Museum Batiwakkal adalah sebuah museum yang berada di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Museum yang terletak di kecamatan Gunung Tabur[1] ini dibangun pada tahun 1990[2] dan dibuka untuk umum pada tahun 1992.[3] Museum ini juga merupakan renovasi ulang dari bentuk asli Keraton Gunung Tabur.[4] Bagi para pengunjung yang tertarik datang ke Museum Batiwakkal, lokasinya sekitar 40 menit dari Kabupaten Berau. Museum ini dibuat oleh Aji Putri Nurhayati, Aji Putri Kannik Berau Sanipah, Aji Putri Nural Aini, dan Aji Iskandar Ayoeb.[5] Museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau. Jenis koleksi yang dimiliki oleh museum Batiwakkal ini yaitu historika, etnografika, keramologika, biologika, numismatika, dan heraldika. Koleksi unggulannya yaitu Singgasana Kesultanan Gunung Tabur, Sulimbar, dan Walasugi Walagandi.[6]
Sejarah
Kini bernama Kabupaten Berau, tapi dahulu bernama Kerajaan Berau. Kerajaan ini berhasil menguasai hampir setengah pulau hingga batas ke Brunei dan Kutai. Kerajaan Berau ini berada di Kalimantan Utara. Kerajaan Berau terpecah menjadi Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung. Kala itu yang menjadi Raja di kerajaan Berau bernama Aji Dilayas. Ia memiliki dua orang istri yang keduanya melahirkan dua putra mahkota. Kerajaan memiliki aturan, jika Aji Dilayas mangkat maka penggantinya adalah putra mahkota dari istri pertama. Apabila putra mahkota dari istri pertama mangkat, maka digantikan oleh putra mahkota dari istri kedua. Awalnya Pangeran Tua sebagai putra mahkota dari istri pertama diangkat menggantikan Aji Dilayas yang mangkat. Lalu ketika Pangeran Tua meninggal, Pangeran Dipati sebagai putra mahkota dari istri kedua naik tahta. Namun ternyata Pangeran Dipati melanggar aturan tersebut dengan mengangkat puteranya Aji Kuning menjadi raja. Baru setelah Aji Kuning mangkat, Sultan Hasanuddin yang merupakan putra dari Pangeran Tua naik tahta. Karena aturan tersebut dilanggar, kerjaan Berau terpecah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung. Kini, keraton kesultanan Gunung Tabur dijadikan museum yang bernama Battiwakal.[7]
Koleksi
Kata "Batiwakkal" memiliki arti jerih payah masyarakat yang tidak pernah menyerah dalam menjalankan tugas. Di museum Batiwakkal ini pengunjung dapat melihat benda yang pernah dipakai oleh keluarga kerajaan pada masa tersebut. Contohnya, seperti singgasana, dispenser yang dibuat dari keramik, juga ada timbangan untuk bayi. Di teras depan, terdapat dua pos yang berisi meriam. Pada masanya, meriam ini memiliki fungsi untuk perang melawan Belanda. Koleksi lainnya ada baju yang biasa dipakai oleh raja, senapan, meja dan kursi rapat, dan pernak-pernik lainnya yang kebanyakan terbuat dari keramik dan kayu. Barang-barang tersebut berada di ruangan utama dan disimpan rapi oleh pengelola. Bangunan utama ini pernah hancur sebelumnya di tahun 1945, kemudian direnovasi kembali pada tahun 1990. Estimasi bagi para pengunjung untuk berkeliling di museum ini sekitar 1-2 jam.[8]
Referensi