Final Kejuaraan Eropa adalah pertandingan terakhir dalam kompetisi ini dan hasilnya menentukan negara mana yang dinobatkan sebagai juara Eropa. Hingga edisi 2020, jika setelah 90 menit waktu normal skor masih imbang, maka tambahan 30 menit waktu bermain yang disebut perpanjangan waktu, diberikan. Jika pertandingan masih imbang hingga akhir perpanjangan waktu, maka pertandingan ditentukan melalui adu penalti. Tim yang memenangkan adu penalti dinyatakan sebagai juara.[1] Dari 16 pertandingan final hingga kini, tujuh diantaranya berakhir imbang dan penentuan pemenang dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: laga ulang (1968), perpanjangan waktu (1960, 2016), adu penalti (1976, 2020), dan gol emas (1996, 2000).[2] Tim pemenang mendapatkan sebuah replika piala (piala asli tetap disimpan oleh UEFA), sedangkan finalis kalah dan semifinalis akan mendapatkan sebuah plakat.[3] Medali emas diberikan kepada pemain dari tim pemenang, sedangkan finalis kalah mendapatkan medali perak.[4]
Spanyol menjadi tim tersukses dalam sejarah turnamen dengan meraih empat gelar. Jerman memenangkan kompetisi ini sebanyak tiga kali, sementara Italia dan Prancis meraih gelar juara dua kali (tim selain Jerman dan Spanyol yang memenangkan kompetisi ini lebih dari sekali). Yunani, Belanda, dan Denmark masing-masing memenangkan Kejuaraan Eropa dalam penampilan final perdana mereka. Tim nasional Denmark yang kelak menjadi juara edisi 1992 merupakan pengganti Yugoslavia yang dikeluarkan dari kompetisi sepuluh hari sebelum turnamen dimulai.[5]
Sejarah
Final perdana Kejuaraan Eropa UEFA (saat itu disebut sebagai Piala Negara Eropa) diselenggarakan pada bulan Juli 1960 di Paris yang mempertemukan Uni Soviet dan Yugoslavia. Milan Galić mencetak gol untuk Yugoslavia sebelum babak pertama berakhir, tetapi Slava Metreveli menyamakan kedudukan segera setelah babak kedua dimulai dan skor menjadi imbang, sehingga pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Dengan tujuh menit tersisa, Viktor Ponedelnik memenangkan pertandingan untuk Uni Soviet yang mencetak gol kemenangan melalui sundulan.[6] Juara edisi 1960 melaju ke final edisi 1964, di mana mereka menghadapi tuan rumah Spanyol. Chus Pereda mencetak gol pada menit-menit awal untuk tuan rumah, tetapi skor disamakan dua menit kemudian oleh Galimzyan Khusainov. Sekitar 80.000 penonton di Stadion Santiago Bernabéu di Madrid harus menunggu pemenang hingga enam menit menjelang waktu usai, setelah sundulan dari Marcelino membuat Spanyol unggul.[7]
Tuan rumah Italia menghadapi Yugoslavia di final edisi 1968, setelah nama kompetisi ini berubah menjadi Kejuaraan Sepak Bola Eropa. Italia lolos ke final setelah memenangkan lempar koin dalam pertandingan tanpa gol di babak semifinal melawan Uni Soviet. Pertandingan final berakhir 1–1, sehingga memaksa pertandingan ulang dilakukan dua hari kemudian. Dalam pertandingan ulang, Italia menang dengan skor 2–0 berkat gol pada babak pertama dari Luigi Riva dan Pietro Anastasi.[8] Empat tahun kemudian, pertandingan final digelar di Brussel, menghasilkan rekor selisih gol terbanyak yang bertahan selama 44 tahun. Uni Soviet, finalis tiga kali berturut-turut dalam empat turnamen terakhir, dikalahkan 3–0 oleh Jerman Barat dengan gol kemenangan dicetak oleh Gerd Müller dan Herbert Wimmer.[9] Juara bertahan melaju ke final edisi 1976, di mana mereka berhadapan dengan Cekoslowakia. Gol telat penyama kedudukan dari pemain Jerman Bernd Hölzenbein membuat skor menjadi 2–2 dan bertahan hingga akhir perpanjangan waktu, sehingga pemenang ditentukan melalui adu penalti. Setelah tujuh pemain sukses mengeksekusi tendangan penalti, Uli Hoeneß gagal mengeksekusinya, membuat pemain Cekoslowakia Antonín Panenka mendapat kesempatan untuk mencetak gol kemenangan. Sebuah tendangan cungkil "berani"[10] yang dideskripsikan oleh UEFA sebagai "tendangan penalti paling terkenal sepanjang masa" mengamankan kemenangan Cekoslowakia yang unggul 5–3 dalam adu penalti.[11]
Empat tahun kemudian, pertandingan final kembali ke Stadio Olimpico di mana Jerman Barat, dalam final ketiga mereka berturut-turut, berhadapan dengan Belgia. Horst Hrubesch mencetak gol pada awal babak pertama sebelum René Vandereycken menyamakan kedudukan untuk Belgia melalui tendangan penalti pada babak kedua. Saat waktu pertandingan tersisa dua menit, Hrubesch menyundul bola tendangan sudut dari Karl-Heinz Rummenigge ke gawang Belgia dan membuat Jerman Barat meraih gelar kedua dalam kejuaraan ini.[12] Final edisi 1984 yang digelar di Paris, mempertemukan tuan rumah Prancis dengan juara edisi 1964 Spanyol. Dua gol pada babak kedua, masing-masing oleh Michel Platini dan Bruno Bellone, mengamankan kemenangan tuan rumah;[13] Platini mengakhiri turnamen dengan mencetak sembilan gol, rekor gol terbanyak dalam putaran final kejuaraan hingga kini.[14] Belanda lolos ke final untuk pertama kalinya pada tahun 1988 di Jerman Barat, di mana mereka menghadapi Uni Soviet yang memainkan final keempat mereka. Ruud Gullit mencetak gol pada babak pertama dan Marco van Basten menggandakan keunggulan Belanda pada babak kedua melalui tendangan voli yang dianggap "menakjubkan,[15] "spektakuler",[16] dan "gol terbaik yang dicetak dalam sejarah kompetisi ini.[17] Dengan kemenangan 2–0, Belanda berhasil meraih gelar pertama mereka.[18]
Setelah Yugoslavia dikeluarkan dari kompetisi pada edisi 1992, Denmark diundang untuk mengisi tempat mereka dan lolos ke final di mana mereka menghadapi tim Jerman yang baru mengalami reunifikasi. Gol dari John Jensen dan Kim Vilfort mengunci kemenangan 2–0 Denmark di final Kejuaraan Eropa pertama dan satu-satunya hingga saat ini.[19]Stadion Wembley menjadi tuan rumah final edisi 1996, di mana Ceko dan Jerman terpaksa melanjutkan pertandingan ke babak perpanjangan waktu setelah Oliver Bierhoff mencetak gol penyama kedudukan setelah sebelumnya Ceko sempat unggul berkat gol penalti Patrik Berger. Lima menit memasuki babak perpanjangan waktu, Bierhoff mencetak gol kedua bagi Jerman (menjadi gol emas pertama dalam sejarah turnamen ini), sehingga mengamankan gelar juara Eropa ketiga bagi Jerman setelah unggul 2–1 .[20] Hasil pertandingan final edisi 2000 juga ditentukan melalui gol emas. Prancis, yang sebelumnya telah memenangkan Piala Dunia FIFA 1998,[21] bertemu dengan Italia di Stadion Feyenoord di Rotterdam, Belanda. dalam penampilan kedua bagi dua negara tersebut dalam pertandingan final. Gol pada babak kedua dari Marco Delvecchio membuat Italia unggul sementara dengan skor 1–0 hingga injury time, ketika Sylvain Wiltord mencetak gol telat penyama kedudukan dan memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Gol tendangan voli David Trezeguet pada menit ke-13 babak perpanjangan waktu memastikan Prancis menjadi juara Eropa dan juara dunia.[22]
Edisi 2004 dideskripsikan oleh UEFA sebagai "salah satu kejutan terbesar dalam sejarah turnamen" ketika Yunani mengalahkan tuan rumah Portugal 1–0 di final.[23] Meskipun tidak pernah memenangkan pertandingan di "turnamen besar", gol pada babak kedua oleh penyerang Angelos Charisteas menyebabkan "salah satu kekecewaan terbesar dalam sejarah sepak bola".[24] Jerman lolos ke final untuk keenam kalinya pada edisi 2008 dan menghadapi Spanyol dalam turnamen yang diselenggarakan bersama oleh Austria dan Swiss. Gol pada babak pertama oleh Fernando Torres menjadi satu-satunya gol dalam pertandingan ini dan membuat Spanyol meraih gelar Eropa pertama dalam 44 tahun.[25] Final edisi 2012 mempertemukan sang juara bertahan Eropa dan dunia Spanyol menghadapi Italia di Kyiv. Dua gol pada babak pertama, masing-masing oleh David Silva dan Jordi Alba membuat juara bertahan unggul 2–0 sebelum turun minum. 15 menit memasuki babak kedua dan empat menit setelah masuk sebagai pemain pengganti, Thiago Motta ditandu ke luar lapangan, sehingga Italia bermain dengan 10 orang selama sisa waktu babak kedua. Fernando Torres mencetak gol ketiga bagi Spanyol, menjadi pemain pertama yang mencetak gol di dua final Kejuaraan Eropa berbeda, dan kemudian memberikan umpan matang kepada Juan Mata yang mencetak gol satu menit sebelum pertandingan usai, skor akhir 4–0. Gelar ketiga Spanyol membuat mereka menyamai Jerman sebagai tim paling sukses dalam sejarah turnamen ini dan menjadi tim pertama yang dapat mempertahankan gelar Kejuaraan Sepak Bola Eropa.[26] Portugal menjadi tim kesepuluh berbeda yang menjuarai Kejuaraan Eropa pada edisi 2016, ketika mereka mengalahkan Prancis dengan skor 1–0 dalam laga final di Stade de France, Saint-Denis; pertandingan berakhir tanpa gol setelah 90 menit, sebelum Eder mencetak gol kemenangan pada menit keempat babak kedua perpanjangan waktu.[27]
Dalam Kejuaraan Eropa UEFA 2020, yang secara aktual digelar pada 2021 akibat pandemi Covid-19, Italia meraih gelar keduanya setelah mengalahkan finalis perdana Inggris dalam adu penalti. Skor berakhir imbang 1-1 usai gol cepat dicetak oleh Luke Shaw untuk Timnas Inggris tepat 2 menit setelah Kick-Off yang kemudian gol penyama kedudukan berhasil dicetak oleh Leonardo Bonucci pada menit 67. Kedua Gol tersebut juga dicatat oleh UEFA dalam Rekor UEFA Euro. Luke Shaw yang menjadi satu-satunya pemain dalam Timnas Inggris yang berhasil mencetak gol di Final tersebut menjadi pemain yang mencetak gol tercepat di Final tersebut dengan waktu 1 menit 50 detik. Sedangkan, Leonardo Bonucci menjadi pemain tertua yang mencetak gol di Final tersebut dengan usia 34 tahun.
^McNulty, Phil (11 Juli 2016). "Portugal 1–0 France (AET)". BBC Sport (British Broadcasting Corporation). Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Oktober 2018. Diakses tanggal 30 Juni 2017.