Pada abad ke-16, bangsa Portugis tiba di P. Timor, dan ratusan tahun kemudian tibalah bangsa Belanda. Pertempuran kedua bangsa untuk memperebutkan hegemoni di pulau tersebut pun berkecamuk. Sejumlah kerajaan di pulau tersebut secara bergantian bersekutu dengan kedua belah pihak dan juga dengan orang Topas, kelompok penduduk berdarah campuran yang sudah sejak lama memegang kekuasaan di bagian yang dikuasai Imperium Portugal.
Kerajaan Amfoang berada di sisi barat Oecussi-Ambeno, pusat kekuatan bangsa Portugis dan Topas. Oecussi-Ambeno berada di bawah pengaruh Amfoang. Pada tahun 1659, hanya seorang pendeta yang tinggal di sini menurut sumber Belanda.[1] Menurut sumber Belanda dari abad ke-17, Kerajaan Sonbai tumpang tindih dengan Kerajaan Amfoang.[2] Sonbai berperan sebagai pemimpin di Timor Barat.
Pada tahun 1683, Nai Toas, pemimpin militer Amfoang yang juga saudararaja, mencari perlindungan di Kupang bersama dengan 154 pengikutnya. Karena popularitasnya, ia takut dibunuh oleh raja. Lainnya juga ikut melarikan diri dan bermukim di Oesapa, Kelapa Lima, Kupang.[1] Pada tahun itu juga, Amfoang memutuskan untuk bersekutu dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan menjadi salah satu dari "5 Sekutu Setia" Belanda, yang sejak abad ke-18 membentuk kekuatan kecil di Timor.[3]
Hingga tahun 1756, VOC memegang kekuasaan tertinggi di Timor Barat meskipun penguasa setempat (raja) masih memegang kendali langsung atas wilayahnya. Pada tahun 1800, Belanda membagi Amfoang dalam 2 bagian: Amfoang Naikliu dan Amfoang Timau. Raja Amfoang Naikliu berkuasa di Naikliu dan sejumlah desa kecil, sementara Raja Amfoang Timau berkuasa di pegunungan dan pedalaman.[4] Antara tahun 1864-1870, Kerajaan Sonbai dan Sorbian Amfoang berperang di Kerajaan Kupang untuk hak pemanfaatan pinang.[3] Pada tahun 1910, kedua kerajaan yang sebelumnya terpecah itu dipersatukan oleh Talnoni, Raja Amfoang Naikliu. Wangsa tersebut tidak diakui oleh penduduknya.[4]
Pada abad ke-20, kerajaan tersebut dikuasai oleh Hindia-Belanda. Hingga tahun 1962, Raja Amfoang memiliki kekuasaan lokal.[2] Raja amfoang Robbt Mano.
Kini, ada Raja Amfoang yang telah ditabalkan. Pemegang jabatan tersebut saat ini adalah Robert Gordon Manoh sejak tanggal 27 September2001. Ia merupakan putera ke-4 dari raja terakhir yang berkuasa, dan merupakan anggota dewan setempat.[4]
Pranala luar
Diarsipkan[Date missing], di www.royaltimor.com Galat: URL arsip tidak dikenal