Istana Malige

Istana Sultan Buton (disebut Kamali atau Malige) yang terletak di Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara.[1] Istana Malige merupakan bangunan peninggalan Sultan Buton XXXVII (Sultan Muhamad Hamidi Kaimudin).[2] Istana ini didirikan dengan struktur bangunan tanpa satu pun paku besi.[1] Meskipun, didirikan hanya dengan saling mengait tanpa tali pengikat ataupun paku, tetapi istana ini dapat berdiri dengan kokoh dan megah di atas sandi yang menjadi landasan dasarnya.

Struktur bangunan

Rumah adat Buton atau Istana Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin ke atas bangunan makin kecil atau sempit ruangannya, tetapi di lantai keempat sedikit lebih melebar. Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala dan semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong. Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai sultan atau rumah anggota adat Kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton.

Susunan Ruangan

Adapun susunan ruangan dalam istana ini adalah sebagai berikut:

  1. Lantai pertama terdiri dari tujuh petak atau ruangan, ruangan pertama dan kedua berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau ruang sidang anggota Hadat Kerajaan Buton. Ruangan ketiga dibagi dua, yang sebelah kiri dipakai untuk kamar tidur tamu, dan sebelah kanan sebagai ruang makan tamu. Ruangan keempat juga dibagi dua, berfungsi sebagai kamar anak-anak sultan yang sudah menikah. Ruang kelima sebagai kamar makan sultan, atau kamar tamu bagian dalam, sedangkan ruangan keenam dan ketujuh dari kiri ke kanan dipergunakan sebagai kamar anak perempuan sultan yang sudah dewasa, kamar sultan dan kamar anak laki-laki sultan yang dewasa.
  2. Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah kamar, yaitu tujuh kamar di sisi sebelah kanan dan tujuh kamar di sisi sebelah kiri. Tiap kamar mempunyai tangga sendiri-sendiri hingga terdapat tujuh tangga di sebelah kiri dan tujuh tangga sebelah kanan, seluruhnya 14 buah tangga. Fungsi kamar-kamar tersebut adalah untuk tamu keluarga, sebagai kantor, dan sebagai gudang. Kamar besar yang letaknya di sebelah depan sebagai kamar tinggal keluarga sultan, sedangkan yang lebih besar lagi sebagai aula.
  3. Lantai ketiga berfungsi sebagai tempat rekreasi.
  4. Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran. Di samping kamar bangunan Malige terdapat sebuah bangunan seperti rumah panggung kecil, yang dipergunakan sebagai dapur, yang dihubungkan dengan satu gang di atas tiang pula. Di anjungan bangunan ini dipergunakan sebagai kantor anjungan. Pada bangunan Malige terdapat dua macam hiasan, yaitu ukiran naga yang terdapat di atas bubungan rumah, serta ukiran buah nenas yang tergantung pada papan lis atap, dan di bawah kamar-kamar sisi depan. Adapun kedua hiasan tersebut mengandung makna yang sangat dalam, yakni ukiran naga merupakan lambang kebesaran K,erajaan Buton. Sedangkan ukiran buah nenas, dalam tangkai nenas itu hanya tumbuh sebuah nenas saja, melambangkan bahwa hanya ada satu sultan di dalam Kerajaan Buton. Bunga nenas bermahkota, berarti bahwa yang berhak untuk dipayungi dengan payung kerajaan hanya Sultan Buton saja. Nenas merupakan buah berbiji, tetapi bibit nenas tidak tumbuh dari bibit itu, melainkan dari rumputnya timbul tunas baru. Ini berarti bahwa Kesultanan Buton bukan sebagai pusaka anak beranak yang dapat diwariskan kepada anaknya sendiri. Falsafah nenas ini dilambangkan sebagai Kesultanan Buton, dan Malige Buton mirip rongga manusia.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b kendarinesia, Redaksi. "Melihat Kokohnya Istana Malige: Berdiri 4 Lantai Tanpa Paku Satu Pun". Kumparan. Diakses tanggal 2021-02-10. 
  2. ^ Neke, Defriatno. Hardoko, Ervan, ed. "Mengenal Istana-istana Tempat Tinggal Sultan Buton". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-02-10.