Islam adalah agama minoritas di negara mayoritas Buddha tersebut. Dari total 47.373.958 orang, sekitar 1.800.000 atau 4.2% dari total populasi adalah muslim.[1]
Sejarah
Islam memiliki sejarah panjang di negara ini. Islam masuk ke Myanmar sekitar 1055. Pedagang-pedagang Arab memperkenalkan Islam kepada mereka saat mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan daerah Arakan yang yang terletak di sisi barat Myanmar. Gunung Arakan memisahkan wilayah daerah Arakan dengan daerah-daerah lain Myanmar yang mayoritas menganut Budha. Selain etnis Arakan, etnis Shan juga dikenal sebagai penganut Islam.
Orang-orang dari Persia sampai Myanmar saat menjelajahi kawasan selatan Tiongkok. Orang-orang Islam yang merupakan penduduk asli Myanmar disebut Pathi, sedangkan orang-orang Islam yang berasal dari Tiongkok disebut Panthay. Dari sana, Islam menyebar ke berbagai daerah, seperti Pegu, Tenasserim, dan Pathein.
Atas bantuan Penguasa BengaliSultan Nasiruddin, Naramakhbala yang sudah ganti nama menjadi Suleiman Shah itu akhirnya berhasil merebut kembali wilayahnya dari kekuasaan dari Raja Myanmar. Pada 1420, Arakan memproklamirkan diri sebagai kerajaan Islam merdeka di bawah Raja Suleiman Shah.
Kekuasaan Arakan yang Islam itu bertahan hingga 350 tahun. Pada tahun 1784, Raja Arakan kembali dikuasai oleh Raja Myanmar. Pada 1824, Raja Arakan menjadi koloni Inggris juga. Populasi Islam di kawasan itu pun perlahan-lahan berkurang[2]
Etnis
Etnis Muslim di Myanmar cukup beragam. Terdapat Etnis India di negara tersebut. Mereka dibawa oleh koloni Inggris untuk mengurus tanah Myanmar. Mereka dikenal sebagai Chulias, Kaka, dan Pathan. Mereka terkonsentrasi di Yangon yang dimana 56% adalah Etnis India.
Zerbadee, yang merupakan keturunan dari perkawinan antara lelaki Muslim India atau Persia dan perempuan Burma. Mereka memandang diri mereka berbeda dari kelompok Muslim lain baik secara ras maupun kultur dan mengidentifikasi diri lebih dekat kepada Buddhisme di Myanmar.
Muslim Hui Cina. Sebagian besar dari mereka berhijrah dari Yunnan pada abad 13. Banyak dari mereka ke Myanmar dalam rangka melarikan diri dari persekusi kaum komunisTiongkok pada 1949. Mereka terkonsentrasi di Mandalay bagian Utara.
Rohingya. Populasi Mereka berjumlah 1.000.000 dan merupakan penduduk Rakhine. Kaum Rohingya dinyatakan sebagai imigran ilegal dari Bangladesh dan disebut dengan istilah peyoratif “kalla”, yang bermakna orang-orang berkulit gelap. Rohingya, yang juga dikenal sebagai Muslim Arakan, memiliki sejarah panjang kehadiran di wilayah itu sejak era Kerajaan Arakan bersama kaum Buddhis Arakan. Identitas Muslim Arakan ini ditolak kaum Buddhisme nasionalis untuk melemahkan legitimasi klaim mereka atas kewarganegaraan Myanmar.
Masjid
Meski minoritas, namun cukup banyak masjid di kota Yangon. Walaupun memang tak ada masjid Nasional atau masjid Negara di Yangon. Diantara masjid masjid tersebut yang paling terkenal adalah Masjid Sunni Bengali. Masjid ini menjadi salah satu daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke Yangon karena letaknya yang berada di pusat keramaian kota. Berada di jalan Sule Pagoda Road dan berseberangan dengan pagoda tersebut. Letaknya hanya 5 menit berjalan kaki dari kawasan perhotelan atau sekitar 10-15 menit dari Pasar Bogyoke Market (Scott Market). Masjid ini cukup terkenal karena seorang Utusan PBB pernah sholat di masjid ini pada tahun 2008 ketika ia ditugaskan di negara ini.[3] Hingga kini, terdapat 1.000 masjid yang berdiri di seluruh Myanmar.[4]
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkankategori. Tag ini diberikan pada Desember 2022.