakannya Akitu pada masa Nabonidus tidak ada membuktikan bahwa Belsyazar tidak boleh disebut "Raja" karena hal itu membuktikan bahwa ia tidak dapat memimpin festival tersebut. Namun, Laporan Syair tentang Nabonidus mengatakan, "Nabonidus berkata: 'Aku akan membangun kuil baginya (Sin, Dewa Bulan)...hingga aku mencapainya, hingga aku memperoleh apa yang menjadi kerinduanku, aku akan menghapuskan semua festival, Aku bahkan akan memerintahkan agar pesta perayaan Tahun Baru dihentikan!'" Jadi, penghentian Akitu tersebut tampaknya dilakukan dengan perintah Raja dan bukan suatu ketidakmampuan pada pada pihak Belsyazar. Sebagian juga telah mengatakan bahwa ia tidak boleh disebut "Raja" karena ia tidak pernah disebut demikian dalam dokumen-dokumen yang ada. Walaupun memang benar bahwa tak satupun dari dokumen-dokumen ini secara tegas menyebut Belsyazar "Raja," aline sebelumnya menunjukkan bahwa dokumen-dokumen itu memang memperlihatkan bahwa Belsyazar bertindak dalam kapasitas raja. Lebih jauh, istilah bahasa Aram מלך (mlk, raja) dapat digunakan untuk menerjemahkan gelar-gelar para pejabat yang lebih rendah pangkatnya seperti yang dapat dilihat dalam kasus sebuah prasasti dwi-bahasa Akadia/Aram abad ke-9 SM yang ditemukan di Tell Fekheriyeh pada 1979 yang menggunakan sebutan "raja" untuk “gubernur” Akadia.
Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya; dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur. Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu. Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu; mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.[3]
Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan. Kemudian berserulah raja dengan keras, supaya para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum dibawa menghadap. Berkatalah raja kepada para orang bijaksana di Babel itu: "Setiap orang yang dapat membaca tulisan ini dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, kepadanya akan dikenakan pakaian dari kain ungu, dan lehernya akan dikalungkan rantai emas, dan di dalam kerajaanku ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."[4]
Tetapi semua orang bijaksana dari raja, yang telah datang menghadap, tidak sanggup membaca tulisan itu dan tidak sanggup memberitahukan maknanya kepada raja. Sesudah itu sangatlah cemas hati raja Belsyazar dan ia menjadi pucat; juga para pembesarnya terperanjat. Karena perkataan raja dan para pembesarnya itu masuklah permaisuri ke dalam ruang perjamuan; berkatalah ia: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! Janganlah pikiran-pikiran tuanku menggelisahkan tuanku dan janganlah menjadi pucat; sebab dalam kerajaan tuanku ada seorang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus! Dalam zaman ayah tuanku ada terdapat pada orang itu kecerahan, akal budi dan hikmat yang seperti hikmat para dewa. Ia telah diangkat oleh raja Nebukadnezar, ayah tuanku menjadi kepala orang-orang berilmu, para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum, karena pada orang itu terdapat roh yang luar biasa dan pengetahuan dan akal budi, sehingga dapat menerangkan mimpi, menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan menguraikan kekusutan, yakni pada Daniel yang dinamai Beltsazar oleh raja. Baiklah sekarang Daniel dipanggil dan ia akan memberitahukan maknanya!"[5]
Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: "Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya kepadaku, tetapi mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu. Tetapi telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau dapat memberikan makna dan dapat menguraikan kekusutan. Oleh sebab itu, jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."[6]
Kemudian Daniel menjawab raja: "Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku. Ya tuanku raja! Allah, Yang Mahatinggi, telah memberikan kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar, ayah tuanku. Dan oleh karena kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa; dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa yang dikehendakinya. Tetapi ketika ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya diambil dari padanya. Ia dihalau dari antara manusia dan hatinya menjadi sama seperti hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai hutan; kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai ia mengakui, bahwa Allah, Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu. Tetapi tuanku, Belsyazar, anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui semuanya ini. Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku. Sebab itu Ia menyuruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan ini. Maka inilah tulisan yang tertulis itu: Mene, mene, tekel ufarsin. Dan inilah makna perkataan itu:[7]
Mene: masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri;[8]
Tekel: tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;[9]
Peres (bentuk kata tunggal dari kata jamak "ufarsin"): kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia."[10]
Lalu atas titah Belsyazar dikenakanlah kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga. Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu.[11]
Tarikh pemerintahan
Dalam bagian Kitab Daniel nama "Belsyazar" disebutkan dua kali sebagai penanda waktu kapan Daniel menerima penglihatan-penglihatan khusus dari Allah:
Daniel 7:1: Pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babel, bermimpilah Daniel dan mendapat penglihatan-penglihatan di tempat tidurnya.
Daniel 8:1: "Pada tahun yang ketiga pemerintahan raja Belsyazar, nampaklah kepadaku, Daniel, suatu penglihatan sesudah yang tampak kepadaku dahulu itu. Aku melihat dalam penglihatan itu, dan sementara aku melihat, aku berada di puri Susan, yang ada di wilayah Elam, dan aku melihat dalam penglihatan itu, bahwa aku sedang di tepi sungai Ulai."
Polemik
Penemuan nama Belsyazar
Sebelum 1854, para arkeolog dan sejarahwan tidak tahu apa-apa tentang Belsyazar di luar Kitab Daniel. Para sejarawan Yunani, Xenophon[12] maupun Herodotus[13] menceritakan jatuhnya Babel ke tangan Koresh Agung, tetapi keduanya tidak menyebutkan nama raja Babel yang memerintah saat itu. Pula, daftar raja yang disusun oleh Berossus dan Ptolemeus menyebutkan nama Nabonidus (bahasa Akkadia: Nabû-nā'id) sebagai Raja Babel terakhir, namun tidak menyebutkan nama Belsyazar. Hal ini menyebabkan Ferdinand Hitzig mengklaim pada 1850 bahwa Belsyazar adalah "rekaan dari imajinasi si penulis Yahudi." Kemudian pada tahun 1854 ditemukan Silinder Nabonidus yang memastikan keberadaan Belsyazar, anak Nabonidus, serta pemerintahannya bersama dengan ayahnya, ketika Nabonidus tinggal di Temâ.
Dalam Daniel 5:16 dicatat kata-kata Belsyazar kepada Daniel: "Jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga." Dari sini dapat disimpulkan bahwa Belsyazar menganggap dirinya adalah orang kedua sedangkan, ayahnya, Nabonidus sebagai orang pertama dalam Kerajaan itu, dan Daniel, jika berhasil mengartikan tulisan itu, akan menjadi orang ketiga.
Hubungan Belsyazar dengan Nebukadnezar
Tak satupun teks-teks di luar Alkitab yang menunjukkan hubungan darah antara Nebukadnezar dan Belsyazar, sehingga sejumlah pakar meragukan catatan dalam Kitab Daniel. Ada sejumlah penguasa Babel yang hidup di antara akhir hayat Nebukadnezar dan awal pemerintahan Belsyazar (terhitung dalam tenggang waktu 13 tahun). Banyak pakar yang menduga bahwa tidak disebutkannya para penguasa ini sebagai tanda bahwa si penulis keliru menganggap kedua penguasa itu menjabat secara berturut-turut. Para editor Jewish Encyclopedia (1901-1906), percaya bahwa Kitab Daniel ditulis jauh belakangan (lihat 'Waktu penulisan'), "pada masa tradisi lisan yang panjang raja-raja Babel yang tidak penting dapat dengan mudah terlupakan, dan raja terakhir, yang dikalahkan oleh Koresh, tampaknya dianggap sebagai pengganti dari Nebukadnezar yang terkenal." Berdasarkan penalaran ini, para sejarawan menganggap rujukan kepada hubungan Belsyazar dengan Nebukadnezar semata-mata sebagai kesalahan yang didasarkan pada kesalahpahaman di atas. Tapi pandangan ini dibantah karena kata "ayah" dalam bahasa Aram, sebagaimana dalam bahasa Ibrani, dapat diartikan "leluhur" atau "kakek", jadi Belsyazar dapat dikatakan sebagai "putra" Nebukadnezar, dalam arti "keturunan" Nebukadnezar.