Antitesis adalah salah satu majas yang mengandung gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang saling berlawanan dalam satu kalimat. Antitesis dapat membandingkan dua hal yang memiliki makna berbeda.[1] Dalam pidato, gaya bahasa antitesis sebenarnya bersifat persuasif yang umum karena menunjukkan sebuah perbandingan sehingga memancing audien untuk melihat perbedaan banyak poin dari potensi yang muncul dalam sebuah paparan.[2]
Jenis
- Antitesis hal adalah dua kata atau frasa yang memuat pernyataan hal yang berlawanan yang terdapat pada baris dan bait suatu puisi. Dua kata atau frasa itu merupakan hasil perulangan.
- Antitesis tindakan adalah dua kata yang memuat tindakan atau perlakuan yang berlawanan dalam baris bait puisi. Dua kata itu merupakan perulangan.[3]
Contoh:
- Tua muda, besar kecil ikut meramaikan pesta itu.
- Kaya miskin, cantik jelek, pintar bodoh semuanya sama di mata Tuhan.
- Semua kebaikan ayahnya dibalas dengan keburukan sifatnya.[4]
Rujukan
- ^ Wicaksono, Andri (2014). Catatan Ringkas Stilistika. Sleman: Garudhawaca. hlm. 46. ISBN 978-602-7949-24-9.
- ^ Novia, Astri (2017). Lancar Pidato & MC: Tanpa Gugup Tanpa Panik. Bantul: Anak Hebat Indonesia. hlm. 94. ISBN 978-623-244-542-0.
- ^ Marsono (2021). Akulturasi Islam dalam Budaya Jawa: Analisis Semiotik Teks Lokajaya dalam LOr 11 629. Yogyakarta: UGM PRESS. hlm. 212. ISBN 978-602-386-438-6.
- ^ Harimurti Kridalaksana (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 13: "antitesis— pemakaian kata-kata yang berlawanan atau bertentangan artinya; mis. dalam kalimat "Diam, tetapi lerus bekerja".".