Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
Sakabéh jalema lahir ka alam dunia téh sipatna merdéka jeung boga martabat ogéh hak-hak anu sarua. Nyana dibéré akal jeung haté nurani campur gaul jeung sasamana aya dina semangat duduluran.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Halaman bahasa acak
Bahasa Sunda Tangerang adalah salah satu varietas bahasa Sunda yang umumnya dituturkan di sebagian wilayah Kabupaten Tangerang. Bahasa ini memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan bahasa Sunda lulugu (baku). Meskipun begitu, secara umum, perbedaan bahasa Sunda Tangerang dengan bahasa Sunda baku hanya sebatas perbedaan kosakata.[3] Pada umumnya, bahasa Sunda Tangerang tidak mengenal tingkatan berbahasa.[4]
Dalam bidang fonologi atau tata bunyi. Bahasa Sunda Tangerang tidak jauh berbeda dengan bahasa Sunda baku. Unsur yang berbeda menyangkut fonem suprasegmental berupa intonasi panjang pada akhir kata. Fonem segmental berupa vokal, konsonan, dan gugus konsonan sama dengan bahasa Sunda baku. Hal yang berbeda dengan bahasa Sunda baku menyangkut perubahan vokal /ɨ/ ⟨eu⟩ pada beberapa kosakata bahasa Sunda baku menjadi /a/ pada bahasa Sunda Tangerang seperti pada kata berikut.[6]
ceuk → cak 'berkata'
Vokal /u/ berubah menjadi /o/ seperti pada kata:
daun → daon 'daun'
Perubahan juga terjadi pada konsonan /d/, /k/, /n/ menjadi /dʒ/ ⟨j⟩, /h/, /ɲ/ ⟨ny⟩ pada kata:
da → ja 'ternyata, karena'
kajeun → hajeun 'masa bodoh'
neuleu → nyeuleu 'melihat'
Perbedaan lain juga menyangkut penambahan konsonan /h/ pada akhir kata pada kata:
(o)gé → géh 'juga'
seuneu → seuneuh 'api'
Penambahan konsonan /d/ pada kata:
coét → codét 'wadah dari batu untuk menggiling cabai, sambal, dan lain-lain.'
Penambahan (e)n di awal kata:
deuk → endeuk 'akan'
Penghilangan konsonan /h/ pada kata:
henteu → enteu 'tidak'
Selain perubahan, perbedaan, penambahan dan penghilangan, ditemukan pula penyingkatan kata (kontraksi) seperti pada kata:
kawas → kos
lebah → bah
Morfologi
Dalam bidang morfologi atau tata bentuk, bahasa Sunda Tangerang sama dengan bahasa Sunda baku. Dari segi afiks (imbuhan) dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan pula prefiks (awalan) sebagai berikut.[7]
Prefiks
N-
contoh:
N-
+
deuleu
→
nyeuleu 'melihat'
nga-
contoh:
nga-
+
dahar
→
ngadahar 'memakan'
nyang-
contoh:
nyang-
+
hareup
→
nyanghareup 'menghadap'
ba-
contoh:
ba-
+
labuh
→
balabuh 'berlabuh'
pa-
contoh:
pa-
+
tani
→
patani 'petani'
sa-
contoh:
sa-
+
modél
→
samodél 'seperti'
di-
contoh:
di-
+
ala
→
diala 'dipetik'
ka-
contoh:
ka-
+
rasa
→
karasa 'terasa'
Infiks
-ar-/-al-
contoh:
-ar-
+
wani
→
warani 'berani' ('jamak')
-al-
+
lumpat
→
lalumpat 'berlari' (jamak)
Sufiks
-an
contoh:
dagang
+
-an
→
dagangan 'dagangan'
-eun
contoh:
sieun
+
-eun
→
sieuneun 'merasa takut'
-keun
contoh:
carita
+
-keun
→
caritakeun 'ceritakan'
-(a)na
contoh:
tahap
+
-(a)na
→
tahapana 'tahapannya'
Konfiks
nga-
+
-an
contoh:
nga-
+
boga
+
-an
→
ngabogaan 'mempunyai'
nga-
+
-na
contoh:
nga-
+
bagi
+
-na
→
ngabagina 'membaginya'
nga-
+
-eun
contoh:
nga-
+
jarah
+
-eun
→
ngajaraheun 'menziarahi'
nga-
+
-keun
contoh:
nga-
+
kawin
+
-keun
→
ngawinkeun 'menikahkan'
nga-
+
-keun(a)na
contoh:
nga-
+
ragag
-keun(a)na
→
ngaragagkeunana 'menjatuhkannya'
di-
+
-an
contoh:
di-
+
beuleum
+
-an
→
dibeuleuman 'dibakar (jamak)'
di-
+
-keun
contoh:
di-
+
jadi
+
-keun
→
dijadikeun ‘dijadikan'
ka-
+
-an
contoh:
ka-
+
sieun
+
-an
→
kasieunan 'ketakutan'
pa-
+
-an
contoh:
pa-
+
sawah
+
-an
→
pasawahan 'pesawahan'
pang-
+
-na
contoh:
pang-
+
kolot
+
-na
→
pangkolotna 'pangkolotna'
Reduplikasi
Demikian pula dalam hal reduplikasi (pengulangan), dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan reduplikasi berupa:
dwimurni
contoh:
korsi
'kursi'
→
korsi-korsi 'kursi'
dwireka
contoh:
balik
‘pulang’
→
bulak-balik 'pulang-pergi'
dwipurwa
contoh:
kolot
‘tua’
→
kokolot 'yang dituakan'
dwipurma bertafiks
contoh:
ilu
'ikut’
→
pipilueun 'ikut-ikutan'
Sintaksis
Dalam bidang sintaksis, bahasa Sunda Tangerang juga menunjukkan kesamaan dengan bahasa Sunda baku. Sebuah penelitian memperoleh data struktur frasa dengan inti di depan dan pewatas mengikutinya, seperti:[8]
di dinya
'di situ'
nu asli
'yang asli'
tilu urang
'tiga orang'
Kata depan (preposisi) di 'di', relator nu 'yang', dan kata bilangan (numeralia)tilu 'tiga' masing-masing sebagai inti. Struktur ini dapat memberikan gambaran umum struktur yang lebih luas, yaitu klausa dan kalimat.[8]
Sobarna, C.; Wartini, T.; Ampera, T. (2022). Bahasa dan Sastra Daerah di Kabupaten Tangerang. Tangerang: Pusat Studi Sunda dan Pemerintah Kabupaten Tangerang.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)