Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 (東北地方太平洋沖地震code: ja is deprecated , Tōhoku Chihō Taiheiyō-oki Jishin[8], secara harfiah "Gempa bumi lepas pantai Samudra Pasifik wilayah Tōhoku") adalah peristiwa gempa bumi berskala besar dengan berkekuatan 9,0 yang mengakibatkan gelombang tsunami setinggi 40 meter (130 ft).[9] Gempa ini berkekuatan 7[10] berdasarkan skala intensitas seismik Badan Meteorologi Jepang di utara Prefektur Miyagi, Jepang. Laporan awal USGS menyatakan kekuatan sebesar 7,9,[10] sementara peringatan tsunami JMA menyebutkan 8,4,[11] dan akhirnya 9.0. Episentrum gempa bumi dilaporkan berada di lepas pantai Semenanjung Oshika, pantai timur Tōhoku pada hari Jumat, 11 Maret 2011, pukul 05:46 UTC (14:46 waktu setempat) pada kedalaman 244 kilometer (152 mil).[12] Laporan Japanese National Police Agency (JNPA) pada tahun 2021 mengkonfirmasi 19,759 tewas, 6,242 luka-luka dan 2,553 dinyatakan hilang di enam prefektur,[13][14][15][16]
Gempa tersebut memicu gelombang tsunami kuat yang mencapai ketinggian hingga 40.5 meter (133 kaki) di Miyako di Prefektur Iwate, Tōhoku, dan di daerah Sendai. Tsunami itu bergerak dengan kecepatan hingga 700 km/jam (435 mph), dan berkecepatan 10 km (6 mil) ketika naik ke daratan. Penduduk Sendai hanya mendapat peringatan 8 sampai 10 menit sebelum tsunami datang, dan lebih dari seratus lokasi evakuasi hanyut. Tsunami ini bahkan jauh lebih kuat dibandingkan dengan gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 dengan hanya ketinggian maksimum 30 m (98 ft), meski jumlah korbannya tidak separah tsunami 26 Desember 2004. Peringatan dan kesigapan masyarakat menghadapi tsunami ini, jauh lebih unggul dibandingkan dengan peristiwa tsunami 2004.
Hujan salju yang menyertai tsunami dan suhu beku sangat menghambat upaya penyelamatan, misalnya, di Ishinomaki, kota dengan kematian terbanyak bersuhu hingga 0 °C (32 °F) ketika tsunami menerjang.
Perkiraan awal menyebutkan kerugian yang diasuransikan akibat gempa bumi saja mencapai USD$14,5 hingga $34,6 miliar. Bank of Japan memperkirakan sekitar ¥15 triliun Yen (USD$183 miliar). Perkiraan kerugian ekonomi mencapai lebih dari USD$300 miliar, menjadikannya sebagai bencana alam paling merugikan sepanjang sejarah dunia.[21][22]
Gempa bumi
Gempa utama didahului oleh serangkaian gempa awal dengan kekuatan 7,2 Mw pada 9 Maret yang terletak 40 kilometer (25 mi) dari zona gempa 11 Maret, dan diikuti oleh tiga gempa lainnya pada hari yang sama di atas 6 Mw.[9] Satu menit sebelum gempa, peringatan awal gempa bumi yang terhubung dengan sekitar 1.000 seismometer di Jepang mengirimkan peringatan di televisi mengenai gempa selanjutnya kepada jutaan orang. Hal ini diduga telah menyelamatkan banyak jiwa.[23]
Gempa terjadi di sebelah barat Samudera Pasifik, 130 kilometer (81 mi) di timur Sendai, Honshu, Jepang. Episenternya terletak 373 kilometer (232 mi) dari Tokyo, menurut United States Geological Survey (USGS). Beberapa gempa susulan dilaporkan setelah gempa awal sebesar M8,9 pukul 14:46 waktu setempat. Gempa susulan sebesar 7,0 terjadi pukul 15:06 waktu setempat, M7,4 pukul 15:15 waktu setempat dan M7,2 pukul 15:26 waktu setempat.[24] Lebih dari seratus gempa susulan berkekuatan 4,5 atau lebih besar terjadi sejak gempa pertama.[25]
Mekanisme gempa bumi
Gempa tersebut awalnya dilaporkan berkekuatan 7,9 oleh USGS, magnitudo gempa langsung dinaikkan hingga 8,8 dan 8,9 dan akhirnya menjadi 9,0 atau 9,1.
Gempa ini terjadi di Palung Jepang, tempat subduksi Lempeng Pasifik di bawah Lempeng Eurasia. Gempa sebesar ini biasanya memiliki retakan sepanjang 480 kilometer (300 mi) dan memerlukan jalur patahan yang relatif lurus. Karena pinggiran lempeng dan zona subduksi di kawasan ini tidak terlalu lurus, gempa di daerah ini dapat mencapai 8 hingga 8,5, dan magnitudo gempa ini mengejutkan bagi sejumlah seismolog.[26]Kawasan hiposenter gempa ini memanjang dari lepas pantai Prefektur Iwate hingga Ibaraki.[27] Badan Meteorologi Jepang mengatakan bahwa gempa ini mungkin meretakkan zona patahan dari Iwate hingga Ibaraki dengan panjang 400 kilometer (250 mi) dan lebar 200 kilometer (120 mi).[28] Diduga bahwa gempa ini memiliki mekanisme yang sama seperti gempa besar lain tahun 869 yang juga mengakibatkan tsunami besar.[29]
Kami mengalami guncangan hebat untuk sementara sehingga kami perlu berpegangan pada sesuatu agar tidak jatuh. Kami tidak dapat langsung keluar dari gedung karena guncangannya berlanjut... Para pejabat kota sekarang berada di luar dan mengumpulkan informasi tentang kerusakan.[31]
Sebuah gempa berkekuatan 6,7 menurut JMA terjad pukul 18:59 UTC< 11 Maret (03:59, 12 Maret waktu lokal).[32] Hiposenternya terletak di Prefektur Niigata pada kedalaman 10 kilometer (6,2 mil). Gempa ini tercatat pada tingkat 6 atas menurut skala intensitas JMA di Prefektur Nagano dan 6 bawah di Niigata.
Gempa ini menimbulkan peringatan tsunami untuk pantai Pasifik Jepang dan sedikitnya 20 negara, termasuk seluruh pantai Pasifik Amerika dari Alaska ke Chili[35][36][37][38] Peringatan tsunami yang dikeluarkan oleh Jepang adalah yang paling serius dalam skala peringatannya dengan tinggi gelombang diperkirakan mencapai 10 meter (33 ft).[39] Menurut kantor berita Kyodo, gelombang tinggi terlihat di Bandar Udara Sendai pukul 3:55 sore JST yang berada dekat pesisir prefektur Miyagi[40][41] dengan gelombang yang mampu memindahkan kendaraan dan membanjiri banyak bangunan ketika masuk ke daratan.[42] Kantor berita Kyodo melaporkan tsunami setinggi empat meter (13 ft) menerjang Prefektur Iwate di Jepang. Gelombang setinggi 05-meter (200 in) menerjang pantai utara Jepang.[31][43] Laporan menyebutkan bahwa dinding air lebih tinggi dari sejumlah pulau di Pasifik dan bahaya tsunami memunculkan peringatan untuk hampir seluruh daerah di Samudra Pasifik.[44]
Gempa sebesar ini memiliki potensi untuk menciptakan tsunami yang dapat menghantam pesisir dekat episenter dalam hitungan menit dan pesisir yang lebih jauh dalam hitungan jam.[31]
United States West Coast and Alaska Tsunami Warning Center mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah pesisir California dan Oregon dari Point Conception, California hingga perbatasan Oregon-Washington.[38] Penduduk di Seaside dan Astoria, Oregon diberitahu melalui panggilan mundur 911 dan sirene pada jam-jam pagi untuk mengevakuasi wilayah rendah; sekolah negeri ditutup pada hari itu.[45] Ketika tsunami menghantam Guam, dua kapal selam AS ditarik dari penjangkarannya dan segera ditarik dengan bantuan kabel.[46] Tsunami setinggi 2 meter menghantam sebagian Hawaii dengan gelombang mencapai 30 meter ke daratan di sisi selatan Big Island, namun tidak ada kerusakan yang dilaporkan.[47]
Angka resmi yang dirilis pada tahun 2021 melaporkan sekitar 19,000 kematian, 6.242 terluka, dan 2.553 orang hilang. Penyebab utama kematian adalah karena tenggelam (sekitar 90,64% atau 14.308 jenazah), kematian karena terbakar (0,9% atau 145 jenazah) dan lain-lain (4,2% atau 667 jenazah, yang sebagian besar tertimpa benda berat ketika gempa). Cedera akibat paparan nuklir atau pelepasan air radioaktif di Fukushima sulit dilacak karena 60% dari 20.000 pekerja di lokasi menolak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan kesehatan gratis yang disponsori negara.[70]
Lansia berusia di atas 60 tahun menyumbang 65,8% dari total semua kematian. Secara khusus, dalam tragedi Sekolah Dasar Okawa, di mana 84 orang tenggelam.[71]
Dampak fisik dan mental yang disebabkan oleh kehidupan di tempat penampungan sementara yang disebabkan oleh stres akibat gempa dan tsunami. Beberapa kasus bunuh diri juga termasuk. Sebagian besar kematian ini terjadi selama enam bulan pertama setelah gempa bumi dan jumlahnya menurun setelahnya, namun seiring berjalannya waktu, jumlahnya terus meningkat. Sebagian besar kematian ini terjadi di Prefektur Fukushima, di mana pemerintah prefektur menyatakan bahwa mereka mungkin disebabkan oleh evakuasi yang disebabkan oleh bencana nuklir Fukushima Daiichi. Di dalam prefektur Fukushima, korban tidak langsung ini telah mengakibatkan lebih banyak kematian daripada jumlah orang yang tewas secara langsung akibat gempa bumi dan tsunami.[72][73]
Sekolah Dasar Okawa, di Kota Ishinomaki, Prefektur Miyagi. Sekolah tersebut hancur akibat Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011. 74 dari 108 siswanya terbunuh, para siswa berlindung di atas atap sekolah karena instruksi guru mereka untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, namun tsunami itu jauh lebih tinggi dari perkiraan, dan puluhan siswa hanyut oleh gelombang tsunami, hanya empat siswa yang di sekolah tersebut selamat, sepuluh dari sebelas guru sekolah juga meninggal.[74]
Pada tahun 2014, keluarga dari 23 anak yang meninggal menggugat Kota Ishinomaki dan Prefektur Miyagi untuk mendapatkan kompensasi. Pada bulan Oktober 2016, mereka diberikan kompensasi sebesar ¥1,4 miliar (USD$12,8 juta). Sekolah tersebut resmi ditutup pada tahun 2018.[75]
Kementerian Luar Negeri Jepang mengkonfirmasi kematian 19 orang asing. Di antara mereka adalah, dua guru bahasa Inggris dari Amerika Serikat yang berafiliasi dengan Program Pertukaran dan Pengajaran Jepang; seorang misionaris Kanada di Shiogama; dan warga negara Tiongkok, Korea Utara dan Korea Selatan, Taiwan, Pakistan, dan Filipina.
Korban lainnya
Tsunami dilaporkan menyebabkan beberapa kematian di luar Jepang. Satu orang tewas di Jayapura, Papua, Indonesia setelah hanyut ke laut. Seorang pria yang sedang mencoba memotret tsunami di California, tersapu ke laut. Mayatnya ditemukan pada 2 April 2011 di sepanjang Ocean Beach di Fort Stevens State Park, Oregon.[76]
Dampak
Seperti bencana gempa bumi dan tsunami Aceh tahun 2004, kerusakan sebagian besar akibat gelombang tsunami, meskipun lebih bersifat lokal, bencana tsunami ini jauh lebih mematikan dan merusak dibandingkan gempa itu sendiri.
Seluruh kota hancur di wilayah yang dilanda tsunami, termasuk 9.500 orang hilang di Minamisanriku; seribu mayat telah ditemukan di kota tersebut pada tanggal 14 Maret 2011.[77] Salah satu faktor tingginya angka kematian adalah gelombang air besar yang tidak terduga. Tanggul laut di beberapa kota dibangun untuk melindungi terhadap tsunami dengan ketinggian yang jauh lebih rendah. Selain itu, banyak orang yang terjebak dalam tsunami mengira mereka berada di tempat yang cukup tinggi sehingga aman.
Menurut panitia khusus pencegahan bencana pemerintah Jepang, kebijakan perlindungan tsunami dimaksudkan hanya untuk menangani tsunami yang telah terbukti secara ilmiah terjadi berulang kali. Komite menyarankan bahwa kebijakan di masa depan harus melindungi terhadap kemungkinan terjadinya tsunami.[78] Karena tembok tsunami sudah jebol, panitia juga menyarankan, selain membangun tembok tsunami yang lebih tinggi, juga mengajarkan warga bagaimana melakukan evakuasi jika terjadi tsunami skala besar.
Sebagian besar Kuji dan bagian selatan Ōfunato termasuk kawasan pelabuhan hampir seluruhnya hancur. Yang juga paling hancur adalah en:RikuzentakataRikuzentakata, tempat tsunami setinggi tiga lantai.[79] Kota-kota lain yang hancur atau rusak berat akibat tsunami termasuk Kamaishi, Miyako, Iwate, Ōtsuchi, dan Yamada (di Prefektur Iwate), Namie, Sōma, dan Minamisōma (di Prefektur Fukushima) dan Shichigahama, Higashimatsushima, Onagawa, Natori, Ishinomaki, dan Kesennuma (di Prefektur Miyagi).[80] Dampak tsunami yang paling parah dirasakan di sepanjang garis pantai sepanjang 670 kilometer (420 mil) dari Erimo, Hokkaido, di utara hingga Ōarai, Ibaraki, di selatan, dengan sebagian besar kerusakan di wilayah tersebut terjadi di satu jam setelah gempa bumi. Di dekat Ōarai, orang-orang mengambil gambar pusaran air besar yang dihasilkan oleh tsunami.[81][82] Tsunami menghanyutkan satu-satunya jembatan ke Miyatojima, Miyagi, dan mengisolasi 900 penduduk pulau tersebut. Tsunami setinggi 2 meter (6 kaki 7 inci) melanda Prefektur Chiba sekitar 2+1⁄2 jam setelah gempa, menyebabkan kerusakan parah di kota-kota seperti Asahi.
Kerusakan
Tokyo Broadcasting System (TBS) dan Japanese National Police Agency[83] telah mengkonfirmasi 15.269 tewas, 5.363 luka dan 8.526 hilang di enam prefektur.[43][84]
Pada pukul 09:30 11 Maret UTC, Google Person Finder, yang sebelumnya digunakan pada gempa Bumi Haiti, Chili, dan Christchurch, mengumpulkan informasi mengenai korban selamat dan lokasi mereka saat ini.[85][86]
Badan Kepolisian Nasional Jepang menyatakan pada 3 April 2011, 45.700 bangunan hancur dan 144.300 rusak akibat gempa dan tsunami. Bangunan yang rusak termasuk 29.500 bangunan di Prefektur Miyagi, 12.500 di Prefektur Iwate dan 2.400 di Prefektur Fukushima. Tiga ratus rumah sakit dengan 20 tempat tidur atau lebih di Tōhoku rusak akibat bencana tersebut, dengan 11 rumah sakit hancur total. Gempa bumi dan tsunami menimbulkan sekitar 24–25 juta ton puing dan puing di Jepang.
Ishinomaki adalah salah satu kota yang terkena dampak paling parah akibat gempa bumi dan tsunami Tōhoku tahun 2011, dimana hampir 3,000 orang tewas di kota tersebut. Tsunami mencapai dengan ketinggian sekitar 10 meter (33 kaki), bergerak ke daratan hingga 5 kilometer (3,1 mil) dari pantai. Tsunami menghancurkan sekitar 80% dari 700 rumah di pelabuhan pesisir Ayukawa, dan sebagian besar lingkungan Kadonozaki rata dengan tanah. Sekitar 46% kota terendam tsunami.
Laporan dari Badan Kepolisian Nasional Jepang pada 10 September 2018 menyebutkan 121.778 bangunan "runtuh total", dengan 280.926 bangunan "setengah runtuh", dan 699.180 bangunan lainnya "rusak sebagian". Gempa bumi dan tsunami juga menyebabkan kerusakan struktural yang luas dan parah di timur laut Jepang, termasuk kerusakan parah pada jalan raya dan rel kereta api serta kebakaran di banyak daerah, dan runtuhnya bendungan. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan berkata, "Dalam 65 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II, ini adalah krisis terberat dan paling sulit bagi Jepang." Sekitar 4,4 juta rumah tangga di timur laut Jepang tidak mempunyai listrik dan 1,5 juta tanpa air.[87][88]
Tsunami membanjiri Bandara Sendai pada pukul 15:55 JST, sekitar satu jam setelah gempa awal, menyebabkan kerusakan parah. Bandara Narita dan Bandara Haneda sempat menghentikan operasinya setelah gempa, namun hanya mengalami sedikit kerusakan dan dibuka kembali dalam waktu 24 jam. Sebelas pesawat menuju Bandar Narita dialihkan ke Pangkalan Udara Yokota di dekatnya.[89]
Empat kereta api di jalur pantai dilaporkan kehilangan kontak dengan operator; satu, kereta empat gerbong di Jalur Senseki, ditemukan tergelincir, dan penumpangnya diselamatkan tidak lama setelah jam 8 pagi keesokan harinya.[90] Stasiun Minami-Kesennuma di Jalur Kesennuma hancur kecuali peronnya; 62 dari 70 (31 dari 35) jalur kereta JR East mengalami kerusakan pada tingkat tertentu; di daerah yang paling parah terkena dampaknya, 23 stasiun di 7 jalur tersapu, dengan kerusakan atau hilangnya jalur di 680 lokasi dan radius 30 km di sekitar Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Jalur Tōhoku Shinkansen merupakan jalur yang paling parah terkena dampaknya, dengan JR East memperkirakan bahwa 1.100 bagian jalur tersebut, mulai dari atap stasiun yang runtuh hingga tiang listrik yang bengkok, memerlukan perbaikan. Layanan Tōhoku Shinkansen sebagian dilanjutkan kembali hanya di wilayah Kantō pada tanggal 15 Maret, dengan satu layanan pulang pergi per jam antara Tokyo dan Nasu-Shiobara, dan sebagian layanan wilayah Tōhoku dilanjutkan pada tanggal 22 Maret antara Morioka dan Shin-Aomori. Layanan Akita Shinkansen dilanjutkan dengan jumlah kereta terbatas pada tanggal 18 Maret.[91] Layanan antara Tokyo dan Shin-Aomori dipulihkan pada bulan Mei, namun dengan kecepatan lebih rendah karena pekerjaan restorasi yang sedang berlangsung; jadwal sebelum gempa bumi baru diberlakukan kembali pada akhir bulan September.
Infrastruktur
Dampak dari gempa meliputi kebakaran di sebuah bangunan di Pelabuhan Tokyo dengan sebagian wilayah pelabuhan banjir, temrasuk pencairan tanah di lapangan parkir Tokyo Disneyland.[92][93] Layanan kereta peluru Shinkansen dihentikan di dalam dan luar Tokyo meski tidak terjadi kecelakaan; Bandar Udara Internasional Narita dan Bandar Udara Haneda menghentikan operasi setelah gempa, dengan sebagian besar penerbangan dialihkan ke bandara lain sampai pemberitahuan selanjutnya.[31] Berbagai jasa kereta api di seluruh Jepang dibatalkan, termasuk JR East yang menghentikan semua layanan pada hari itu.[94]
Menurut Tohoku Electric, sekitar 4,4 juta rumah di timur laut Jepang mengalami pemadaman listrik.[95] Sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir dan konvensional dimatikan setelah gempa.
Jaringan transportasi Jepang juga terkena dampaknya. Banyak bagian jalan ekspres Tohoku yang melayani wilayah utara Jepang rusak. Sebagian besar layanan kereta dihentikan di Tokyo dengan 20.000 orang terjebak di stasiun-stasiun besar di seluruh Tokyo. Beberapa jam setelah gempa, beberapa layanan kereta dilanjutkan.[96]
Menurut pejabat Chunghwa Telecom, gempa telah mengakibatkan "sejumlah kerusakan" terhadap kabel bawah laut dekat Kita di pantai timur Jepang, namun transmisi data tidak terganggu.[97]
Kebakaran dilaporkan terjadi di seluruh kota Kesennuma, Jepang.[98]
Pembangkit listrik tenaga nuklir
PLTN Onagawa, PLTN Fukushima I, Fukushima II dan PLTN Tōkai secara otomatis padam setelah gempa. PLTN Higashidōri yang juga terletak di pantai timur laut telah dipadamkan untuk pengecekan rutin. Instalasi pemrosesan nuklir Rokkasho dioperasikan melalui generator diesel darurat.[99]
Secara terpisah, sebuah kebakaran terjadi di pembangkit Onagawa.[99] Kebakaran ini terjadi di bangunan yang berisi turbin dan berada terpisah dari reaktor pembangkit listrik Fukushima.
Menurut Associated Press Jepang telah mengumumkan keadaan darurat setelah kegagalan sistem pendingin di PLTN Fukushima I.[100] Pejabat mengatakan tidak ada kebocoran radiasi atau bahan radioaktif.[101]
Satu fasilitas di Fukushima mengalami kesalahan mekanis pada sistem pendingin reaktor setelah dipadamkan dan suplai tenaga darurat gagal, namun tidak ada kebocoran radiasi.[102] Lewat tengah malam waktu setempat, dilaporkan bahwa The Tokyo Electric Power Company mempertimbangkan untuk mengeluarkan gas superpanas dari reaktor ke atmosfer yang dapat mengakibatkan keluarnya radioaktif.[103] Inti reaktor masih panas sehingga pendinginan masih diperlukan. Seorang pejabat Japanese Nuclear and Industrial Safety Agency melaporkan bahwa karena ketiadaan listrik, sistem pendingin darurat saat ini dioperasikan dengan baterai yang bertahan selama delapan jam. Enam baterai lain telah diamankan dan pemerintah dapat menggunakan helikopter militer untuk menerbangkannya.[104] Keadaan darurat telah diumumkan sebagai tindakan pencegahan.[105] Lebih dari 2.000 penduduk yang menetap pada radius 3-kilometer (1,9 mi) dari pembangkit listrik nuklir dievakuasi, sementara penduduk yang menetap di zona 3 hingga 10 kilometer (1,9 hingga 6,2 mi) diminta untuk mengungsi.[106][107]
Pejabat Jepang telah mengumumkan keinginan mereka untuk mengeluarkan gas "sedikit radioaktif" untuk menyeimbangkan tekanan di dalam reaktor.[108][109]
Pasar keuangan
Indeks Nikkei Jepang mengalami penurunan 5% setelah perdagangan ditutup.[110] Pasar saham lain di seluruh dunia juga terkena dampaknya;[111]DAX Jerman jatuh 1,2% hingga 6.978 poin dalam hitungan menit.[112]Bursa Efek Mumbai atau BSE SENSEX (India) juga jatuh 0,84%[111] Harga minyak juga jatuh sebagai akibat dari gempa di Jepang dan kerusuhan di Libya dan demonstrasi di Saudi Arabia, dengan nilai minyak mentah AS turun hingga $99,01 dari $100,08 per barel pada siang hari dan minyak mentah Brent turun $2,62% dari $112,81 per barel.[113]
Di Hong Kong, Menteri Keuangan John Tsang memperingatkan investor untuk "mengambil perhatian lebih" karena gempa memiliki dampak jangka pendek terhadap pasar saham setempat.
[114]
Tanggapan
Tanggapan pemerintah
Perdana Menteri Naoto Kan mengatakan pemerintah telah memobilisasi Pasukan Bela Diri Jepang di berbagai zona bencana gempa.[115] Ia meminta masyarakat Jepang untuk tenang dan mengecek media massa untuk informasi terbaru.[115][116] Ia juga melaporkan sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir secara otomatis padam untuk mencegah kerusakan dan kebocoran radiasi.[115] PM Kan juga mendirikan kantor darurat di kantornya untuk mengkoordinasikan respon pemerintah.[116]
Bank sentral telah berjanji melakukan yang terbaik untuk menjamin kestabilan pasar keuangan.[117]
Tanggapan internasional
Jepang menerima pesan dukacita dan tawaran bantuan dari berbagai pemimpin dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, tim SAR dari 45 negara telah ditawarakan kepada Jepang. Jepang secara spesifik meminta tim dari Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.[118]Amerika Serikat memindahkan armada angkatan lautnya lebih dekat ke Kepulauan Jepang untuk keperluan menyediakan bantuan.[119] Jerman mengirimkan spesialis SAR dari Technisches Hilfswerk.[120]
Respon ilmiah dan penelitian
Seismolog mengantisipasi gempa bumi yang sangat besar akan terjadi di tempat yang sama dengan gempa bumi besar Kantō 1923 — di sepanjang Palung Sagami, barat daya Tokyo. Pemerintah Jepang telah melacak pergerakan lempeng tersebut sejak tahun 1976 sebagai persiapan untuk apa yang disebut gempa bumi Tokai, yang diprediksi akan terjadi di wilayah tersebut. Namun, gempa bumi Tōhoku yang terjadi sejauh 373 km (232 mil) di timur laut Tokyo, mengejutkan para seismolog. Meskipun Palung Jepang dikenal menciptakan gempa bumi besar, gempa bumi ini tidak diperkirakan akan menghasilkan gempa bumi di atas 8,0.[121][122]
Markas Besar untuk Promosi Penelitian Gempa Bumi yang dibentuk oleh pemerintah Jepang kemudian menilai kembali risiko jangka panjang gempa bumi tipe palung di sekitar Jepang, dan diumumkan pada bulan November 2011 bahwa penelitian tentang gempa bumi Sanriku 869 menunjukkan bahwa gempa bumi serupa dengan magnitudo 8,4–9,0 akan terjadi di lepas pantai Pasifik Jepang timur laut, rata-rata, setiap 600 tahun. Selain itu, gempa bumi tsunami dengan skala magnitudo tsunami (Mt) antara 8,6 dan 9,0 (Mirip dengan gempa bumi Sanriku 1896, Mt untuk gempa bumi Tōhoku 2011 adalah 9,1–9,4) memiliki peluang 30% untuk terjadi dalam waktu 30 tahun.[123][124]
Gempa bumi ini memberi para ilmuwan kesempatan untuk mengumpulkan sejumlah besar data guna memodelkan peristiwa seismik yang terjadi secara sangat rinci. Data ini diharapkan dapat digunakan dalam berbagai cara, menyediakan informasi yang belum pernah ada sebelumnya tentang bagaimana bangunan merespons guncangan, dan dampak lainnya. Data gravimetrik dari gempa bumi telah digunakan untuk membuat model untuk peningkatan waktu peringatan dibandingkan dengan model seismik, karena medan gravitasi bergerak lebih cepat dibandingkan gelombang seismik.
Para peneliti juga telah menganalisis dampak ekonomi dari gempa bumi ini dan telah mengembangkan model perambatan gempa bumi nasional melalui jaringan pasokan antarperusahaan yang berasal dari wilayah Tōhoku.[125]
^Japan Meteorological Agency (ed.). "「平成23年(2011年)東北地方太平洋沖地震」について~7年間の地震活動~" [About 2011 Tōhoku earthquake – Seismic activities for 7 years] (PDF). Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2022-10-19. Diakses tanggal 18 June 2018. on 6 March 2018.
^ abcKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama jma
^"Tsunami Warnings/Advisories". Japan Meteorological Agency. Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-23. Diakses tanggal 11 March 2011.
^ ab"震度データベース検索". www.data.jma.go.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-13. Diakses tanggal 18 June 2021.
^"TSUNAMI BULLETIN NUMBER 003". Pacific Tsunami Warning Center/NOAA/NWS. 11 March 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-22. Diakses tanggal 11 March 2011.
^大川小津波訴訟、市と県に14億円賠償命令 仙台地裁 [Okawa Small Tsunami Lawsuit Orders City and Prefecture to Compensate 1.4 Billion Yen Sendai District Court]. sankei.com (dalam bahasa Jepang). SANKEI DIGITAL INC. 2016-10-26. Diakses tanggal 13 September 2022.
^"JR東日本:列車運行情報". Traininfo.jreast.co.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2011. Diakses tanggal 11 March 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"三陸沖〜房総沖で「M9」30年以内に30% 地震調査委". Sankei Shimbun. 26 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 November 2011. Diakses tanggal 26 November 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"三陸沖から房総沖にかけての地震活動の長期評価(第二版)について". The Headquarters For Earthquake Research Promotion. 25 November 2011. Diakses tanggal 26 November 2011.