KerajaanAmanuban (Banam) diawali dengan kehadiran Olak Mali, leluhur RajaNope, dengan istrinya di Gunung Tunbes. Olak Mali mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan kekuatan untuk memengaruhi suku-suku yang berada di Gunung Tunbes seperti Nuban, Tenis, Asbanu, Nomnafa untuk mengakuinya sebagai penguasanya. (Norholt,1971).
Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Olak Mali dan isterinya yang mampu meyakinkan suku-suku (tsepe) primitif seperti Nuban, Tenis, Asbanu, dan Nubatonis ( Si Nuban yang suka Natoni) di Gunung Tunbes bahwa dia (Olak Mali) adalah penguasa dan Pemimpin Amanuban ( Raja atau Usif). Hal ini dibuktikannya kepada Nubatonis dengan beberapa bukti seperti menanam pohon pisang, menanam tebu, api unggun, memanggil bumi. 'Koe bako mese ma tib mese' sebagai pengesahan pemilihan di Gunung Tunbes, pil nam Tunbes.
Empat kelompok suku yang hidup bermasyarakat di Gunung Tunbes bersama para amaf lain kemudian mengukuhkan Olak Mali menjadi RajaAmanuban ( Banam ) sekaligus peristiwa ini merupakan cikal bakal terbentuknya Kerajaan Amanuban. Bukti fisik yang ada hingga saat ini menunjukkan kehebatan Olak Mali sebagai RajaAmanuban pertama yang mampu menata kehidupan sosial, kemasyarakatan, dan pemukiman masyarakat Tubes secara baik dan teratur. Posisi istana (sonaf) RajaNope yang berada di tengah dengan pagar batu kokoh sebagai inti (core) yang kemudian dikelilingi dengan pemukiman kelompok suku-suku seperti Tenis, Nuban, Asbanu, Nubatonis, dan Nomnafa menunjukan bahwa istana (sonaf) raja Nope di Gunung Tunbes ini adalah kerajaan Amanuban itu sendiri. Raja Nope di Banam yakni nun ana banam ma let ana banam untuk aman turun temurun on oof ma bilu, he nah sis fafi nalali, he nah mak ane nalali.
Daerah Tunbes sesuai pembagiannya terdiri dari Mnela Ooh ( keempat suku di Tunbes), Kekan ( kawasan lindung), kandang kerbau, Istana (sonaf) dan tempat kuburanraja.Ada empat raja yang dimakamkan di Tunbes.
Awal mula kerajaan Amanuban dipercayai oleh masyarakat karena kerajaan ini memiliki hubungan dengan kerajaan Amanatun dan kerajaan Amarasi, ketiga kerajaan ini dianggap berasal dari tiga orang bersaudara.
Nama Banam - Amanuban
Menurut penelitian dari dr Pieter Middelkop bahwa secara tradisional sehari-hari, penduduk Amanuban dan wilayah Amanuban disebut Banam. Kata Banam atau Banamas digunakan untuk menyebut orang atau masyarakat Amanuban dan juga untuk wilayah Amanuban. Kata Banam terbentuk dari dua suku kata " ba" dan "nam". Ba adalah awalan (prefiks) yang sejajar dengan awalan ber dalam bahasaIndonesia yang berarti mempunyai. Kata 'nam' atau 'na nam' dalam bahasaTimor (uab meto) mempunyai arti merangkak atau merayap. Dalam tradisi adat dan adat istiadat Timor, termasuk Amanuban, penduduk atau rakyatAmanuban yang mau bertemu dengan Raja harus merangkak atau merayap sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Raja.
Namun sering juga kata Amanuban diidentikan dengan nama salah satu kelompok suku yang ada di kuan tubu Tunbes yang bernama Nuban dengan sebutan Ama atau Am (Bapak). Sehingga Am Nuban = sebutan atau sapaan bapak kepada Nuban. Ama Nuban = Bapak Nuban. Kata Ama atau Am biasa juga digunakan untuk menyapa atau memanggil orang laki-laki di Timor seperti Ama Asbanu atau Am Asbanu (Bapak Asbanu), Ama Nomnafa atau Am Nomnafa (Bapak Nomnafa), Ama Tenis atau Am Tenis (Bapak Tenis). Sebutan atau panggilan Bapak kepada seseorang tidak serta merta diartikan sebagai Raja atau Usif karena tidak semua bapak itu adalah Raja atau Usif. Banam Tuan = Tuan atau pemimpinnya Banam (Amanuban) = Nope ( dipanggil dengan sebutan Nope).
Perkembangan Kerajaan
Dari Tunbes kemudian pusat kerajaan Amanuban dipindahkan ke Pili Besabnao. Perpindahan pusat kekuasaan ini karena sudah terjadi pertambahan penduduk sedangkan luas lahan di Tunbes semakin kecil. Surat dari Apolonius Shot, tertanggal 5 Juni1613, menyebutkan bahwa saat VOC melakukan kunjungan dagang ke Timor untuk pembelian cendana maka saat itu sudah ada beberapa Rajakerajaan di Timor yang bisa dan senang diajak bersahabat dan bekerja sama. Williiem Jacobsz dan Melis Andriaz juga telah bertemu dan berbicara langsung dengan RajaAmanuban.
Antonio da Hornay tokoh penting Topas (Orang Kaesmetan-PortugisHitam) memerintah di Timor 1664-1695 dan ia kawin dengan putri Amanuban dan Ambenu. De Ornay dan Da Costa merupakan dua tokoh penting yang saling merebut kekuasaan di Timor. Putra Dominggus da Costa III yang bernama Simao da Costa kawin dengan bi Noni Nope. Laporan VOC tahun 1764 menyebutkan bahwa Raja Amanuban dan Amanessi meminta diberi gelar Don (Schulte Nordholt,1971). Kekejaman Simao Louis diimbangi dengan membagi-bagikan tongkat kepada Raja yang tunduk kepada Portugis sebagai tanda pengenal untuk boleh mengumpulkan cendana dan lilin untuk dijual kepada Portugis. Antonio de Ornay kemudian menggantikan Simao Louis sebagai capitao mor di Timor.
Dalam surat Kaiser Sonbai tanggal 23 September1703, yang dikirim ke Batavia, menyebutkan bahwa Sonbai sedang menghadapi masalah dengan Ambenu, Amanuban, Boro, Asem, Mina, dan Likusaen. Kemudian terjadi pertempuran antara Molo dengan Amakono, Amfoan serta Amanuban dimana dalam pertempuran itu di pihak Amanuban tewas 5000 orang. (Hans Hagerdal, 2004). Batu bertulis ANNO1709 (secara jelas batu tersebut tertulis DRB dan tulisan ANNO 1709, batu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 31 cm dengan tebal batu 13 cm).
Pada tahun 1786 suku Amanuban yang anti Belanda menyerang sonaf RajaJacobusAlbertu dari Amanuban di Kobenu yang letaknya setengah hari perjalanan dari Kupang. JacobusAlbertus pada tengah malam harus menyelamatkan diri bersama dua putranya kemudian menuju tanah tumpah darahnya Amanuban-Banam yang berjarak tiga hari perjalanan. Sepupu Jacobus Albertus yang bernama Tobani diakui sebagai RajaAmanuban.
Latar belakang perpindahan ke Niki-Niki karena tempat ini sangat strategis untuk pertahanan terhadap serangan musuh dan layak sebagai istana raja. Perkataan Niki-Niki berasal dari kata Nik Nik yang berarti menjilat-jilat dan melihat ke belakang.
Raja Sufa Leu
Digambarkan dalam laporan Belanda, RajaSufa Leu sebagai kekuasaan yang berdiri secara kuat dan bebas dari pengaruh dan tekanan kolonial yang memerintah dengan keras dan saling mencurigai, semua rakyatnya tunduk dan patuh kepadanya dengan rasa hormat dan takut. Setiap rakyat Amanubang yang berhadapan dengan RajaSufa Leu dilarang keras menentang dan memandang wajah raja ini (harus menutup mata / na bil). RajaSufa Leu pada tanggal 1 Juli1908 menandatangani Korte Verklaring sebagai landschapen Amanubang dan Koko Sufa Leu sebagai Kaiser Muda Amanubang dan Zanu Nakamnanu.
Permaisuri dari RajaPae Nope bernama Ratubi Siki Nitibani berdiam di istana kerajaanAmanuban (Sonaf Naek) yang melahirkan putera mahkota rajaAmanubanJohanPaulusNope ( 1946-1949) dengan ketiga adiknya yaitu Kusa Nope ( fettor Noe Meto), bi Feti Nope, dan Kela Nope (juga menjadi fetor Noemeto). RajaPae Nope juga mempunyai beberapa orang istri seperti bi Fanu Tnunai, Bi Kohe Nitibani (ibunda dari RajaKusa Nope), bi Oba Sonbai, bi Tipe Asbanu, bi Oko Tuke, bi Koin Tunu, bi Kohe Babis, bi Bene Boimau, dan bi Seong Wun. Bi Kohe Nitbani adalah anak dari bi Oki pelayan (ata) yang tinggal di dalam sonaf Neke.
PutraMahkotaJohanPaulusNope atau RajaLeu Nope menggantikan ayahnya sebagai RajaAmanuban1946 karena rajaPae Nope sudah berusia lanjut dan tak kuat melaksanakan tugas pemerintahankerajaan. RajaJohanPaulusNope juga memiliki banyak istri yakni bi Nino Selan, bi Kohe Nitibani,bi Obe Banamtuan, bi Fenu Selan, bi Muke Tse, bi Liu Tse, bi Sufa Asbanu, bi sabet Abanat, dan bi Kaes Beti. RajaLeu Nope atau JohanPaulusNope kemudian dibaptis menjadi KristenProtestan dan bersama seluruh rakyatAmanuban menjadi penganut agamaProtestan. Seluruh rakyat Amanuban sering juga menyebut Raja Leu Nope dengan sebutan-sebutan seperti Usi Anesit (Raja yang mempunyai kelebihan - kelebihan dalam kalangan bangsawan Nope), Usi Nakfunmanu (Raja berambut panjang) , Usi Tata (Raja yang juga seorang kakak dalam kalangan keluarga sonaf-istana Amanuban).