220,000 – 316,000 tewas 350,000 terluka 1.5 juta mengungsi[3]
Gempa bumi Haiti 2010 adalah gempa bumi dahsyat yang mengguncang ibukota Port-au-Prince, Haiti, dengan kekuatan 7.0 Skala kekuatan magnitudo pada tanggal 12 Januari, 2010 pada hari rabu pukul 16:53:10 waktu setempat (21:53:09 UTC).[4] Pusat gempa berada di dekat kota Léogâne, departemen Ouest, sekitar 25 kilometer (16 mil) dari Port-au-Prince, ibu kota Haiti.[5]
Sebagian besar dari kota Port-au-Prince mengalami kerusakan termasuk Istana Presiden Haiti, Gedung Parlemen Haiti, Katedral Port-au-Prince, dan sebuah rumah sakit.[6][7]
Gempa bumi menyebabkan kerusakan besar di Port-au-Prince, Jacmel dan kota-kota lainnya. Bangunan-bangunan terkenal rusak atau hancur parah, termasuk Istana Kepresidenan, gedung Majelis Nasional, Katedral Port-au-Prince, dan penjara utama.[8] Di antara mereka yang tewas adalah Uskup Agung Port-au-Prince Joseph Serge Miot, dan pemimpin oposisi Micha Gaillard. Markas Besar Misi Stabilisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Haiti (MINUSTAH), yang terletak di ibu kota runtuh, menewaskan banyak orang, termasuk Kepala Misi, Hédi Annabi.
Diperkirakan tiga juta orang terkena dampak gempa. Perkiraan korban tewas berkisar dari 100.000 hingga sekitar 160.000 hingga angka kematian pemerintah Haiti dari 220.000 hingga 316.000, meskipun angka terakhir ini masih diperdebatkan, bencana ini menjadikan bencana alam paling mematikan pada abad ke-21. Pemerintah Haiti memperkirakan bahwa 250.000 tempat tinggal dan 30.000 bangunan komersial telah runtuh atau rusak parah. Sebuah Wabah Kolera terjadi beberapa minggu setelah gempa, meningkatkan jumlah korban tewas akibat bencana.[9]
Latar belakang tektonik
Haiti terletak di dalam kompleks zona batas lempeng, antara Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Karibia di selatan. Zona ini ditafsirkan mengandung sejumlah lempeng mikro, khususnya Lempeng Mikro Gonâve, yang dibatasi di utara oleh zona sesar Septentrional-Oriente dan di selatan oleh zona sesar Walton dan zona sesar Enriquillo–Plantain Garden, yang semuanya adalah sesar transformasi lateral kiri yang aktif.
Haiti menempati bagian barat pulau Hispaniola, salah satu Kepulauan Antillen Besar, yang terletak di antara Puerto Riko dan Kuba. Di lokasi gempa 12 Januari, gerakan antara lempeng Karibia dan Amerika Utara terbagi antara dua sistem patahan geser-geser yang berarah timur-barat—sistem patahan Septentrional di Haiti utara dan sistem patahan Enriquillo-Plantain Garden di Haiti selatan. Sistem sesar Enriquillo-Plantain Garden secara keseluruhan mengakomodasi gerakan sekitar 7 mm/tahun, hampir setengah total konvergensi miring antara lempeng Karibia dan Amerika Utara.
Zona sesar Enriquillo-Plantain Garden (EPGFZ) tidak menghasilkan gempa besar dalam beberapa dekade terakhir ini. EPGFZ kemungkinan merupakan sumber gempa bumi besar bersejarah pada tahun 1860, 1770, dan 1751, meskipun tidak ada yang dikonfirmasi di lapangan terkait dengan patahan ini.
Setelah itu terjadi 26 gempa bumi susulan dengan kekuatan 5,9 Skala Richter dan terus menurun hingga 4,2 Skala Richter dan dengan 12 gempa susulan dengan kekuatan di atas 5 Skala Richter.[13] Setelah gempa terjadi diumumkan akan terjadi tsunami, tetapi kemudian pengumuman ini dicabut.[14]
Dampak
Kerusakan
Akibat dari gempa Bumi dilaporkan Istana Presiden Haiti, Gedung Menteri Keuangan, Gedung Menteri Pekerjaan Umum, Gedung Menteri Komunikasi dan Kebudayaan, Gedung Parlemen, Katedral Port-au-Prince dengan tingkat kerusakan yang berbeda. Gempa yang mengguncang Haiti merupakan musibah terburuk yang pernah ditangani Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Kerusakan infrastruktur diperkirakan melebihi tsunami yang menghancurkan Aceh tahun 2004 lalu.
"Ini bencana yang mengerikan. Sepanjang sejarah PBB, kami belum menemukan yang separah ini," ujar Koordinator Kemanusiaan PBB, Elisabeth Byrs, kepada AFP, Sabtu (16/1/2010).
Byrs mencatat setidaknya saat tsunami di Aceh, kantor pemerintahan masih ada yang berdiri. Tapi di Haiti, seperti di kota Leogane, seluruh fasilitas publik hancur dalam gempa tersebut.
"Gempa ini seperti membunuh kota tersebut," terangnya.
Dari laporan tim PBB, sekitar 90 persen bangunan dan gedung di Leogane hancur akibat gempa 7 SR yang mengguncang Haiti, Selasa (12/1/2010) itu. "Tidak ada kantor pemerintahan yang tersisa," kisahnya. Kondisi di kota-kota lainnya tidak kalah memprihatinkan. Banyak warga yang terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan bangunan, dan belum bisa dievakuasi.
Pada bulan Februari 2010 Perdana Menteri Jean-Max Bellerive memperkirakan 250.000 tempat tinggal dan 30.000 bangunan komersial rusak parah dan perlu dibongkar. Wakil walikota Léogâne melaporkan bahwa 90% bangunan kota telah hancur. Banyak gedung pemerintahan dan publik yang rusak atau hancur termasuk Istana Kehakiman, Majelis Nasional, Mahkamah Agung, dan Katedral Port-au-Prince. Istana Nasional rusak parah, meskipun Presiden René Préval dan istrinya Elisabeth Delatour Préval berhasil lolos tanpa cedera. Penjara Civile de Port-au-Prince juga hancur, sehingga sekitar 4.000 narapidana melarikan diri.[15]
Korban
Gempa bumi melanda kota terpadat di negara itu. Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah memperkirakan sebanyak 3 juta orang terkena dampak gempa tersebut. Pada pertengahan Februari 2010, pemerintah Haiti melaporkan jumlah korban tewas mencapai 230.000. Namun penyelidikan yang dilakukan oleh Radio Belanda mempertanyakan jumlah korban tewas resmi, dan melaporkan perkiraan 92.000 kematian sebagai angka yang lebih realistis. Pada peringatan pertama gempa bumi, 12 Januari 2011, Perdana Menteri Haiti Jean-Max Bellerive mengatakan jumlah korban tewas akibat gempa tersebut lebih dari 316.000, meningkatkan angka dari perkiraan sebelumnya.[16]
Meskipun sebagian besar korban jiwa adalah warga sipil Haiti, korban tewas termasuk pekerja bantuan, staf kedutaan, turis asing—dan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Uskup Agung Port-au-Prince Monsignor Joseph Serge Miot.[17] Sejumlah musisi terkenal Haiti dan tokoh olahraga, termasuk tiga puluh anggota Fédération Haïtienne de Football, juga terbunuh. Setidaknya 85 personel PBB yang bekerja dengan MINUSTAH ikut tewas.[18] Sekitar 200 tamu tewas dalam runtuhnya Hôtel Montana di Port-au-Prince.
Pada hari peringatan pertama gempa, 12 Januari 2011, Perdana Menteri Haiti Jean-Max Bellerive mengatakan korban tewas akibat gempa lebih dari 316.000, meningkatkan angka dari perkiraan sebelumnya.
Tim SAR dari 40 negara yang berkekuatan 5.000 orang bersama 240 anjing pelacak masih mencari para korban yang selamat. Namun faktor lemahnya komunikasi, sulitnya transportasi dan kurangnya BBM menjadi penghambat operasi SAR tersebut.[1]Diarsipkan 2010-03-06 di Wayback Machine.[19][20]
Korban asing
Pada saat gempa terjadi, terdapat banyak orang asing di Haiti, termasuk pekerja non-pemerintah, pengusaha, misionaris Kristen, dan pemegang paspor asing keturunan Haiti. Jumlah orang asing terbesar di Haiti berasal dari negara-negara tetangga, termasuk sekitar 40.000–45.000 warga negara Amerika Serikat, 6.000 warga Kanada, dan 1.200 warga negara Prancis.[21] Seorang pejabat Republik Dominika melaporkan bahwa ada 2.600 warga Dominika yang tinggal di Haiti sebagai "penduduk sah". Korban asing termasuk pegawai pemerintah, pegawai perusahaan internasional, misionaris agama, dan pekerja bantuan. Digicel yang berbasis di Jamaika mengumumkan bahwa dua dari 900 karyawannya tewas dalam gempa tersebut.[22]
Austria: 1 tewas. Warga negara Austria Waltraud Dominique, yang bekerja di Haiti dengan Dinas Pembangunan Jerman, meninggal ketika tembok runtuh menimpanya.
Belgia: 1 tewas, 33 hilang. Pada 19 Januari, surat kabar Flemish De Standaard melaporkan bahwa jenazah Philippe Dewez, seorang warga negara Belgia yang bekerja sebagai konsulat presiden Préval, ditemukan di sisa-sisa gedung PBB yang runtuh. 33 orang Belgia lainnya yang berada di wilayah tersebut belum ditemukan.
Brasil: 1 tewas. Dokter anak, pekerja bantuan dan nominasi Hadiah Nobel Perdamaian Zilda Arns, dari organisasi Pastoral da Criança, tewas dalam gempa tersebut.
Kanada: 58 tewas. Sekitar 6.000 warga negara Kanada berada di Haiti pada saat gempa terjadi. Pada tanggal 8 Februari, terdapat 27 kematian yang dikonfirmasi sementara 75 warga Kanada masih belum ditemukan. 4.000 orang telah dievakuasi pada penerbangan bantuan kembali.
Chili: 2 tewas, 4 hilang. María Teresa Dowling, ditemukan tewas di bawah reruntuhan gedung MINUSTAH. Empat orang lainnya masih hilang.
Kolombia: 1 Tewas. Sandra Liliana Rivera Gonzalez yang bekerja untuk Delta Air Lines terbunuh dan ditemukan di bawah Hotel Montana bintang empat, tubuhnya dipulangkan kembali ke Kolombia.
Republik Dominika: 24 tewas, 10 hilang, Associated Press melaporkan pada 19 Januari bahwa 24 warga Dominika tewas dan 24 luka-luka akibat gempa bumi. Setidaknya empat insinyur Dominika, José Rafael Medina dan Guillermo Peña Capellán, Luis Bolivar dan Manuel Lora yang bekerja untuk perusahaan Muñoz Mera y Fondeur meninggal setelah gedung perkantoran runtuh.
Prancis: 27 tewas, 6 hilang, termasuk Emmanuel Sanson-Rejouis dan kedua putrinya, yang tewas dalam runtuhnya Hotel Karibe.
Jerman: 2 tewas. Christoph Mark Rouven Redeker Kopp yang berusia dua puluh delapan tahun meninggal ketika atap Hôtel Montana runtuh dan Olivia-Elisa Bouillé yang berusia 26 tahun meninggal di kamar hotelnya.
Italia: 1 tewas. Gigliola Martino, seorang warga negara Italia tinggal di Port-au-Prince berusia tujuh puluh tahun, tewas dalam gempa tersebut.
Meksiko: 1 tewas. Kareen Valero Jacques, seorang guru bahasa Spanyol yang pergi ke Port-au-Prince untuk mengunjungi pacarnya yang berasal dari Haiti, meninggal dalam gempa bumi. Pemerintah Meksiko melaporkan bahwa lebih dari 130 warga Meksiko berada di negara tersebut pada saat gempa terjadi.
Belanda: 4 tewas, 18 hilang. Empat warga negara Belanda yang menginap di hotel Villa Thereza di Haïti untuk mengadopsi seorang anak, tewas dalam gempa tersebut. 18 warga Belanda lainnya masih hilang.
Filipina: Geraldine Lalican, warga negara Filipina, dilaporkan terjebak di bawah supermarket yang runtuh.
Amerika Serikat: 104 tewas. Departemen Luar Negeri AS telah mengkonfirmasi 104 kematian warga negara Amerika Serikat, termasuk setidaknya empat orang yang berafiliasi langsung dengan pemerintah AS. Diperkirakan 45.000 warga negara Amerika, berada di Haiti pada saat gempa terjadi. Pada 8 Maret, 2.000 warga negara Amerika masih belum ditemukan.[21]
Bantuan Internasional
Pada tanggal 14 Januari, lebih dari 30 negara telah mengirimkan personel militer ke negara tersebut, dengan Kanada, Amerika Serikat, Republik Dominika, Indonesia, BrazilTiongkok, Italia, Kanada, Rusia, Jepang, India, dan Korea Selatan. Kapal induk super USS Carl Vinson tiba dengan kecepatan maksimum pada tanggal 15 Januari dengan 600.000 jatah makanan darurat, 100.000 wadah air berukuran sepuluh liter, dan sayap yang ditingkatkan sebanyak 19 helikopter; 130.000 liter air minum dipindahkan ke pantai pada hari pertama.[23]
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia akan mengirimkan pekerja bantuan untuk membantu korban gempa Haiti.[24][25] Bantuan dari pemerintah akan terdiri dari tim yang terdiri dari 30 tenaga medis termasuk ahli bedah, tim pencarian dan penyelamatan perkotaan (USAR) yang beranggotakan 10 orang, dan 10 ahli kelistrikan. 25 sisanya adalah ahli di bidang konstruksi dan telekomunikasi. Pemerintah Indonesia juga akan mengirimkan lima ton perbekalan kesehatan, lima ton makanan, dan lima ton peralatan dan peralatan khusus. Bantuan tersebut diangkut dengan pesawat jumbo jet Lion Air 747-400. Pesawat dialihkan ke Santo Domingo di Republik Dominika karena lalu lintas udara yang padat di Haiti.[26]
Galeri
Kerusakan bangunan di Jacmel
Léogâne, kota paling dekat dengan episenter gempa bumi
^"Haïti: Un silence assourdissant" (dalam bahasa Prancis). Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 January 2010. Diakses tanggal 17 January 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)