Judul yang benar dari artikel ini adalah #2019GantiPresiden. Tanda pagar (#) telah diganti menjadi karakter non-ASCII "#" yang terlihat serupa dikarenakan keterbatasan teknis
#2019GantiPresiden diperkenalkan oleh politikus dari Partai Keadilan Sejahtera yaitu Mardani Ali Sera dengan tujuan untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat;[1] pernyatan Mardani diperkuat dengan pernyataan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman.[2] Sebelumnya, sebuah gerakan bernama sama juga diluncurkan oleh Mardani di akun Twitter pribadinya pada 27 Maret 2018.[3] Mardani menyebutkan bahwa tagar ini meniru kesuksesan pemain LiverpoolMohamed Salah.[4] Mardani juga menyebut tagar ini merupakan antitesis dari kampanye pendukung Joko Widodo di media sosial.[5]
Sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan ini dilancarkan. Terdapat ajakan kepada masyarakat untuk bersama-sama mengenakan kaus #2019GantiPresiden pada hari bebas kendaraan bermotor 29 April,[6] namun polisi membantah adanya ajakan tersebut.[7]
Deklarasi
Pada 6 Mei—seminggu setelah insiden penganiayaan ibu dan anak—deklarasi gerakan #2019GantiPresiden dilaksanakan di Patung Kuda Arjuna Wiwaha;[8] sebelumnya terdapat rencana untuk dilaksanakan di Patung Kuda Arjuna Wiwaha,[9] namun diundurkan ke tempat semula,[10] walau Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tegas melarang deklarasi dilaksanakan di Patung Kuda Arjuna Wiwaha.[11] Acara ini diisi dengan orasi dari Mardani Ali Sera dan Neno Warisman, sekaligus akan mengumumkan koordinator gerakan ke depan; Mustofa Nahrawardaya, relawan gerakan ini, menganggap pengumuman koordinator penting untuk mencegah klaim palsu terkait koordinator dari pihak yang tak bertanggung jawab.[8] Acara ini sudah mengantongi izin dari kepolisian.[12] Direncanakan, sebanyak 6.000 hingga 10.000 pendukung dikerahkan untuk menyukseskan acara ini.[9][13] Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sejumlah polisi ditempatkan di kawasan HBKB.[14]
Kampanye
Gerakan ini didanai sebanyak Rp40 juta, dengan Neno Warisman sebagai penyumbang terbesar.[15]
Alih-alih gerakan ini, Partai Gerindra mewajibkan seluruh anggota legislatifnya untuk mengutamakan kemenangan Prabowo dalam Pilpres 2019, sebagaimana yang tertuang dalam slogan partai berbunyi "Gerindra Menang, Prabowo Presiden".[16]
Lagu
Pada bulan Mei 2018, lagu berjudul "2019 Ganti Presiden" yang dinyanyikan oleh roker Sang Alang sempat viral.[17][18] Sebuah video klip untuk lagu ini dirilis pada tanggal 7 Juni 2018. Di dalam video klip ini, beberapa tokoh, termasuk politikus senior PAN Amien Rais, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, musisi Ahmad Dhani, dan aktor Fauzi Baadila ikut menyanyikan lagu ini.[19]
Dampak
#2019GantiPresiden mengilhami beberapa pihak untuk membuat atribut yang berkaitan semisal kaus dan gelang. Terdapat pedagang kaus #2019GantiPresiden di acara Rapat Kerja Nasional Bidang Hukum dan Advokasi DPP Gerindra di Hotel Sultan, Jakarta.[20] Beberapa pedagang hanya melayani pemesanan kaus tersebut lewat pemesanan karena topik yang dianggap sensitif.[21] Namun, beberapa pedagang lainnya menggelar dagangan mereka di toko daring semisal Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Lazada.[22] Karena permintaan akan kaus meningkat, seorang pedagang menghentikan layanan pemesanan kaus.[23]
Sejumlah tokoh juga menggunakan baju tersebut, misalkan Ahmad Dhani ketika menghadiri sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.[24] Ketua DPD DKI Jakarta Partai Gerindra Muhammad Taufik menggunakan kaus #2019GantiPresiden ketika berada di HBKB 29 April.[25] Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon menyatakan berminat untuk memiliki kaus #2019GantiPresiden.[26] Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menggunakan baju ini yang juga bertuliskan #AHY_aja; Ferdinand menyebut hanya dia yang memiliki baju bermotif ini.[27]
Sebuah spanduk bertuliskan #2019GantiPresiden sempat dipasang di Masjid Al-Amin, Sumatera Utara,[28] sebelum akhirnya dicopot oleh polisi dan pengurus masjid.[29]
Viralnya #2019GantiPresiden mengilhami oknum yang tak bertanggung jawab untuk membuat gambar palsu yang memperlihatkan Joko Widodo menggunakan baju bertuliskan #2019GantiPresiden.[30] Terdapat pemberitaan palsu yang menyebutkan seorang tukang becak menyerahkan becaknya kepada kepolisian karena terdapat atribut #2019GantiPresiden, Kapolda Sumatera Utara Paulus Waterpauw membantah pemberitaan ini.[31] Pernyataan serupa—dengan cakupan lebih luas—juga dinyatakan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Mohammad Iqbal.[32]
Beberapa orang memanfaatkan fenomena #2019GantiPresiden dengan mengungkapkan dukungan atas tagar tersebut secara verbal. Ketika Gubernur Jakarta Anies Baswedan sedang berpidato, seorang warga berteriak kepada Anies dengan tagar itu.[33] Sebuah video berdurasi 21 detik yang menampilkan seseorang berbicara tentang upaya mengganti presiden pada 2019 dengan mikrofon pada sebuah acara di Komisi Pemilihan Umum Daerah Jambi; KPUD Jambi mengklarifikasi bahwa saat itu merupakan saat perwakilan dari Partai Gerindra yang sedang menampilkan opera parodi.[34] Puluhan massa yang tergabung dalam Komunitas Pemuda Sayang Indonesia menyelenggarakan aksi damai yang berlangsung di Bundaran Universitas Gadjah Mada, Sleman, Yogyakarta.[35]
Insiden penganiayaan ibu dan anak
Pada 29 April, sejumlah masyarakat meramaikan HBKB dengan kaus #2019GantiPresiden.[25] Saat yang sama, terdapat masyarakat yang mengenakan baju bertuliskan #DiaSibukKerja. Pendukung #2019GantiPresiden meneriaki kelompok yang berseberangan, sambil menuduh pendukung #DiaSibukKerja adalah massa bayaran yang sengaja didatangkan untuk membuat aksi tandingan.[36]
Keberpihakan Partai Demokrat
Fenomena gerakan ini semakin didukung oleh keputusan Ketua Umum Partai DemokratSusilo Bambang Yudhoyono yang mendukung majunya Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Mardani menyatakan langkah Susilo semakin membuatnya yakin gerakan ini akan berhasil.[37]
Neno Warisman
Neno menjadi salah satu pendukung gerakan ini sekaligus penyumbang terbesar dan pada 24:00 antara 19 dan 20 Juli, mobilnya terbakar di depan rumahnya di Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Kejadian tersebut terjadi ketika Neno tidak berada di rumah. Tidak ada korban dalam peristiwa ini, hanya setengah bagian mobil yang terbakar.[38] Polisi melakukan penyelidikan terkait peristiwa ini. Polisi menduga terbakarnya mobil Neno disebabkan arus pendek pada kabel di mobil. Dugaan ini berasal dari petugas keamanan perumahan. Dua saksi telah dimintai keterangan terkait ini. Menurut polisi, mobil tersebut sudah diperbaiki oleh Neno.[39]
Selepas insiden kebakaran mobil, pada malam 28 Juli, sejumlah warga menyatakan menolak kedatangannya melalui spanduk dan yel-yel di Bandar Udara Hang Nadim, Batam. Kedatangan Neno ini dalam rangka menghadiri tablig akbar dan deklarasi #2019GantiPresiden di Batam. Penolakan tersebut sempat menimbulkan keributan warga yang berupaya merangsek kawasan kedatangan penumpang dengan polisi yang berjaga.[40] Neno menduga warga yang menolak kedatangannya merupakan anggota Projo. Neno menyebut sekitar ratusan orang menolak kedatangannya, tetapi sekitar 10.000 orang berkumpul untuk menjemputnya. Neno menuturkan bahwa semasa berada di bandara, warga mengepung Neno dan mengambil foto Neno. Ketika Neno meminta untuk keluar dari bandara, Neno dilempari tong sampah.[41] Akibat peristiwa tersebut, polisi menyatakan tablig akbar dan deklarasai #2019GantiPresiden dibatalkan.[42] Ketika Neno sudah kembali ke rumahnya, Prabowo Subianto dan Fadli Zon mengunjungi rumahnya untuk menyampaikan rasa simpati atas apa yang diterima Neno semasa berada di bandara.[43]
Pengamatan dan survei
Berdasarkan pengamatan dari Drone Emprit dari 1-10 April, terdapat 110.000 mention untuk #2019GantiPresiden berbanding hanya 18.000 mention untuk #Jokowi2Periode. Ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu pernyataan Joko Widodo dalam sebuah pidato yang menyebutkan bahwa kaos tak akan dapat menggantikan dirinya, #Jokowi2Periode yang tak digenjot jumlahnya oleh penyokong Joko−diikuti oleh kurangnya peran aktif dari pembentuk opini, #2019GantiPresiden memiliki kluster yang lebih besar oleh karena jumlah pendukung tagar yang lebih besar.[44]
Sebuah survei yang diselenggarakan oleh Viva lewat akun Twitter resminya memenangkan #2019GantiPresiden, berbanding 3:1 dengan #Jokowi2Periode.[45] Survei yang diselenggarakan oleh Media Survei Nasional menyebutkan bahwa 46,37% responden menginginkan Joko Widodo digantikan oleh tokoh lain pada 2019, sementara 45,22% responden menginginkan Joko kembali memimpin hingga 2024; 8,41% responden lainnya memilih tidak menjawab.[46] Survei yang sama juga memaparkan 66,7% responden menolak pemasangan Prabowo Subianto dan Joko Widodo.[47] Survei yang dikeluarkan oleh KedaiKOPI menyebutkan 64,9% responden menginginkan presiden baru, sedangkan responden yang menginginkan Joko memimpin lagi hanya 35,1%.[48] Mengenai keterpilihan, survei yang sama dari Media Survei Nasional menyatakan keterpilihan Joko naik menjadi 36,2%, diikuti Prabowo Subianto turun menjadi 20,4%, dan Gatot Nurmantyo sebesar 7%;[49] walau demikian menurut pengamat politik dari Indo Barometer Mohammad Qodari, keterpilihan Joko haruslah 60% untuk memastikan Joko kembali memimpin Indonesia. Qodari membandingkan keadaan ini dengan presiden sebelumnya Susilo Bambang Yudhoyono yang berhasil mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga berjaya mengalahkan Megawati Soekarnoputri dan memimpin selama 2 periode.[50] Survei yang dirilis Lembaga Survei Indonesia menyebutkan popularitas gerakan ini sudah meningkat menjadi 60,50% pada Juli dibanding 50,80% pada Mei. Penerimaan gerakan ini juga meningkat menjadi 54,40% pada Juli dibanding 49,80% pada Mei. Survei ini melibatkan 1.200 responden.[51]
Tanggapan
Joko Widodo (kiri) menyebut kaos tak akan dapat menggantikan dirinya, dibalas oleh Yusril Ihza Mahendra (kanan) dengan menyebut kaos tak akan menyebabkan seseorang menjadi presiden.
Menjawab pertanyaan anggota Komisi II dari Fraksi PDIP Komarudin Watubun, Ketua Badan Pengawas PemiluAbhan dan Ketua Komisi Pemilihan UmumArief Budiman menyebutkan #2019GantiPresiden tak melanggar hukum disebutkan aturan khusus mengenai kampanye pilpres 2019 masih belum dibuat, sementara
Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kemendagri Suhajar Diantoro menilai #2019GantiPresiden secara etika tidak diperbolehkan jika bertujuan untuk kampanye.[52] Bertentangan dengan pernyataan dari Syarif Alkadrie, Ketua Umum Partai NasDem menyebut penggunaan #2019GantiPresiden terbilang wajar.[53] Sohibul Iman menyebut gerakan yang diluncurkan oleh kader partainya selaras dengan harapan masyarakat[54] dan mengaku senang atas tanggapan santai Joko Widodo.[55][56] Menanggapi Joko, Ketua Umum Partai Bulan BintangYusril Ihza Mahendra menyindir bahwa baju kotak-kotak tidak akan membuat seseorang menjadi presiden.[57] Wakil Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid optimis #2019GantiPresiden akan terealisasi mengingat Joko dinilai belum melaksanakan janji-janji semasa kampanye Pilpres 2014.[58] Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan DPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan fenomena #2019GantiPresiden adalah hal yang biasa, membandingkan dengan fenomena kampanye Joko untuk 2 periode.[59] Fadli Zon menilai #2019GantiPresiden bagus dan perlu didukung.[26] Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade menyatakan gerakan #2019GantiPresiden harus didukung dalam perspektif evaluasi terhadap pemerintah.[60] Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Habiburokhman menyebut Joko tak perlu memberikan respons berlebihan terhadap #2019GantiPresiden, menyebut persaingan dengan menggunakan tagar merupakan hal biasa.[61] Ketua Dewan Pembina Partai Amanat Sejahtera Amien Rais memberikan catatan kepemimpinan Joko Widodo[62] sembari menyebut pergantian presiden pada 2019 merupakan hal yang tak dapat dibendung lagi.[63] Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menyebut gerakan ini merupakan gerakan yang digerakkan oleh sekelompok masyarakat yang tidak puas dengan pemerintah Joko, bukan Gerindra; meskipun demikian gerakan ini bukanlah gerakan yang terlarang karena dilakukan secara konstitusional.[16]
Presiden Joko Widodo menyebut bahwa kaos bertuliskan #2019GantiPresiden tak akan sanggup menggantikan dirinya, menyebut bahwa rakyat yang dapat mengganti dirinya, bila memang kehendak rakyat demikian;[64] tanggapan Joko didukung oleh Sohibul Iman.[55] Politikus Partai Demokrasi Indonesia PerjuanganEva Kusuma Sundari menyebut fenomena tagar ini menyedihkan karena kampanye pilpres bahkan belum dimulai. Eva juga menyoroti perihal upaya dari partai oposisi untuk Joko Widodo yang semakin gencar.[65] Menanggapi maraknya kaos bertuliskan #2019GantiPresiden, politikus Partai Golongan KaryaAce Hasan Syadzily menyebut bahwa beredarnya kaos tersebut merupakan upaya untuk mendiskreditkan Joko, menyebutkan bahwa kinerja pemerintahan Joko dinilai rakyat sudah sangat memuaskan sebagaimana survei yang dikeluarkan oleh lembaga survei.[66] Sekretaris Fraksi Partai NasDem Syarif Alkadrie menyebut bahwa #2019GantiPresiden digunakan oleh orang-orang yang frustrasi dengan pemerintahan Joko Widodo.[67]Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman IndonesiaLuhut Binsar Panjaitan menyebut bahwa #2019GantiPresiden hanyalah keinginan segelintir pihak yang ingin mengganti Joko,[68] merasa wajar dengan tanggapan Joko atas tagar tersebut.[69]Ruhut Sitompul meragukan gerakan #2019GantiPresiden akan benar-benar mengganti Joko, menilai PKS tak mampu mendepak Fahri Hamzah dari jabatan Wakil Ketua MPR, meski sudah memecat Fahri sejak 2016.[70] Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai #2019GantiPresiden bukan sebagai aspirasi, namun manuver politik, menyebut pihak oposisi tak dapat melakukan sesuatu ketika keterpilihan Joko tinggi.[71] Johnny G. Plate menilai gerakan ini tidak etis.[72]
Dari kalangan non-politisi, Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial Rustam Ibrahim menyatakan dalam status di akun Twitter pribadinya bahwa banyak orang memelas agar Joko segera digantikan pada 2019, merasa tak tahan menderita sebagai oposisi.[73] Bersama #2019TetapJokowi, Ray Rangkuti menilai #2019GantiPresiden semestinya sudah mengarah kepada substansi.[74] Pengamat politik dari Universitas Bunda Mulia Silvianus Alvin menilai Joko dapat mengatasi gerakan penentangan yang diarahkan kepada dirinya.[75]
Sindiran
Menanggapi fenomena tagar #2019GantiPresiden, Ketua Umum Partai Persatuan PembangunanRomahurmuziy mengusulkan tagar #Lanjutkan212, dengan perincian Joko Widodo telah memimpinKota Surakarta selama 2 periode, memimpinDaerah Khusus Ibukota Jakarta selama hanya 2 tahun,[note 1] dan sedang memimpin Indonesia. Romahurmuzy berharap Joko dapat memimpin satu periode lagi, menggenapkan usulan tagarnya.[77] Sekretaris Jenderal Partai NasDemJohnny G. Plate menyindir pendukung gerakan yang belum juga memunculkan nama yang dijagokan, menyebut "presiden pasti berakhir di tahun 2019 akan kita ganti presidennya. Tapi orangnya enggak akan ganti. Jadi tinggal kita tambah tagar itu #gantipresiden2019 tinggal tambah di depannya 'ogah ah'".[72]
Catatan
^Tampaknya maksud Romahurmuziy mengenai satu periode karier Joko sebagai Gubernur Jakarta mengacu pada masa kepemimpinan yang bermula pada 15 Oktober 2012—16 Oktober 2014, 2 tahun dari satu periode sesungguhnya. Djarot Saiful Hidayat menyebut bahwa dalam sejarah kepemimpinan Jakarta, 3 orang memimpin Jakarta dalam satu periode normal.[76]
^Durohman, Ibad; Wiratama, Syailendra Hafiz; Gunawan, Deden (red.) (26 April 2018). Nugroho, Irwan, ed. "Hidup Tak Tenang Pembuat Kaus #2019GantiPresiden". Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-26. Diakses tanggal 26 April 2018.templatestyles stripmarker di |first3= pada posisi 7 (bantuan)