Pidato adalah sebuah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memperingati hari-hari besar tertentu, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya. Pada hakikatnya pidato termasuk senimonolog dalam keterampilan berbicara. Pidato bersifat dua arah, yaitu pembicara harus memperhatikan lawan bicaranya walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan. Lawan bicara harus mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan pembicara baik berupa kata-kata (verbal) atau bukan kata-kata (non verbal) sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dipahami dengan sempurna.[1] Pidato biasanya disampaikan oleh pemimpin atau orang yang dianggap penting untuk memberikan arahan atau nasihat kepada para pendengarnya, karena fungsi dari pidato adalah untuk memberikan informasi, nasihat, motivasi, peringatan, dan pengetahuan. Agar pidato yang akan disampaikan bisa diterima dengan baik oleh audien, ucapan atau kalimat harus disusun dengan baik dan rapi sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat yang tersusun secara runut dan sistematis supaya enak didengarkan serta dapat memberikan kesan positif bagi orang yang mendengarkan.[2]
Tujuan
Pidato disampaikan untuk memberikan pemahaman atau informasi penting yang harus diketahui oleh khalayak atau informatif.
Pidato disampaikan untuk meyakinkan pendengar dengan cara bahasa yang argumentatif.
Pidato disampaikan agar orang lain merasa senang dengan bahasan yang menghibur atau rekreatif.
Pidato bisa memberikan pengaruh pada orang lain agar bersedia untuk mengikuti kemauan yang diinginkan oleh orator secara sukarela (persuasif).[3]
Struktur
Secara garis besar struktur dari sebuah pidato terdiri dari:
Judul harus angkat dua menimbulkan hasrat ingin tahu dari pendengar.
Pembukaan, bagian pembukaan pidato memuat salam pembuka, ucapan penghormatan dan ucapan syukur.[4]
Isi, bagian isi pidato memuat materi yang akan dijelaskan secara rinci dari pembicara yang disampaikan ke hadirin.[4]
Penutup adalah simpulan dan harapan atas apa yang disampaikan oleh pembicara.[5] Bagian penutup pidato merupakan bagian yang sangat penting. Karena tidak ada lagi tambahan cerita atau fakta untuk didengarkan, audien akan memberikan perhatian pada bagian akhir pidato yang berisi saran atau kesimpulan terkait dengan tema keseluruhan pidato. Untuk membuat bagian akhir pidato bermakna untuk diingat audien, kita harus mengutarakan sesuatu yang berkesan. Penutup terdiri dari dua bagian, yakni ulasan dan pernyataan yang berkesan. Kedua bagian itu dimaksudkan untuk menekankan atau menegaskan poin-poin dari pidato, mengarahkan pidato untuk mencapai klimaks, dan membantu audien mengingat pidato yang telah disampaikan.[6]
Salam penutup adalah bagian terakhir dari suatu pidato yang berisi salam keagamaan dan terimakasih sekaligus sebagai tanda bahwa pembicara telah mengakhiri pidato.[5]
Jenis
Pidato pembukaan, merupakan pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara atau MC.
Pidato pengarahan, merupakan pidato untuk memberi pengarahan pada suatu pertemuan. Biasanya pidato ini dilakukan oleh ketua RT, ketua RW, atau ketua panitia dalam acara rapat warga atau rapat panitia suatu kegiatan.
Pidato sambutan, merupakan pidato yang disampaikan oleh seorang ketua, baik ketua panitia ataupun pemimpin suatu masyarakat seperti ketua RT, RW, dan lain-lain. Kepada hadirin atau masyarakat pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
Pidato peresmian, merupakan pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu. Biasanya ini dilakukan oleh pejabatpemerintah atau tokoh masyarakat dalam peresmian bangunan, gedung, dan lain-lain.
Pidato laporan, merupakan pidato yang isinya menyampaikan laporan atas suatu tugas atau kegiatan.
Pidato pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban seorang ketua atau pejabat kepada warga masyarakat atau orang yang telah memberikan amanat dalam melaksanakan suatu kegiatan.[7]
Metode
Membaca naskah
Metode ini merupakan metode dimana orang yang menyampaikan pidato membaca naskah pidato yang sudah disiapkan sebelumnya. Naskah tersebut disusun, kemudian dibaca lengkap dari awal sampai akhir pidato. Metode pidato ini biasa digunakan dalam menyampaikan pidato formal dan resmi, seperti pidato kenegaraan, sambutan pemerintah, atau laporan dari lembaga resmi.[8]
Menghafal (Memoriter)
Metode ini tidak perlu membawa naskah atau teks lainnya karena penyampai pidato menghafal seluruh isi pidato. Naskah pidato juga dipersiapkan sebelumnya, tetapi tidak dibawa saat berhadapan dengan publik. Pidato dengan metode ini biasa digunakan di kalangan pelajar atau orator publik pemula. Di kalangan pelajar, pidato metode menghapal ditujukan untuk proses pembelajaran. Metode menghapal juga diterapkan dalam berbagai lomba pidato.[8] Keunggulannya adalah lancar kalau benar-benar hafal, tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal, dan mata pembicara dapat memandang pendengar. Kelemahannya adalah pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan, tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar, dan kalau lupa pidatonya gagal total.
Spontan (Impromptu)
Impromptu adalah metode penyampaian pidato tanpa persiapan naskah, catatan kecil, atau menghapal sebelumnya. Penyampaiannya bersifat dadakan. Penyampai pidato langsung berbicara sesuai apa yang ia tahu dan terlintas di benaknya. Metode ini hanya bisa disampaikan oleh orang yang memiliki jam terbang tinggi sebagai orator. Ia terbiasa dan profesional dalam menyampaikan pikiran di hadapan publik.[8] Keunggulannya adalah sajian materi pidato terasa lebih segar dan menarik. Kelemahannya adalah pidato tidak lancar dan kacau bagi pembicara pemula dan kemungkinan gagal menyampaikan isi pidato dengan baik cukup besar.
Menjabarkan kerangka (Ekstemporan)
jkarena sifatnya yang fleksibel. Pembicara dituntun oleh kerangka pidato yang telah dibuatnya. Dengan demikian, isi pidato dapat disampaikan secara runtut dan tak ada yang terlupakan. Sementara itu, pembicara bebas memandang pendengar untuk membina kontak batin. Pembicara juga bebas menyesuaikan pidatonya dengan situasi dan reaksi pendengar. Kalau kerangka dan catatan itu sudah dapat diingat, pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu Iebih baik lagi karena pembicara bisa Iebih konsentrasi meningkatkan kualitas pidatonya agar Iebih menarik. Keunggulan metode pidato ini adalah pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan, penyampaian isi pidato runtut, kemungkinan salah kecil, dan komunikatif. Sedangkan Kelemahannya adalah tangan kurang bebas bergerak karena memegang kertas dan terkesan kurang siap karena sering melihat catatan.[9]