Sungai Melawi berwarna coklat kekuningan karena endapan lumpur yang dibawanya. Sungai Melawi menjadi aset penting Kabupaten Melawi karena transportasi darat belum sampai ke desa-desa di pedalaman arah timur Kabupaten Melawi sehingga sarana angkutan air biasa dipakai oleh warga Kecamatan Menukung dan Kecamatan Ella Hilir serta kecamatan Serawai dan juga Ambalau untuk menuju ibu kota Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi.
Sungai Melawi mengalami pasang surut yang drastis. pada musim kemarau sungai dangkal sehingga menyulitkan jalur tranportasi air. Kapal tranport besar (bandong) dan tongkang hanya bisa lewat pada musim hujan atau air besar. Pada beberapa tempat dijumpai riam yang deras. jalur sungai relatif sempit tetapi sangat dikuasai oleh para juragan (nakhoda) kapal.
Kesultanan Banjar menamakan sungai Melawi dengan nama sungai Batang Lawai atau Belitang Lawai, bahkan dipakai untuk menamakan semua daerah aliran sungai Kapuas. Dahulu kala penduduk wilayah ini berhubungan dengan Banjarmasin (Kalimantan Selatan) melalui sungai Katingan di Kalimantan Tengah.
Penduduk di bagian hulu sungai Melawi berbahasa Ot Danum sedangkan suku-suku lain yang hidup di sepanjang sungai menggunakan berbagai bahasa dialek bahasa Melayu, karena tepian sungai ini dihuni oleh sejumlah suku Melayu dan Dayak .[4] Kota utama di sungai ini adalah Nanga Pinoh, ibuota Kabupaten Melawi.
Geografi
Sungai ini mengalir di wilayah barat pulau Kalimantan yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[5] Suhu rata-rata setahun sekitar 23 °C. Bulan terpanas adalah Mei, dengan suhu rata-rata 24 °C, and terdingin Februari, sekitar 22 °C.[6] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 4124 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah November, dengan rata-rata 523 mm, dan yang terendah Juni, rata-rata 212 mm.[7]