Final Kejuaraan Eropa UEFA 2020 adalah pertandingan sepak bola yang berlangsung pada 11 Juli 2021 di Stadion Wembley, London, Inggris, untuk menentukan pemenang Kejuaraan Eropa UEFA 2020. Awalnya dijadwalkan pada 12 Juli 2020 dan kemudian ditunda akibat pandemi COVID-19 di Eropa, pertandingan ini menjadi final ke-16 dari Kejuaraan Eropa UEFA, sebuah turnamen empat tahunan yang diikuti oleh tim nasional pria asosiasi anggota UEFA untuk menentukan juara Eropa. Pertandingan ini mempertemukan Italia dengan Inggris.[5]
Italia memenangkan laga final 3–2 lewat adu penalti setelah bermain imbang 1–1 hingga perpanjangan waktu berakhir.[6]
Pertandingan final diselenggarakan di Stadion Wembley, London, Inggris, tepatnya di Wembley dalam wilayah borough of Brent. Pada 6 Desember 2012, UEFA mengumumkan bahwa turnamen diadakan di beberapa kota di seluruh Eropa untuk memperingati 60 tahun turnamen ini dan tidak ada tim tuan rumah yang lolos secara otomatis.[7][8] Wembley dipilih sebagai tempat pertandingan babak semifinal dan final oleh Komite Eksekutif UEFA pada 19 September 2014, setelah terpilih secara aklamasi karena pencalonan paket final dari Allianz Arena di München ditarik.[9] Setelah memenangi hak tuan rumah, pencalonan paket standar London untuk pertandingan babak grup dan sebuah pertandingan babak gugur sebelumnya ditarik kembali.[10] Namun, Komite Eksekutif UEFA menghapus Brussel sebagai kota tuan rumah pada 7 Desember 2017 karena tidak ada kelanjutan dari pembangunan Eurostadium. Empat pertandingan (tiga babak grup dan satu babak 16 besar) yang semula dijadwalkan diadakan di Brussels direlokasi ke London, sehingga Wembley menyelenggarakan tujuh pertandingan.[11] Pertandingan kemudian bertambah menjadi delapan, karena Dublin dihapus sebagai kota tuan rumah pada 23 April 2021 sebab tidak dapat menjamin kehadiran penonton akibat pandemi COVID-19, sehingga pertandingan babak 16 besar direlokasi ke Wembley.[12]
Stadion Wembley baru diresmikan pada 2007 di lahan bekas stadion lama yang dihancurkan pada tahun 2002 hingga 2003.[13][14] Stadion ini dimiliki oleh The Football Association dan digunakan sebagai stadion nasional dari tim nasional Inggris. Stadion lama yang dahulu dikenal sebagai Empire Stadium, diresmikan pada 1923 dan menjadi tempat beberapa pertandingan dalam Piala Dunia FIFA 1966 diantaranya pertandingan final dengan hasil tuan rumah Inggris mengalahkan Jerman Barat 4–2 setelah perpanjangan waktu. Selain itu, stadion ini juga pernah menggelar pertandingan Piala Eropa 1996 diantaranya pertandingan final di mana Jerman mengalahkan Ceko 2–1 setelah perpanjangan waktu melalui aturan gol emas yang kini tidak digunakan lagi. Wembley juga menjadi tuan rumah setiap pertandingan final dari Piala FA sejak Final Kuda Putih 1923 (tidak termasuk 2001–2006 karena stadion sedang direnovasi). Penunjukan Wembley sebagai tuan rumah babak semifinal dan final tetap mematuhi kesepakatan antara UEFA dengan pemerintah Britania Raya tentang peraturan karantina untuk penggemar dan VIP. Puskás Aréna di Budapest dipandang sebagai kandidat utama pengganti Wembley jika tidak dapat menyelenggarakan pertandingan final. Walaupun begitu, UEFA tetap yakin bahwa Wembley dapat menyelenggarakan pertandingan final.[15] Pada 22 Juni, Pemerintah Britania Raya mengubah batasan COVID-19 di London untuk mengizinkan penggunaan 75% kapasitas stadion, artinya 60.000 penonton diperkirakan akan hadir selama membawa bukti hasil tes negatif atau telah divaksinasi.[16] Izin khusus diberikan kepada 1.000 pendukung yang terbang dari Italia untuk menonton langsung pertandingan. Syarat khusus seperti: telah dites COVID-19 sebelum kedatangan, tidak berada di negara tersebut lebih dari 12 jam, menggunakan transportasi khusus, dan menggunakan tempat duduk terpisah di Wembley diberlakukan untuk pendukung dari Italia.[17]
Latar belakang
Sebelum turnamen dimulai, Italia dan Inggris dianggap dua favorit teratas untuk menjuarai turnamen ini.[18] Inggris berperingkat 4, sedangkan Italia berperingkat 7 dalam peringkat FIFA yang dirilis sebelum turnamen.[19] Keduanya merupakan juara Piala Dunia FIFA, dengan Italia memenangkannya empat kali, terakhir kali pada 2006, sedangkan Inggris memenangkannya sekali pada 1966 di negara sendiri. Italia memenangi Piala Eropa pada 1968 di negara sendiri, sementara Inggris hanya mencapai semifinal dua kali. Meskipun pertandingan final berlangsung di London, Italia menjadi "tim tuan rumah" untuk tujuan administratif.[20]
Italia telah lolos ke tiga final Kejuaraan Eropa sebelumnya; menang atas Yugoslavia pada 1968 di negara sendiri melalui pertandingan ulang, melalui gol emas atas Prancis di Belanda pada 2000, dan kalah atas Spanyol di Ukraina pada 2012. Italia lolos ke final dengan catatan 33 pertandingan tak terkalahkan beruntun, terpanjang ketiga dalam sejarah sepak bola internasional dibawah 35 pertandingan milik Brasil (1993–1996) dan Spanyol (2007–2009), dengan kekalahan terakhir terjadi pada 10 September 2018 saat kalah 1–0 atas Portugal dalam Liga Negara UEFA 2018–2019.[21] Italia juga masih memegang rekor dengan catatan 27 pertandingan tak terkalahkan beruntun dalam laga kompetitif,[22] hanya terlampaui oleh Spanyol dengan catatan 29 pertandingan yang ditorehkan pada 2010 hingga 2013.[23][24]
Inggris untuk pertama kali lolos ke final Kejuaraan Eropa, sebelumnya telah tersingkir dua kali di babak semifinal, yaitu pada 1968 (oleh Yugoslavia) dan 1996 (oleh Jerman) ketika menjadi tuan rumah. Final ini menjadi yang pertama bagi Inggris dalam turnamen besar sejak memenangi Piala Dunia FIFA 1966 sebagai tuan rumah, sekaligus menjadi satu-satunya final yang mereka capai. Inggris juga menjadi negara ketiga pada abad ke-21, setelah Portugal pada 2004 dan Prancis pada 2016 yang lolos ke final Kejuaraan Eropa di negara sendiri. Walau kedua tuan rumah sebelumnya kalah di pertandingan final, yaitu Portugal oleh Yunani pada 2004 dan Prancis oleh Portugal pada 2016. Terlepas dari kemenangan Italia yang disebutkan sebelumnya ketika menjadi tuan rumah pada 1968, dua pertandingan lain di mana tim tuan rumah lolos ke final di negara sendiri dan memenangkannya adalah Spanyol (1964) dan Prancis (1984).[25] Italia berambisi untuk memenangkan turnamen besar untuk pertama kali dalam 15 tahun, dengan gelar terakhir diraih saat memenangi Final Piala Dunia FIFA 2006 di Olympiastadion, Berlin dalam adu penalti melawan Prancis.[26] Keberhasilan dalam turnamen ini diikuti kegagalan Italia lolos ke Piala Dunia 2018, yang merupakan pertama kalinya Gli Azzurri absen dalam turnamen besar sejak Piala Dunia FIFA 1958.[27]
Italia lolos ke turnamen sebagai juara Grup J dengan catatan sempurna sepuluh kemenangan dari sepuluh pertandingan dan diundi ke Grup A bersama Swiss, Turki, dan Wales. Menjadi salah satu tuan rumah, Italia memainkan seluruh tiga pertandingan babak grup di kandangnya, Stadio Olimpico, Roma. Italia membuka turnamen dengan kemenangan 3–0 atas Turki dengan gol perdana yang dicetak melalui gol bunuh diri bek Turki Merih Demiral untuk membuat kubu Italia unggul pada menit ke-53, sebelum Ciro Immobile dan Lorenzo Insigne mencetak dua gol berikutnya.[30][31] Italia kemudian berhasil mengatasi pertahanan tangguh Swiss dengan kemenangan 3–0 lagi. Manuel Locatelli mencetak dua gol dan Ciro Immobile mencetak gol terakhir untuk mengamankan tempat di babak 16 besar dengan satu pertandingan tersisa, meskipun sang kapten Giorgio Chiellini mengalami cedera.[32][33] Setelah mengamankan tempat di babak gugur, Italia mengalahkan Wales 1–0 dengan skuat yang dirotasi total. Matteo Pessina mencetak satu-satunya gol pada babak pertama untuk memastikan tim tersebut finis dengan catatan sempurna di babak grup.[34][35]
Dalam babak 16 besar yang dimainkan di Stadion Wembley, Italia berjuang melawan peringkat kedua Grup C, Austria, yang sangat termotivasi dan disiplin. Pemain Austria Marko Arnautović mencetak gol pada menit ke-67 tetapi dianulir karena offside. Pertandingan pun dilanjutkan melalui perpanjangan waktu dan hanya membutuhkan babak pertama untuk membuat Italia unggul 2–0, dengan gol yang dicetak oleh pemain pengganti Federico Chiesa dan Pessina. Walau pemain pengganti Saša Kalajdžić memperpendek selisih gol untuk Austria pada babak kedua perpanjangan waktu (menjadi kemasukan gol pertama Italia dalam turnamen ini), Italia tetap melenggang ke perempat final.[36][37]
Dalam perempat final, Italia melawan tim pemuncak peringkat FIFA, Belgia, di Allianz Arena, München yang memperlihatkan dominasi Italia yang kuat, saat Nicolò Barella mengecoh Thibaut Courtois untuk mencetak gol pada menit ke-31, sebelum Insigne menggandakan keunggulan Italia pada menit ke-44 melalui tendangan jarak jauh yang indah. Pemain Belgia Romelu Lukaku kemudian berhasil mengkonversi penaltinya saat injury time babak pertama. Walaupun Leonardo Spinazzola mengalami cedera tendon achilles pada babak kedua dan memaksanya absen untuk sisa pertandingan turnamen,[38] tetapi Italia dapat mempertahankan skor untuk menyingkirkan Belgia.[39][40]
Italia kemudian kembali ke Wembley untuk menghadapi Spanyol di babak semifinal, sehingga menjadi pertemuan Kejuaraan Eropa keempat beruntun diantara kedua tim. Dalam pertandingan yang berlangsung sengit dengan dominasi penguasaan bola, Italia unggul berkat gol Chiesa pada menit ke-60. Namun, 20 menit kemudian Álvaro Morata menyamakan kedudukan untuk Spanyol menjadi 1–1. Tidak ada gol yang tercipta saat perpanjangan waktu, sehingga pertandingan ditentukan melalui adu penalti. Eksekutor penalti pertama kedua tim, Locatelli dan Dani Olmo, gagal mengkonversinya menjadi gol, sebelum Gianluigi Donnarumma menepis tendangan penalti keempat Spanyol oleh Morata. Jorginho kemudian berhasil mengkonversi penalti selanjutnya untuk membawa Italia ke final Piala Eropa pertama sejak 2012.[41][42]
Inggris
Inggris lolos sebagai pemuncak Grup A, dengan hasil tujuh menang dan satu kalah dari delapan pertandingan kualifikasi yang mereka mainkan. Inggris diundi ke Grup D, dan seperti Italia, Inggris juga memainkan seluruh tiga pertandingan babak grup di stadion kandangnya, Wembley. Tim yang diundi bersama Inggris di Grup D adalah tuan rumah bersama Skotlandia, pesaing di babak kualifikasi Ceko, dan finalisPiala Dunia FIFA 2018, Kroasia, yang menyingkirkan Inggris dalam turnamen tersebut. Inggris membuka dengan kemenangan sulit 1–0 atas Kroasia, Raheem Sterling menjadi pembeda dengan golnya pada menit ke-57 yang membuat Inggris meraih tiga poin pertama. Hasil tersebut menjadi kemenangan Inggris pertama pada pertandingan pembuka babak grup Piala Eropa.[43][44] Dalam pertandingan keduanya, Inggris dibuat frustrasi oleh pesaing lama Skotlandia yang memaksanya bermain imbang tanpa gol meski beberapa peluang emas tercipta. Walaupun begitu, Inggris mengamankan tempat di babak 16 besar sebelum pertandingan babak grup terakhir karena hasil pertandingan tim lain di grup tersebut.[45][46] Inggris kemudian memastikan menjadi juara grup dengan mengalahkan Ceko 1–0, di mana satu-satunya gol dicetak oleh Sterling pada awal pertandingan. Memperoleh tujuh poin dari seluruh pertandingan babak grup, Inggris tetap di Wembley untuk babak 16 besar, tetapi menghadapi pertandingan sulit melawan peringkat kedua Grup F.[47][48]
Inggris menghadapi Jerman di Wembley dalam babak 16 besar, menjadi bab lain dari persaingan panjang antara kedua kubu, di mana Sterling sekali lagi menjadi pemecah kebuntuan pada menit ke-75. Inggris kemudian bebas dari kekhawatiran ketika pemain Jerman Thomas Müller berlari ke gawang tetapi tembakannya melebar beberapa inci, sebelum Harry Kane menjadi pemain Inggris kedua yang mencetak gol dalam turnamen ini untuk mengunci kemenangan bersejarah 2–0. Kemenangan tersebut menjadi yang pertama untuk Inggris atas Jerman di babak gugur turnamen internasional sejak final Piala Dunia 1966.[49][50]
Dalam babak perempat final, Inggris bermain di Stadio Olimpico, Roma (satu-satunya pertandingan Inggris di luar Wembley selama turnamen). Dalam pertandingan tersebut, Inggris terlalu tangguh bagi kuda hitam Ukraina dalam kemenangan telak 4–0. Kane mencetak dua gol serta Harry Maguire dan Jordan Henderson (menjadi gol internasional pertamanya) mencetak gol lainnya untuk membuat Inggris meraih kemenangan terbesar mereka dalam putaran final Piala Eropa.[51][52]
Dalam babak semifinal, Inggris menjamu Denmark di Wembley dan kemasukan gol pertama dalam turnamen ini pada menit ke-13, ketika Mikkel Damsgaard mencetak gol melalui tendangan bebas roket yang membuat Jordan Pickford gagal menghentikannya. Usaha keras Inggris untuk menyamakan kedudukan akhirnya terbayarkan kurang dari sepuluh menit melalui gol bunuh diri Simon Kjær, tetapi kedua kubu gagal mencetak gol tambahan pada waktu normal. Pada babak perpanjangan waktu, penalti diberikan untuk Inggris karena pelanggaran terhadap Sterling pada babak pertama. Harry Kane mengambil tendangan penalti dan mencetak gol keempatnya dalam turnamen ini dari bola liar setelah upaya awalnya ditepis oleh Kasper Schmeichel untuk membawa Inggris unggul 2–1. Inggris bermain bertahan selama sisa babak perpanjangan waktu, mengakhiri impian Denmark untuk lolos ke final dan merelakan Inggris lolos untuk pertama kali ke final Piala Eropa dan final secara keseluruhan pertama sejak 1966 ketika mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia.[53][54]Ratu Elizabeth II, Perdana MenteriBoris Johnson, dan presiden The FA, Pangeran William, mengucapkan selamat kepada tim nasional Inggris untuk perjalanannya dalam turnamen ini dan berharap semoga mereka sukses di final.[55]
Italia memiliki hampir semua skuat mereka yang tersedia dengan pengecualian bek Leonardo Spinazzola, yang mengalami cedera tendon achilles dalam kemenangan perempat final Italia melawan Belgia. Untuk Inggris, gelandang mereka Phil Foden diragukan karena cedera kaki ringan, setelah melewatkan sesi latihan terakhir Inggris pada Sabtu, 10 Juli. Ia akan dinilai lebih lanjut oleh staf medis Inggris sebelum pertandingan untuk melihat apakah ia dapat berpartisipasi dalam pertandingan ini.[57]
Kekerasan
Ribuan pendukung Inggris berkumpul di Stadion Wembley sepanjang pagi dan sore hari, yang membuat polisi mendesak siapapun yang tidak memiliki tiket untuk tidak bepergian kesana.[58] Dua jam sebelum final, rekaman amatir menunjukkan ratusan penggemar berkelahi dengan penjaga stadion dan polisi ketika mereka berusaha menerobos penghalang untuk masuk ke stadion.[59][60] Kerumunan besar berkumpul di Lapangan Leicester melempar botol dan benda-benda lain serta di Alun-Alun Trafalgar, tempat zona penggemar bertiket didirikan.[61] Kekerasan dan kekacauan tersebut mengakibatkan 45 orang ditangkap oleh polisi.[62]
Upacara penutupan
Sebelum pertandingan dimulai, pada pukul 19:45 diadakan upacara penutupan.
ITV dan BBC menyiarkan langsung pertandingan di Britania Raya. ITV menayangkan sebuah film, The Italian Job, sebelum pertandingan ini. Cakupan tayangan ITV untuk pertandingan ini dimulai pukul 18:30 BST dan dipandu oleh Mark Pougatch bersama pakar sepak bola, seperti: Roy Keane, Ian Wright, dan Gary Neville, serta analisis pinggir lapangan oleh Ashley Cole dan Emma Hayes. Komentator ITV untuk pertandingan ini adalah Sam Matterface dan Lee Dixon. BBC memulai penyiaran televisi 10 menit lebih awal dari ITV dan mengumumkan Alan Shearer, Rio Ferdinand, serta Frank Lampard sebagai analis pertandingan, bersama pembawa acara Gary Lineker; komentator Guy Mowbray dan Jermaine Jenas didukung dengan analisis pinggir lapangan oleh Jürgen Klinsmann dan Alex Scott. Channel 4 Britania Raya yang tidak memiliki hak siar turnamen, alih-alih menyiarkan pertandingan di televisi perdana Britania tersebut, mereka menyiarkan laga Final Piala Dunia FIFA 1966 berwarna secara penuh sehari sebelum pertandingan.[65] Di Italia, pertandingan final disiarkan oleh stasiun televisi milik negara RAI dan Sky Italia.[66]
Catatan
^Setiap tim hanya diberi kesempatan melakukan tiga kali pergantian pemain, dengan pergantian keempat dilakukan pada babak perpanjangan waktu, tidak termasuk pergantian yang dilakukan pada babak pertama, sebelum babak perpanjangan waktu, dan babak pertama perpanjangan waktu.
^ abcd"Team statistics"(PDF). UEFA.com. Uni Sepak Bola Eropa. 11 Juli 2021. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2021-07-12. Diakses tanggal 11 Juli 2021.