Sungai Belayan melintasi 3 kecamatan paling hulu di Kutai Kartanegara, yaitu Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut, dan Tabang.[4] Aliran deras sungai ini saat banjir terus menggerus tanah di pinggir sungai, yang melongsorkan sejumlah rumah di tepiannya.[5] Sungai ini bermuara ke sungai Mahakam di dekat Muhuran, Kotabangun, dan Bukit Tinjawang.[6]
Geografi
Sungai ini mengalir di wilayah timur pulau Kalimantan yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[7] Suhu rata-rata setahun sekitar 23 °C. Bulan terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 24 °C, and terdingin Januari, sekitar 22 °C.[8] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2780 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 351 mm, dan yang terendah Agustus, rata-rata 138 mm.[9]
Sungai ini menjadi jalur lalu lintas, sumber air untuk kehidupan sehari-hari, sekaligus mata pencaharian bagi sebagian warga,[10] seperti ikan dan emas.[4] Sungai Belayan menjadi urat nadi bagi masyarakat di Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut, dan Tabang, bahkan dulunya menjadi akses satu-satunya untuk menuju 3 kecamatan tersebut.[4] Hulu sungai Belayan melintasi desa Ritan Baru, Kecamatan Tabang (tempat kediaman suku Dayak Kenyah) yang dapat dicapai sekitar 1 atau 2 hari dengan perahu atau ferry dari Samarinda.[11] Sedangkan dari Tabang menuju Tenggarong butuh waktu dua hari semalam menggunakan angkutan sungai.[10] Masyarat Dayak di sana terkenal pintar menyumpit juga mahir dalam tradisi ukir kayu.[10]
Batu bara menjadi sektor primadona yang mendanai penerimaan di Kutai Kartanegara dan di sepanjang aliran Sungai Belayan terdapat dermaga-dermaga kapal yang membawa batu bara itu untuk diekspor ke luar negeri.[10]
Akibat sedimentasi, sungai Belayan perlu dikeruk secara berkala aliran ke hilir menjadi lancar dan mengantisipasi banjir.[12]