Bahasa Sunda Banten atau bahasa Sunda dialek Barat adalah istilah kolektif yang merujuk kepada sekumpulan variasi geografis bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat Sunda di hampir seluruh wilayah Provinsi Banten,[4] bagian barat Kabupaten Sukabumi, dan bagian barat Kabupaten Bogor (wilayah Jasinga Raya,[5] meliputi Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Tenjo, Nanggung, Parung Panjang, dan Sukajaya;[6] dikenal sebagai bahasa Sunda Jasinga), serta beberapa wilayah di provinsi Lampung. Bahasa ini dilestarikan salah satunya melalui program berita Beja ti Lembur yang disiarkan oleh siaran televisi lokal di wilayah Banten. Selain itu, dialek Banten juga dipakai sebagai standar pengajaran bahasa Sunda di wilayah provinsi Banten.[7]
Distribusi
Bahasa Sunda Banten merupakan salah satu turunan langsung dari bahasa Sunda Kuno, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kosakata dari bahasa Sunda Kuno yang masih tetap dipertahankan, hal ini juga yang menyebabkan adanya beberapa perbedaan leksikon dengan bahasa Sunda dialek Priangan yang lebih banyak berevolusi.
Secara praktiknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten bagian tengah dan selatan (Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang) serta sebagian wilayah di sebelah utara. Di Banten bagian utara (Kabupaten Serang dan Kota Serang), bahasa ini digunakan di kecamatan Ciomas, Pabuaran, Padarincang, Cinangka, Baros, Curug, Petir, Cikeusal, Kopo, Cikande, Pamarayan, dan sebagian Anyar.[8] Pemakaian bahasa Sunda Serang ini terkonsentrasi di kecamatan Anyar, Mancak, Waringinkurung, Taktakan, Cipocok Jaya, Walantaka, dan Kragilan.[8] Bahasa Sunda Banten juga dituturkan hingga ke wilayah Kabupaten Tangerang[9] (terutama di wilayah Tangerang sebelah selatan, barat daya, barat tengah, dan sebagian utara),[10] Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (khususnya Serpong, Serpong Utara, dan sebagian Setu). Kemudian melintasi batas administratif provinsi Banten hingga ke bagian barat Kabupaten Bogor di provinsi Jawa Barat.[11]
Sementara daerah tradisional masyarakat Kanekes di Kecamatan Leuwidamar, Lebak adalah penutur aktif bahasa yang digolongkan sebagai bahasa Badui.[12]
Hadi AKS yang berasal dari Pandeglang adalah salah satu sastrawan Sunda yang acapkali menggunakan kosakata khas dialek Banten dalam karya-karya sastranya yang dapat dilihat di Google Books seperti contohnya novel yang berjudul Saéni dan Kalapati.
Karakteristik
Kosakata
Di bawah ini merupakan contoh perbandingan antara bahasa Sunda Banten dengan bahasa Sunda Priangan sebagai bentuk standar bahasa Sunda.
Glosa |
Sunda Banten |
Sunda baku
|
sangat |
jasa |
pisan
|
dia |
nyana |
manéhna
|
susah |
gati |
hésé
|
seperti |
doang |
siga, kawas, bangun
|
tidak pernah |
tilok |
tara
|
aku |
aing, kami, kula |
aing, kuring, abdi
|
kau |
dia |
sia
|
kalian |
daria, dararia |
saria, sararia
|
mereka |
dararia, darariana |
maranéhna
|
melihat |
nyeuleu |
nénjo
|
makan |
daang |
dahar
|
kenapa |
pan |
kunaon, naha
|
singkong |
dangdeur |
sampeu
|
ayam |
kotok |
hayam
|
kaki |
cokor, suku |
suku
|
tidak mau |
endung, enduh |
embung
|
belakang |
buri |
tukang
|
repot |
haliwu |
ridu, riweuh
|
terpeleset |
ngalosod |
tisolédat
|
baju |
jamang |
baju
|
teman |
orok |
batur
|
darah |
mokla |
getih
|
sekarang |
kuari |
kiwari, ayeuna
|
malas |
hulap, kulab, sangheuk |
horéam
|
Kalimat
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
- Ketika sedang berpendapat:
Bahasa Sunda Banten
|
Jeuh aing mah enduh jasa jadi doang jelema nu kedul!
|
Bahasa Sunda Priangan
|
Ah urang mah embung pisan jadi jalma nu ngedul!
|
Terjemahan
|
Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!
|
- Ketika mengajak kerabat untuk makan:
Bahasa Sunda Banten
|
Téh, deuk hakan teu?
|
Bahasa Sunda Priangan
|
Téh, rék baranghakan moal?
|
Terjemahan
|
Kak, mau makan tidak?
|
- Ketika sedang berbelanja:
Bahasa Sunda Banten
|
Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Ulah mahal jasa.
|
Bahasa Sunda Priangan
|
Ari ieu sampeu sabarahaan mang? Tong mahal teuing nya.
|
Terjemahan
|
Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan.
|
Bahasa Sunda Banten
|
Éta di ditu dararia orok aing.
|
Bahasa Sunda Priangan
|
Éta di ditu maranéhna babaturan urang.
|
Terjemahan
|
Mereka semua (di sana) adalah teman saya.
|
Lihat pula
Referensi
Catatan kaki
- ^ "Bahasa Sunda Provinsi Lampung". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 26 Desember 2021.
- ^ Mikael Parkvall. Världens 100 största språk 2007. Nationalencyklopedin.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bantenese". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Kayin (2014-12-09). "Bahasa Sunda Banten » Perpustakaan Digital Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2017-06-18.
- ^ HeiBogor (2015-09-04). "Jasinga, Bagian Bogor yang Banten Secara Kultural". Berita Bogor. Diakses tanggal 2017-06-18.
- ^ Administrator (2016-04-25). "Asal Usul Nama Jasinga". kecamatanjasinga.bogorkab.go.id. Diakses tanggal 2017-06-18. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Lengket, Budi (6 Juli 2017). "Menanti Perda Bahasa Daerah Provinsi Banten Disahkan, Pegiat Bahasa Gelar Bedah Buku "Purwa Basa"". pelitabanten.com. Diakses tanggal 23 Januari 2022.
- ^ a b Suriamiharja, Agus; dkk. (1981). Geografi Dialek Sunda di Kabupaten Serang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- ^ "Mulok Bahasa Sunda Terancam Punah". Tangsel Pos. 2015-10-28. Diakses tanggal 2017-06-18. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Ampera, Taufik; dkk. (2004). Bahasa dan Sastra Daerah di Kabupaten Tangerang: Pengkajian Budaya dan Nilai-nilai Tradisional. Tangerang: Pemerintah Kabupaten Tangerang. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Lauder, Multamia R. M. T. (1993). Pemetaan dan Distribusi Bahasa-Bahasa di Tangerang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta. ISBN 9794593680.
- ^ Project, Joshua. "Language - Badui :: Joshua Project". joshuaproject.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-18.
Naskah digital
Pustaka lanjutan
Pranala luar