Tionghoa Maluku

Tionghoa Maluku
Keluarga Tionghoa di Ternate
Daerah dengan populasi signifikan
Maluku,termasuk Ambon dan sekitarnya
Agama
Kristen, Islam,Buddha

Tionghoa Maluku adalah komunitas keturunan Tionghoa-Indonesia yang mendiami wilayah Maluku.[1][2]Sebagian dari Tionghoa Maluku ini sudah berasimiliasi dengan warga lokal sehingga ada yang berkulit sawo matang bahkan coklat gelap layaknya warga Maluku pada umumnya.

Kedatangan

Tak banyak catatan sejarah yang terungkap dari eksistensi etnis Cina di Maluku. Sumber-sumber terdahulu menyebut, keberadaan orang Tionghoa tercatat sejak Dinasti Tang pada tahun 618-906. Itu gelombang pertama yang masuk ke Maluku, tetapi tidak disebutkan di kota mana. Kedatangan mereka dengan satu tujuan, yaitu pencarian rempah-rempah.[3][4][5]

Hubungan dengan Maluku

Hubungan antara Tiongkok dan Nusantara sudah terjalin berabad-abad lamanya, bahkan sebelum negara ini berdiri. Di masa kini etnis Tionghoa hidup berdampingan dengan etnis lainnya dengan damai selama berabad-abad dan mempengaruhi cara hidup masyarakat setempat. Keramik-keramik tertua Tionghoa yang tertua berasal dari Dinasti Song, ditemukan dalam jumlah besar hal ini merupakan bukti bahwa orang-orang Tionghoa telah datang sebelum abad ke 16-17 (Yerri Wirawan, 2002:9).

Maluku sudah tercatat dalam tambo dinasti Tang di negeri China (618-906) yang menyebut tentang ‘Miliku’, yaitu suatu daerah yang dipakai sebagai patokan penentuan arah ke kerajaan Holing (Kalingga) yang ada di sebelah Barat.

W.P. Groenveldt memperkirakan ‘Mi-li-ku’ ini sebagai Maluku yang artinya sekurang-kurangnya Maluku sudah dikenal di negeri China pada abad ke-7.

J.C. Van Leur menyebut:‘Sejak abad pertama Masehi, Indonesia sudah turut mengambil bagian dalam perdagangan Asia Purba dengan jalan niaga yang melalui Asia Tenggara dari China di Timur ke Laut Tengah di bagian barat.

Pada waktu itu Indonesia terkenal sebagai pengekspor rempah-rempah, bahan obat-obatan, kayu berharga, hasil-hasil hutan, binatang dan burung yang indah. Cengkih adalah satu-satunya tanaman yang hanya terdapat di Maluku waktu itu. Pedagang-pedagang dan pelaut-pelaut China mengetahui Maluku sebagai penghasil cengkeh, akan tetapi mereka merahasiakan jalan

Dokumen China pada masa dinasti Ming (1368-1643) menceritakan tentang keberadaan Maluku yang terletak di laut Tenggara.

Sebelum itu, dan sampai dengan 1421, peta navigasi China mengenai keberadaan pulau rempah-rempah disimpan sebagai dokumen rahasia, dan yang dipublikasi adalah peta yang sudah diubah sistem navigasinya.

Disebutkan bahwa Maluku memiliki ‘gunung dupa’, dan jika telah ‘turun hujan’, maka dupa itu berjatuhan menutupi tanah sehingga penduduk tidak mampu menghimpunnya karena banyaknya. Tempat menyimpannya banyak dan kemudian dibawa ke perahu-perahu pedagang untuk dijual.

Gavin Menzies bercerita panjang lebar tentang bagaimana ekspansi dagang dan armada laut China menerobosi lautan dan membuat peta pelayaran lalu untuk sekian waktu lamanya ‘menyembunyikan’ Maluku sebagai pulau rempah-rempah, beberapa abad kemudian baru diketahui oleh orang-orang Eropa.


Wilayah Persebaran

Berikut daftar wilayah persebaran warga Tionghoa di Kepulauan Maluku

No. Kabupaten/kota Ibu kota Lambang
Peta lokasi
1 Kabupaten Buru Namlea
2 Kabupaten Buru Selatan Namrole
3 Kabupaten Kepulauan Aru Dobo
4 Kabupaten Kepulauan Tanimbar Saumlaki
5 Kabupaten Maluku Barat Daya Tiakur
6 Kabupaten Maluku Tengah Masohi
7 Kabupaten Maluku Tenggara Langgur
8 Kabupaten Seram Bagian Barat Piru
9 Kabupaten Seram Bagian Timur Bula
10 Kota Ambon Maluku
11 Kota Tual -


No. Kabupaten/kota Ibu kota Lambang
Peta lokasi
1 Kabupaten Halmahera Barat Jailolo
2 Kabupaten Halmahera Tengah Weda
3 Kabupaten Halmahera Timur Kota Maba
4 Kabupaten Halmahera Selatan Labuha
5 Kabupaten Halmahera Utara Tobelo
6 Kabupaten Kepulauan Sula Sanana
7 Kabupaten Pulau Morotai Daruba
8 Kabupaten Pulau Taliabu Bobong
9 Kota Ternate -
10 Kota Tidore Kepulauan -


Nama Keluarga

Marga yang umum di kalangan Tionghoa Indonesia terutama di kawasan Maluku:

  • Cia/Tjia (Hanzi: 謝, hanyu pinyin: xie)
  • Gouw/Goh/Go (Hanzi: 吳, hanyu pinyin: wu)
  • Kang/Kong (Hanzi: 江, hanyu pinyin: jiang)
  • Lauw/Lau (Hanzi: 劉, hanyu pinyin: liu)
  • Lee/Lie (Hanzi: 李, hanyu pinyin: li)
  • Oey/Ng/Oei (Hanzi: 黃, hanyu pinyin: huang)
  • Ong (Hanzi: 王, hanyu pinyin: wang)
  • Tan (Hanzi: 陳, hanyu pinyin: chen)
  • Tio/Thio/Theo/Teo (Hanzi: 張, hanyu pinyin:

zhang)

  • Lim (Hanzi: 林, hanyu pinyin: lin)

Salah satu fenomena umum di Indonesia adalah karena marga dilafalkan dalam dialek Hokkian, sehingga tidak ada satu standar penulisan (romanisasi) yang tepat. Hal ini juga menyebabkan banyak marga-marga yang sama pelafalannya dalam dialek Hokkian, kadang-kadang merupakan marga yang sama sesungguhnya tidak demikian.

  • Tio selain merujuk kepada marga Zhang (張) dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Zhao (趙)
  • Ang selain merujuk kepada marga Hong (洪) dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Weng (翁)

Beberapa nama Tionghoa juga berasimilasi menjadi nama Maluku yang umum.

    • Tan dan Oei dikenal sebagai Afaratu[6], yang merupakan salah satu nama keluarga di Maluku
    • Tan dikenal sebagai Tanlain
    • Gan dikenal sebagai Ganwarin
    • Lie dikenal sebagai Lerebulan
    • Oa dikenal sebagai Hamenda
    • Go dikenal sebagai Gosal
    • Go dikenal sebagai Gosan

Referensi