Shinkansen (bahasa Jepang: 新幹線, lit. "jalur utama baru"), juga sering disebut dengan nama kereta peluru, adalah kereta kecepatan tinggi yang beroperasi terutama di Jepang. Awalnya Shinkansen dibangun untuk menghubungkan wilayah Jepang yang jauh dengan ibu kotanya, Tokyo, untuk membantu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Di luar perjalanan jarak jauh, beberapa bagian di sekitar wilayah metropolitan terbesar digunakan sebagai jaringan kereta api komuter.[1][2] Shinkansen dimiliki oleh Badan Konstruksi, Transportasi, dan Teknologi Kereta Api Jepang, dan dioperasikan oleh lima perusahaan dari Japan Railways Group.
Selama lebih dari 50 tahun beroperasinya Shinkansen, dengan mengangkut lebih dari 10 miliar penumpang, Shinkansen tidak pernah mengalami satu pun kecelakaan seperti anjlok atau tabrakan, sehingga tidak memiliki catatan cedera atau kematian pada penumpang.[3]
Dimulai dari Tōkaidō Shinkansen (515,4 km) pada tahun 1964,[3] jalurnya telah berkembang sepanjang 2.830,6 km dengan kecepatan maksimum 240–320 km/jam, 283,5 km jalur Mini-Shinkansen dengan kecepatan maksimum 130 km/jam, dan 10,3 km jalur pacu dengan layanan Shinkansen.[4] Jaringan tersebut saat ini menghubungkan sebagian besar kota besar di pulau Honshu dan Kyushu, dan Hakodate di pulau utara Hokkaido, dengan perluasan ke Sapporo yang sedang dibangun dan dijadwalkan akan mulai beroperasi pada Maret 2031.[5] Kecepatan operasional maksimumnya adalah 320 km/jam (di bagian 387,5 km dari Tōhoku Shinkansen).[6] Uji coba telah mencatat kecepatan 443 km/jam untuk operasi di rel konvensional pada tahun 1996, dan mencatatkan rekor dunia 603 km/jam untuk kereta SCMaglev pada April 2015.[7]
Tokaido Shinkansen asli, yang menghubungkan Tokyo, Nagoya, dan Osaka (tiga kota terbesar di Jepang) adalah salah satu jalur kereta api kecepatan tinggi tersibuk di dunia. Dalam periode satu tahun sebelum Maret 2017, layanan ini mengangkut 159 juta penumpang,[8] dan sejak dibuka lebih dari lima dekade lalu, maskapai ini telah mengangkut lebih dari 6,4 miliar total penumpang.[3] Di jam sibuk, jalur ini membawa hingga 16 kereta per jam di setiap arah, dengan masing-masing 16 gerbong (kapasitas 1.323 kursi dan kadang-kadang penumpang tambahan hanya bisa berdiri) dengan jarak tempuh minimal tiga menit antar kereta.[9]
Jaringan Shinkansen Jepang memiliki jumlah penumpang tahunan tertinggi (maksimal 353 juta pada tahun 2007) dari semua jaringan kereta kecepatan tinggi hingga tahun 2011, ketika jaringan kereta kecepatan tinggi Tiongkok melampauinya dengan 370 juta penumpang per tahun, mencapai lebih dari 2,3 miliar penumpang tahunan pada 2019.[10]
Pemakaian pertama dari Shinkansen adalah pada tahun 1963. Generasi pertama dari Shinkansen dapat melaju hingga kecepatan 210 km/jam dengan komponen kendali traksipengubah sadap yang dibantu dengan transformator, diode dan motor arus searah. Generasi selanjutnya menerapkan sistem penggerak dengan penyearah terkendali silikon dan teknologi elektronika daya dan mikroprosesor. Pada perkembangan berikutnya digunakan teknologiinverter kecepatan dan frekuensi berubah-ubah VVVF dengan penggerak berupa motor traksi tersebar. Tiap seri Shinkansen mempunyai kecepatan yang berbeda dan bervariasi sesuai dengan jaringan transportasi yang dilayani. Kecepatan maksimum generasi Shinkansen mencapai 350 km/jam. Pemakaian Shinkansen tidak hanya di Jepang, melainkan juga di negara-negara dalam kawasan Eropa, Asia (Taiwan dan Tiongkok), dan Amerika Utara (Kanada dan Amerika Serikat). Tiap seri Shinkansen mampu menampung lebih dari 1000 penumpang sesuai dengan jumlah unit kereta.[12]
Pada mulanya Shinkanshen dari Tokyo ke Shin-Osaka (615,4 km) memakan waktu kira-kira 4 jam. Pada 1992, Shinkanshen model baru Nozomi yang dapat menghasilkan kecepatan 270 km/jam telah menghasilkan perjalanan yang singkat. Rancangan penggunaan landasan kereta api linear motor car pada abad ke-21 yang akan datang ini diharapkan akan menambah kecepatan Shinkanshen.[butuh rujukan]
Dalam praktiknya, jalur Tōkaidō, San'yō, dan Kyushu membentuk jalur barat/selatan yang bersebelahan dari Tokyo, karena layanan kereta itu beroperasi antara jalur Tōkaidō dan San'yō dan antara jalur San'yō dan Kyushu, meskipun jalur tersebut dioperasikan oleh perusahaan yang berbeda.
Jalur Tōkaidō Shinkansen tidak terhubung secara fisik dengan jalur Tōhoku Shinkansen di Stasiun Tokyo, karena dioperasikan oleh perusahaan terpisah dan memiliki peron terpisah. Oleh karena itu, tidak ada layanan yang melalui antara jalur tersebut. Semua layanan ke utara dari Tokyo berjalan di sepanjang Tōhoku Shinkansen hingga setidaknya Ōmiya.
Dua jalur lebih jauh, dikenal sebagai Mini-shinkansen (ミニ新幹線), juga beroperasi dengan meningkatkan jalur yang telah ada:[butuh rujukan]
Terdapat dua jalur dengan sepur standar (standard gauge) yang secara teknis tidak diklasifikasikan sebagai jalur Shinkansen namun dengan pelayanan Shinkansen:[butuh rujukan]
Kebanyakan jalur Shinkansen yang diusulkan pada saat masa-masa keemasan pada awal tahun 1970-an telah ditunda hingga waktu yang tidak diketahui pasti. Ini termasuk hubungan ke Shikoku oleh proyek jembatan Honshu-Shikoku, sebuah hubungan dari Shinjuku ke Omiya, dan rute yang mencakup seluruh pesisir Laut Jepang Honshu. Namun, hanya jalur Narita Shinkansen yang disingkirkan dari rencana secara resmi.[butuh rujukan]
Layanan
Tōkaidō, San'yō, dan Kyushu Shinkansen
Nozomi (ekspres, yaitu berhenti di stasiun paling sedikit, Tōkaidō dan San'yō)
Hikari (semi-ekspres, yaitu berhenti di stasiun terpenting, Tōkaidō dan San'yō)
Tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak sekitar 40 tahun yang lalu. Namun ada beberapa orang terluka dan satu kefatalan dikarenakan pintu yang menjepit penumpang atau barang mereka. Selain itu ada beberapa percobaan bunuh diri oleh penumpang. Karena itu beberapa stasiun telah memasang pagar pelindung. Meskipun begitu tetap saja ada percobaan bunuh diri oleh penumpang yang memanjat pagar pengaman tersebut.[butuh rujukan]
Untuk menghadapi gempa bumi kereta ini dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang akan memberhentikan kereta bila gempa bumi terdeteksi. Pada gempa bumi Chuetsu di Oktober 2004 sebuah Shinkansen yang dekat dengan pusat gempa lepas dari relnya, tetapi tidak ada penumpang yang terluka. Kereta generasi berikutnya, FASTECH 360 akan memiliki sayap rem penahan angin (yang mirip dengan kegunaan telinga) untuk membantu proses pemberhentian bila gempa bumi terdeteksi.[butuh rujukan]
Ketepatan waktu
Pada 2003, JR Central melaporkan jadwal waktu rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit atau 6 detik dari waktu yang telah dijadwalkan. Ini termasuk seluruh kesalahan alami dan manusia dan dihitung dari seluruh 160.000 perjalanan yang dijalani oleh Shinkansen. Rekor sebelumnya dari 1997 dan tercatat 0,3 menit atau 18 detik.[butuh rujukan]
Teknologi Shinkansen di luar Jepang
Kereta api yang menggunakan teknologi Shinkansen tidak terbatas hanya di Jepang.
Kereta rel listrik Class 395 dibangun oleh Hitachi berdasarkan teknologi Shinkansen untuk digunakan pada layanan komuter kecepatan tinggi di Britania Raya di jalur High Speed 1.
^ abc"About the Shinkansen". Central Japan Railway Company (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2023-04-26.
^"Wayback Machine"(PDF). web.archive.org. 2022-02-15. Archived from the original on 2022-02-15. Diakses tanggal 2023-04-26.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^"Wayback Machine"(PDF). web.archive.org. 2020-11-16. Archived from the original on 2020-11-16. Diakses tanggal 2023-04-26.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
^Haroen, Yanuarsyah (2017). Sistem Transportasi Elektrik. Bandung: ITB Press. hlm. 25–26. ISBN978-602-7861-65-7.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)