Lokomotif C12 adalah lokomotif uap buatan pabrik Saechsische Maschinenfabrik milik Richard Hartmann di Chemnitz, Jerman. Lokomotif ini memiliki panjang 8575mm, berat 33,6 ton, daya mesin 350 hp, dan kecepatan maksimum 50 km/jam. Lokomotif ini didinaskan untuk langsiran dan kereta api lokal. Kini, salah satu armadanya (C1218), menjadi penarik kereta wisata. Lokomotif ini bergandar 2-6-0, artinya memiliki satu gandar idle (dua roda) dan tiga gandar penggerak (enam roda), serta tidak memiliki roda belakang.[1]
Sejarah
Lokomotif C12 diimpor dari pabriknya, Hartmann, Jerman, pada tahun 1893-1902. Lokomotif ini berjumlah 43 unit, yang merupakan konversi penomoran dari lokomotif-lokomotif bernomor SS 175, SS 204, SS 206-210, SS 212, SS 220-237, SS 239, SS 260-267, dan SS 292-299.[2]
Lokomotif ini memiliki tiga roda penggerak dengan dua silinder yang berbeda ukurannya, dan terletak terpisah, masing-masing terletak di bagian bawah sebelah kanan dan kiri dan kanan tangki air cadangan. Silinder yang kecil memproses uap tekanan tinggi, kemudian dialirkan ke silinder yang besar, lalu diproses menjadi uap tekanan rendah. Uap ini menjadi tenaga penggerak dan asapnya dibuang melalui cerobong. Lokomotif ini membutuhkan setidaknya bahan bakar 2 m³ kayu jati untuk merebus 3500 liter air, guna merebus uap bertekanan 8,5 kg/cm².[3]
Dari total 43 unit lokomotif C12 kini tersisa tiga unit, yaitu C1206, C1218, dan C1240. C1206 dipajang di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah, C1240 dipajang di Museum Kereta Api Ambarawa, dan C1218 (buatan 1896) yang berhasil dihidupkan kembali pada tahun 2006, kini dioperasikan sebagai lokomotif penarik kereta api uap Jaladara.[3]
Pada tahun 2002, C1218 dibawa dari Depo Lokomotif Cepu ke Ambarawa dalam keadaan rusak, hal ini bertujuan agar unit lokomotif tersebut lebih terjaga dari oknum-oknum yang ingin menjadikan lokomotif ini sebagai besi tua. Pemindahan lokomotif ini didanai oleh seorang pecinta kereta api senior asal Inggris yang bernama Rob Dickinson. Pada tahun 2006, lokomotif C1218 menjalani perbaikan besar di Depo Lokomotif Ambarawa sampai berhasil dihidupkan kembali. Kemudian pada tanggal 3 Juni 2006, C1218 mulai dioperasikan kembali. C1218 berhasil diujicobakan di lintas Ambarawa-Jambu sejauh 5 km.[3]
Sebagai proyek kerja sama antara Pemerintah Kota Surakarta (Solo) dengan PT Kereta Api Indonesia, C1218 dipindah dari Ambarawa ke Solo, untuk menarik kereta api uap wisata yang diberi nama Jaladara. Kereta api ini juga membawa kereta penumpang dengan nomor seri CR 144 dan CR 16[4] yang terbuat dari kayu, serta berhenti di objek-objek wisata di Kota Solo seperti kampung batik Laweyan, Loji Gandrung, Pasar Pon, Kraton, Gladak, kampung batik Kauman, dan lain-lain. Kereta ini berangkat dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Solo Kota (Sangkrah) PP.[5][6]
Galeri
Lokomotif SS 442 (C1204) di Stasiun Bandung, 1916.
^Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 60. ISBN978-602-0818-55-9.