Penduduk Tanjung Pura banyak berasal dari suku Melayu yang biasa disebut Melayu Langkat yang memiliki adat-istiadat serta kebudayaan dan bahasa yang mirip dengan orang Melayu di negara tetangga yakni Malaysia (terutama Kedah & Perak), Sehingga lingkungan tradisi budaya Melayu Malaysia masih berhubungan sangat kental dengan kawasan ini, meskipun kini telah ada perbedaan yang cukup signifikan dari adat budayanya.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2020,[3] penduduk Tanjung Pura sangat heterogen dengan mayoritas bersuku bangsa Melayu. Adapun besaran penduduk Tanjung Pura menurut etnik/kelompok etnis mayoritas ialah Melayu Langkat serta sebagian kecil sub-suku Melayu lainnya seperti: Melayu Deli & Melayu Tamiang dengan persentase sebanyak 42,28%, kemudian disusul oleh Jawa dengan persentase sebanyak 36,49%, Karo dengan persentase 8,30%, Orang Batak sebanyak 6,00% dengan mayoritas (Mandailing 2,04% serta Toba sebanyak 1,59%, Simalungun sebanyak 1,34%, kemudian Angkola 1,03%).[3] Penduduk Warga Tionghoa sebanyak 3,79%, diikuti orang Minangkabau sebanyak 1,66%, kemudian Aceh sebanyak 1,24%, Nias 0,17% dan suku lainnya seperti: (Tamil-India, Arab, dan lain-lain) sebanyak 0,07%.[3]
Sedangkan agama yang dianut penduduk Tanjung Pura, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2024 mencatat bahwa mayoritas warga memeluk agama Islam yakni 96,81%. Selebihnya menganut agama Buddha yakni 2,27%, diikuti penganut agama Kristen sebanyak 0,89% (Protestan 0,78% dan Katolik 0,11%), dan sebagian kecil Hindu yakni 0,03%.[4] Rumah ibadah yang ada di kecamatan ini terdapat 51 masjid, 91 musala, kemudian 3 vihara dan 1 gereja Protestan yang terletak di Pekan Tanjung Pura.[2]