Sungai Kendilo
Hidrologi DASSungai Kendilo merupakan aliran utama pada sistem daerah aliran sungai Kendilo yang memiliki luas mencapai 4.400 km2 (1.700 sq mi).[1] DAS Kendilo berbatasan dengan DAS Barito di sebelah timur. Di sebelah utara hingga timur laut berbatasan dengan DAS Telake. Di sebelah selatan dengan DAS Cengal, serta tiga DAS lainnya di sebelah timur DAS Kendilo.[6] Didalam pengelolaan daerah aliran sungai, DAS Kendilo termasuk ke dalam wilayah kerja BPDAS Mahakam-Berau yang merupakan unit pelaksana teknis pada Ditjen PDASHL dibawah Kementerian LHK.[1] Sedangkan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, DAS Kendilo merupakan bagian dari satuan wilayah sungai (WS) Kendilo bersama 8 DAS lain didalamnya yang juga bermuara ke Selat Makassar.[2] PemanfaatanSungai Kendilo telah dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air oleh sebagian penduduk pesisir di sepanjang sungai tersebut.[7] Untuk menunjang aktivitas perekonomian masyarakat antar wilayah di kabupaten Paser, tiga buah halte transportasi sungai yang dapat mengakomodir kapal berukuran 7 GT (Gross Tonnage) telah diresmikan pembangunannya pada Maret 2023 yaitu di Senaken, Pasir Belengkong dan Muara Pasir.[8][9] Selain itu sungai ini juga dimanfaatkan untuk sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum khususnya Kota Tanah Grogot.[3] Degradasi DASDegradasi sering kali merujuk pada berbagai bentuk kerusakan atau penurunan kualitas DAS yang dapat terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia atau faktor-faktor alam. Ini dapat mencakup hilangnya hutan karena perubahan dalam tata guna lahan, erosi akibat hilangnya tutupan tanah yang menyebabkan pendangkalan sungai, pencemaran air, atau aktivitas lain yang dapat merusak integritas dan fungsi aliran sungai serta lingkungan sekitarnya. Pembukaan lahan yang masif di sektor perkebunan dan pertambangan di kabupaten Paser turut andil besar dalam penurunan kualitas lingkungan pada DAS Kendilo.[10] Pertumbuhan cepat sektor pertambangan menyebabkan sembilan sungai kecil hilang sebagai imbas dari ekploitasi batubara. Aktifitas penambangan batubara baik oleh perusahaan pemegang PKB2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun KP (Kuasa Penambangan) oleh pemerintah daerah telah menciptakan lubang raksasa yang digenangi air baracun serta memotong, mendangkalkan dan menghilangkan sungai bahkan mematikan mata air. Pendangkalan sungai memicu banjir semakin sering terjadi akibat akumulasi penggundulan hutan dan penggalian tambang batu bara di berbagai kawasan dekat sungai.[11] Kondisi pencemaran yang paling parah dialami Sungai Kandilo, meningkatnya kekeruhan mencapai 3.000 Nephelometric Turbidity Units (NTU) dan bertambahnya konsentrasi beberapa senyawa kimia seperti fosfat dan nitrat merupakan ancaman utama bagi kestabilan kualitas air sungai. Berdasar data, jumlah pelarutan tanah ke Sungai Kandilo termasuk tertinggi se-Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Tingkat erosi atau pelarutan tanah di Sungai Kandilo setiap tahun mencapai 29 ton per hektare.[12][13] Selain itu, dalam ekspedisi sungai (Program Paser Hijau) yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur yang bekerja sama dengan tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) pada 10 September 2022, mendapatkan sampel air sungai untuk mengetahui kadar mikroplastik dan audit brand yang turut menyumbang pencemaran Sungai Kandilo karena sampah rumah tangga dan industri dimulai dari Terminal Kota Tanah Grogot hingga Tepian Padang. Sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan kualitas sungai di antaranya, minim penampungan, pengangkutan hingga pengolahan sampah, serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat itu sendiri akan kelestarian lingkungannya.[14] Lihat pula
Referensi
Pranala luar |