Prefektur Nara (奈良県code: ja is deprecated , Nara-ken) adalah sebuah prefektur yang terletak di wilayah Kansai, di bagian tengah Pulau Honshu, Jepang.[1] Prefektur Nara memiliki jumlah penduduk sebesar 1.285.733 jiwa[2] (per 1 September 2024) dan memiliki luas wilayah sebesar 3.690,94 kilometer persegi (1.425,08 sq mi). Prefektur Nara berbatasan dengan Prefektur Kyōto di sebelah utara, Prefektur Ōsaka di sebelah barat laut, Prefektur Wakayama di sebelah barat daya, dan Prefektur Mie di sebelah timur.
Kota Nara adalah ibu kota dari Prefektur Nara, yang juga merupakan kota terbesar di wilayah prefektur ini. Kota-kota penting lainnya yang ada di prefektur ini yaitu Kashihara, Ikoma, dan Yamatokōriyama.[3] Prefektur Nara berlokasi di bagian tengah Semenanjung Kii yang berada di wilayah pesisirSamudra Pasifik, serta merupakan salah satu dari delapan prefektur di Jepang yang tak memiliki wilayah pesisir. Prefektur Nara memiliki keistimewaan karena menjadi prefektur yang memiliki lebih banyak Situs Warisan Dunia UNESCO dibandingkan dengan prefektur lainnya di Jepang.[4]
Ibu kota kuno Jepang berada di Nara, mulai dari Asuka-kyō, Fujiwara-kyō (694–710), dan Heijō-kyō (710–784). Istana kekaisaran waktu itu mengirim utusan dan pelajar ke Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Pada abad ke-7, Nara menjadi tempat tinggal bagi para imigran, terutama imigran dari Baekje yang melarikan diri dari perang di Semenanjung Korea.
Kuil-kuil di Nara sekaligus merupakan kekuatan politik dalam pemerintahan, sehingga Nara diberi julukan "ibu kota selatan" (Nanto) untuk membedakannya dengan Heian-kyō yang berada di utara. Menjelang akhir zaman Heian, Taira no Shigehira, putra dari Taira no Kiyomori diperintahkan oleh ayahnya untuk memberantas kekuatan bersenjata dari kuil-kuil Buddha Kōfuku-ji dan Tōdai-ji yang mendukung kelompok oposisi pimpinan Pangeran Mochihito. Usaha tersebut menyebabkan bentrokan antara klan Taira dan gabungan kuil Nara pada tahun 1180 yang berakhir dengan terbakar habisnya Kōfuku-ji dan Tōdai-ji.
Nara dilanda kekacauan pada zaman Nanboku-chō. Kaisar Go-Daigo menjadikan Yoshino sebagai markas perlawanan terhadap kekuasaan Istana Utara. Perebutan kekuasaan juga terjadi di Kōfuku-ji yang terbelah menjadi pendukung Istana Utara dan Istana Selatan hingga Istana Selatan menyerah pada tahun 1392.
^"Nara". GoJapanGo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Juni 2012. Diakses tanggal 19 Juni 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)