Kecamatan Mandiraja merupakan bagian dari wilayah administrasi kabupaten Banjarnegara, terletak di bagian barat daya ditinjau dari tata letak dan geografis dari wilayah tersebut. Tipe daerah atau bentuk permukaan tanahnya termasuk daerah aliran sungai Serayu, yang membentang dari arah yang sama, dibatas utara yang membatasi kecamatan mandiraja dengan kecamatan rakit.
Ketinggian wilayah dari permukaan laut dalam meter menurut desa di kecamatan Mandiraja
Desa
Ketinggian
Salamerta
94
Glempang
88
Kebanaran
114
Kaliwungu
132
Somawangi
132
Jalatunda
182
Kebakalan
131
Mandirajawetan
132
Mandirajakulon
132
Banjengan
128
Kertayasa
137
Candiwulan
102
Simbang
113
Purwasaba
91
Blimbing
95
Panggisari
102
Jarak dari ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten yang membawahinya sekitar 21 kilometer dan terletak pada ketinggian 132 meter dari permukaan laut. Kondisi wilayahnya terdiri atas daerah dataran dan perbukitan. Desa Salamerta, desa Glempang, desa Kebanaran, desa Somawangi, dan desa Jalatunda merupakan desa dengan kondisi permukaan tanahnya perbukitan, sedangkan 11 desa lainnya merupakan daerah dataran rendah.
Kecamatan ini memiliki sumber daya alam berupa hutan produksi yang dikelola oleh perum perhutani dengan total luas mencapai 687 hektar, sumber daya alam tersebut tersebar di 6 desa yaitu: desa salamerta seluas 150 hektar, Glempang seluas 151 hektar, Kebanaran seluas 81 hektar, Kaliwungu, Jalatunda, Somawangi masing-masing sebanyak 120 hektar, 80 hektar, dan 105 hektar.
Jarak kantor desa ke kantor kecamatan sekitar 0,5-9,0 m Dengan rata-rata jarak 4,5 km, sedangkan jarak kantor desa ke kantor kabupaten antara 20,0-30,0 km, dengan rata-rata jarak 25,10 km.
Luas wilayah desa dan persentase di kecamatan mandiraja
Desa
Luas (hektar)
Persentase
Salamerta
472,74
8,98
Glempang
569,91
10,83
Kebanaran
521,69
9,92
Kaliwungu
529,73
10,07
Somawangi
690,00
13,11
Jalatunda
684,66
13,01
Kebakalan
86,39
1,64
Mandirajawetan
150,85
2,87
Mandirajakulon
177,97
3,38
Banjengan
124,68
2,37
Kertayasa
343,43
6,53
Candiwulan
111,59
2,12
Simbang
158,50
3,02
Purwasaba
282,16
5,36
Blimbing
97,56
1,85
Panggisari
259,74
4,94
Jumlah
5.261,57
100,00
Batas Wilayah
Kecamatan Mandiraja terletak diantara 7°46'96.5" Lintang Selatan (LS) hingga 109°50'31.8" Bujur Timur (BT) dan berbatasan dengan:[4]
Kecamatan mandiraja merupakan daerah iklim tropis, banyaknya curah hujan di kecamatan mandiraja sebesar 85 hari. Kelembaban udara berkisar antara ±50-95% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juli-September. Rata-rata curah hujan tahunan di kecamatan mandiraja adalah ±2.586mm/tahun dengan jumlah hari hujan ±188 hari. Musim hujan di kecamatan Mandiraja terjadi pada bulan Oktober-April dan musim kemarau pada bulan Juni-September.[5]
Secara administrasi kecamatan Mandiraja terdiri dari 16 desa, 387 RT, dan 73 RW. Jumlah perangkat desa dari tahun 2014, sebanyak 188 perangkat desa, dengan rincian jenis kelamin adalah 172 laki-laki dan 16 perempuan. Secara kualitas dari sisi pendidikan SLTA sebesar 53,19% dan dari perguruan tinggi sebesar 21,28%. Perangkat desa dengan kelompok umur dibawah 36 tahun 27,13%, kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 32,98%, dan perangkat desa dengan kelompok umur di atas 45 tahun sebanyak 39,89%. Jika ditinjau dari masa kerjanya, sekitar 27,66% perangkat desa memiliki masa kerja yang cukup lama, dengan masa kerja 10-20 tahun dan 57,98% memiliki masa kerja dibawah 10 tahun serta sisanya sebanyak 14,36% memiliki masa kerja lebih dari 21 tahun.
Pada tahun 2020, berdasarkan sensus BPS, kecamatan ini memiliki penduduk sebesar 78.090 jiwa yang tersebar di 16 desa di kecamatan mandiraja.[9].Jumlahnya meningkat di bandingkan dengan sensus penduduk 2010 yang berjumlah 63.679 jiwa. Mandiraja merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar ke tiga di kabupaten banjarnegara setelah kecamatan Punggelan dan Purwanegara. Penduduk di kecamatan mandiraja dengan perbandingan rasio jenis kelamin sebesar 96,22 persen dengan pertumbuhan penduduk 1.99%.
Dari persebaran penduduk yang ada, desa dengan jumlah penduduk terbesar adalah desa Somawangi dengan 9.113 jiwa dan desa Kebakalan dengan jumlah penduduk terkecil sebanyak 1.630 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Mandiraja tahun 2020 mencapai 1.484 jiwa/km², meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 1.442 jiwa/km². Bila dilihat perdesanya, desa mandirajakulon merupakan wilayah terpadat, dengan 3.543 jiwa/km², dan desa Jalatunda sebagai wilayah paling jarang penduduknya dengan kepadatan hanya 1.088 jiwa/km².
Mayoritas Penduduk Kecamatan Mandiraja memeluk agama Islam dan sebagian kecil memeluk agama Kristen, Pemeluk Agama Kristen Kebanyakan bermukim di daerah Mandirajakulon, Somawangi dan Kertayasa. Selain itu terdapat pula penganut agama Budha, Kepercayaan dan Konghucu dalam jumlah yang relatif sedikit. Persentase penganut agama di Kecamatan Mandiraja.
Produk Unggulan Di beberapa desa di kecamatan Mandiraja :[14]
Desa
Produk Unggulan
Kertayasa
Batik Tulis, Kerajinan Bambu, Aplikasi Pupuk Sapi
Mandirajawetan
Produksi Kulit Lumpia, Pengembangan Pupuk organik
Salamerta
Industri Tikar, Industri Emping Melinjo, Gula Merah, Pawon batu, kayu
Simbang
Budidaya Ikan Gurame, Dan Ikan Lele
Panggisari
Tungku, Pawon, Industri Bata Merah, Pupuk Organik
Kaliwungu
Produksi Sari Buah jambu biji merah, sirsak, asam Jawa, keripik pisang rajawali aneka rasa, kerupuk jagung, dan rengginang ketela, budidaya kambing semi insentif, kerajinan bambu
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Mandiraja tahun 2013 mencapai 208,27 milyar. Pertumbuhan ekonomi Mandiraja tahun 2013 sebesar 5,35% lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya. Sebagian besar masyarakat Mandiraja menyandarkan hidupnya pada sektor industri. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDRB Mandiraja sebesar 32,59%.[15]
Besarnya PDRB kecamatan Mandiraja menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku 2012-2014 (Jutaan Rp)
Lapangan usaha
2012
2013
2014
Pertanian
112.841
128.201
134.505
Pertambangan&Penggalian
1.582
1.940
2.031
Industri
157.267
182.424
207.681
Listrik ,Gas dan Air minum
1.988
2.299
2.657
Bangunan
26.282
29.557
33.762
Perdagangan
74.975
81.348
94.141
Angkutan
15.436
17.737
20.231
Bank dan lembaga keuangan
46.112
53.426
60.746
Jasa
56.431
62.823
68.711
PDRB
502.919
559.760
624.270
Industri dan perdagangan
Banyak usaha atau perdagangan di sektor industri pengolahan di Mandiraja pada tahun 2013 adalah 6.767 usaha. Industri pengolahan masih didominasi oleh usaha industri rumah tangga dengan jumlah usaha di sektor rumah tangga sebanyak 6.767 usaha dari total jumlah usaha. Sarana perekonomian di Mandiraja dari tahun ke tahun tidak ada perubahan yang berarti kecuali pada jumlah warung kelontong yang mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 12 warung kelontong atau sebesar 12,26% dari tahun sebelumnya tahun 2012, dan yang lebih menarik adalah makin bertambah nya toko swalayan hingga tahun 2013 sebanyak 5 toko swalayan. Pada tahun yang sama, usaha sound system sudah tidak ada lagi keberadaannya.
Indeks Desa Membangun
IDM secara teknokrasi disusun sesuai dengan konsep kebijakan pembangunan desa untuk mencapai 9 tujuan UU desa sebagai amanah UU desa, melaksanakan amanah peraturan presiden no 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 serta sejalan otoritas mandat Perpres no 12 tahun 2015 tentang kementerian desa PDTT dan memegang teguh amanah dan mandat konstitusi UUD 1945 beserta peraturan perundang-undangan yang ada dalam NKRI , memujudkan falsafah negara Pancasila sebagai acuan pembangunan, sekaligus menghormati keberagaman desa dengan paradigma bhinneka tunggal Ika.
Sebagai basis data IDM disusun dengan menggunakan data podes tahun 2014 yang terdiri dari 3 (tiga) dimensi yaitu: 1) sosial 2) ekonomi 3) budaya. Ketiga dimensi terdiri dari variabel dan setiap variabel diturunkan menjadi indikator operasional. Jumlah variabel dalam IDM sebanyak 22 variabel dan indikator sebanyak 52 indikator, indikator mengklarifikasi Desa dalam 5 (lima) status, yakni:[16]
Desa Sangat Tertinggal : nilai IDM < 0,491),
Desa Tertinggal : nilai 0,491 < IDM < 0,599),
Desa Berkembang : nilai 0,599 < IDM < 0,707),
Desa Maju : nilai 0,707 < IDM < 0,815),
Desa Mandiri : nilai IDM > 0,815).
Kode Desa
Nama Desa
IDM 2020
Status
33004301
Salamerta
0.7033
Desa Maju
33004302
Glempang
0.7206
Desa Maju
33004303
Kebanaran
0.6833
Desa Berkembang
33004304
Kaliwungu
0.6849
Desa Berkembang
33004305
Somawangi
0.6684
Desa Berkembang
33004306
Jalatunda
0.6776
Desa Berkembang
33004307
Kebakalan
0.6740
Desa Berkembang
33004308
Mandirajawetan
0.7819
Desa Maju
33004309
Mandirajakulon
0.8446
Desa Mandiri
33004310
Banjengan
0.6832
Desa Berkembang
33004311
Kertayasa
0.6846
Desa Berkembang
33004312
Candiwulan
0.6722
Desa Berkembang
33004313
Simbang
0.6343
Desa Berkembang
33004314
Purwasaba
0.7827
Desa Maju
33004315
Blimbing
0.6852
Desa Berkembang
34004316
Panggisari
0.7165
Desa Maju
Transportasi
Kendaraan bermotor
Banyaknya kendaraan bermotor di kecamatan Mandiraja menurut desa dan jenisnya 2018.[17][18]
Desa
Motor Roda dua
Mobil
Truk/Bus
Salamerta
217
15
3
Glempang
359
9
4
Kebanaran
297
8
1
Kaliwungu
219
15
2
Somawangi
707
18
6
Jalatunda
203
4
0
Kebakalan
101
6
2
Mandirajawetan
400
22
9
Mandirajakulon
566
29
8
Banjengan
153
4
1
Kertayasa
371
11
4
Candiwulan
132
5
1
Simbang
110
8
2
Purwasaba
494
15
9
Blimbing
156
12
3
Panggisari
382
9
7
Jumlah
4.867
190
62
Pertanian
Padi & Palawija
Pada tahun 2014, Luas tanam padi di kecamatan Mandiraja dari 1.592 hektar menjadi 3.606 hektar. Pada tahun 2015, Lahan sawah dengan total jumlah produksi padi meningkat dari 9.546 ton pada tahun 2014 menjadi 22.943 ton pada tahun 2015. Sedangkan produktivitas padi cenderung berubah-ubah pada 2 tahun terakhir dengan kisaran 59.97 kuintal/ha tahun 2014 dan 63.63 kuintal/ha pada tahun 2015.
Produksi jagung mengalami penurunan dari 4.596 ton pada tahun 2014 menjadi 4.253 ton pada tahun 2015 dengan jumlah luas lahan tanaman jagung seluas 737 hektar menjadi 751 hektar lahan jagung. Produksi ubi kayu dalam dua tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan dibandingkan dengan produksi ubi kayu tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, tercatat produksi ubi kayu sebesar 21.790 ton yang produktivitasnya mengalami kenaikan pada tahun 2015 hingga 26.073 ton dengan luas jumlah tanam ubi kayu seluas 966 hektar.
Sayur-sayuran
Produksi sayur-sayuran yang ada di kecamatan Mandiraja tahun 2015 antara lain: Kacang panjang sebanyak 345 kuintal, petai sebanyak 828 kuintal, cabai besar sebanyak 360 kuintal, dan beberapa tanaman sayuran seperti cabai rawit, kangkung, dan ketimun. Beberapa produksi buah-buahan yang menjadi unggulan adalah produksi buah pisang sebanyak 844.000 kg, mangga sebanyak 231.300 kg, salak sebanyak 104.000 kg, jambu biji sebanyak 605.000 kg, Sawo sebanyak 68.200 kg, pepaya sebanyak 22.000 kg, dan beberapa buah-buahan antara lain duku, alpukat, belimbing, sirsak, dan jeruk besar. Untuk jenis tanaman perkebunan dengan produksinya berupa lada sebanyak 5,26 ton, kopi sebanyak 9,25 ton, kelapa sebanyak 2.375 ton, dan beberapa jenis tanaman perkebunan seperti tanaman kapulaga dan cengkeh.
Peternakan
Jumlah produksi ternak yang ada di kecamatan Mandiraja adalah ternak sapi dengan populasi sebanyak 655 ekor, dengan produksinya berupa daging sapi sebanyak 16.722 kg daging sapi, populasi kambing sebanyak 8.458 dengan jumlah produksi daging kambing sebanyak 4.899 kg. Populasi domba sebanyak 282 ekor dengan jumlah produksi daging domba sebanyak 561 kg, dan jumlah populasi kelinci sebanyak 977 ekor kelinci. Untuk jenis ternak unggas berupa ternak ayam dengan jumlah populasi sebanyak 299.620 ekor ayam, dan produksi telur ayam sebanyak 1.534.848 butir telur. sedangkan ternak itik sebanyak 12.880 ekor itik, dengan jumlah produksi telur sebanyak 848.016 butir, dan beberapa ternak yang diusahakan seperti ternak lain dengan populasi yang tidak begitu banyak.[19]
Statistik tanaman sayur-sayuran , Buah-buahan, dan tanaman perkebunan di Mandiraja 2015
Uraian
Luas Panen
Produksi
Cabai besar
8
642
Cabai rawit
4
331
Kangkung
6
435
Kacang panjang
7
830
Ketimun
4
420
Petai
2.685
2.010
Pisang
17.788
844.000
Salak
9.346
92.000
Jambu biji
2.500
86.000
Duku
150
5.000
Pepaya
851
30.000
Durian
16.550
244.200
Alpukat
255
3.700
Belimbing
336
14.800
Sawo
519
36.300
Sirsak
124
7.000
Jeruk besar
100
2.500
Mangga
5.761
1.407.200
Kapulaga
3,5
0,41
Lada
17,00
5,61
Kopi
46,00
9,59
Cengkeh
9,50
0,93
Kelapa
1.327,57
3.327,40
Pertambangan
Pada sektor pertambangan di Mandiraja terdapat usaha galian golongan C yang meliputi batu, pasir, tanah liat, dan tanah urug. Jumlah pemakaian bahan galian golongan menurut jenisnya galian pengelolaan, dengan jumlah pemakaian bagian galian berupa batu pada tahun 2014 ini sebanyak 9.232 tonase/m³, jumlah pemakaian pasir sebanyak 7.821 tonase/m³, jumlah pemakaian tanah liat sebanyak 52,49 m³, dan jumlah pemakaian tanah urug hanya sebanyak 29,24 m³. Sedangkan untuk luas Pertambangan berupa bahan galian golongan C yang sudah mendapatkan rekomendasi teknis di Mandiraja menurut data tahun 2013 tidak ada.
Sementara di Mandiraja untuk potensi bahan galian dan berat terkait bahan galian golongan C, tahun 2015 dengan jumlah potensi bahan galian sebanyak 4.348.575 m³, dengan berat terka sebanyak 50.743.096 m³. Dari jumlah potensi bahan galian di atas terbagi kedalam potensi bahan galian lempung sebanyak 3.236.075 m³, dan bahan galian zeolite sebanyak 1.112.500 m³, adapun jumlah berat terka bahan galian dengan berat terka bahan galian lempung sebanyak 47.850.596 m³, dan bahan galian zeolite sebanyak 2.892.500 m³.
Perumahan
Banyaknya proyek percontohan rumah sehat oleh PKK di Mandiraja pada tahun 2015 sebanyak 21.370 rumah. Proyek percontohan rumah sehat dikelompokkan menjadi 2 jenis rumah, yaitu rumah sehat dan rumah tidak sehat. Proyek rumah yang dijadikan proyek percontohan oleh PKK sebagai rumah sehat di Mandiraja tahun 2015 sebanyak 14.297 rumah, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan jumlah rumah sehat sebanyak 12.854 rumah sehat. Proyek rumah yang dijadikan percontohan oleh PKK dengan percontohan rumah kurang sehat di Mandiraja tahun 2015 juga meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya dengan jumlah rumah kurang sehat sebanyak 7.073 rumah yang dijadikan proyek percontohan oleh PKK. Jumlah keluarga pra sejahtera di kecamatan Mandiraja mengalami kenaikan dari jumlah 5.192 keluarga pada tahun 2014, menjadi 6.445 keluarga pada tahun 2015, dan jumlah keluarga sejahtera mengalami penurunan dari 14.671 keluarga menjadi 13.792 keluarga. Banyaknya proyek percontohan home industri di Mandiraja sebanyak 1.449 proyek. Sebagian besar proyek adalah proyek yang berhubungan dengan sektor pangan dengan persentase sebesar 57,42 persen, sektor lain-lain sebesar 19,81 persen, sektor jasa sebesar 15,60 persen, sektor sandang sebesar 5,73 persen, dan sisanya sebesar 1,45 persen merupakan sektor konveksi.
Sebagian besar keluarga di Mandiraja adalah keluarga sejahtera, dengan jumlah keluarga sejahtera sebanyak 13.792 keluarga yang terdiri dari keluarga sejahtera I,II Dan III+.
Pendidikan
Anak usia sekolah di kecamatan Mandiraja umur 7-12 tahun masih ada yang belum bersekolah hal ini terlihat dari angka partisipasi sekolah yang kurang dari 100% , anak usia sekolah umur 13-15 tahun yang bersekolah baru 96,40% berarti ada 3,60% tidak bersekolah, sedangkan pada anak usia sekolah 16-18 tahun hanya 52,14% yang bersekolah. Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan dengan fasilitas pendidikan pada jenjang pendidikan SD di Mandiraja tahun ajaran 2018/2019 seorang guru rata-rata mengajar 16 siswa murid SD , semakin tinggi jenjang pendidikan beban guru juga semakin bertambah , untuk jenjang pendidikan SLTP seorang guru rata-rata mengajar 25 orang murid SLTP.
Berikut adalah daftar sekolah di kecamatan Mandiraja:[20][21]
Sebagai upaya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Mandiraja terdapat 2 Puskesmas, 4 Puskesmas pembantu, dan 2 Puskesmas keliling sebagai sarana kesehatan masyarakat, menggerakkan program promosi kesehatan, penanggulangan, dan pencegahan penyakit menular. Semua itu ditangani 2 dokter umum/spesialis, 22 paramedis, dan 29 bidan. Terdapat 6 pondok rumah bersalin desa (polindes) yang bermanfaat untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Pada tahun 2015, sudah terdapat 120 pos pelayanan terpadu (posyandu). Dari 13.220 pasangan usia subur, 10.815 pasangan menjadi akseptor KB aktif pada tahun 2015, alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik dan pil masing-masing sebanyak 62,48% dan 15,20% dari total akseptor KB, sedangkan sisanya sebanyak 22,32% akseptor KB menggunakan alat kontrasepsi lainnya.[23][24]
adalah makanan yang terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian digoreng dengan tepung yang sudah diberi bumbu dan digoreng setengah matang.[25]
Sroto
adalah makanan khas Mandiraja selain sroto sokaraja, makanan ini dapat ditemui di jalan-jalanan umum di Mandiraja . Perbedaan mendasar antara sroto dengan soto pada umumnya terletak pada sambalnya yaitu sambal kacang yang legit menggunakan ketupat bukan nasi serta diberi taburan suwiran daging ayam dan kerupuk.[26]
adalah makanan ringan yang ada di kecamatan Mandiraja, Ondol terbuat dari bahan singkong yang diparut lalu di beri bumbu setelah itu digoreng hingga kering. Makanan ringan ini banyak dijumpai di pasar-pasar ataupun pedagang keliling di daerah Mandiraja.
Tahu masak Adalah sejenis kudapan kupat tahu di kecamatan mandiraja , Di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga Makanan ini disebut Gecot. Makanan ini utamanya terdiri dari Kupat landan, tahu, irisan kubis yang sebelumnya di cuci bersih, kecambah, sedikit irisan seledri, kerupuk, perasan jeruk purut, dan disiram dengan bumbu kacang dan kecap manis.[27]
Tahu brontak Adalah makanan yang terbuat dari tahu dengan isi sayuran didalamnya, tahu ini lalu digoreng menggunakan tepung yang sebelumnya di beri bumbu, makanan ini disebut 'Tahu Brontak' karena saat digoreng sayuran yang berada didalam tahu pada keluar maka sebab itulah makanan ini dinamai Tahu Brontak.[28]
Media massa dan komunikasi
Televisi
Daftar Stasiun televisi lokal dan nasional yang dapat disaksikan di wilayah Kecamatan Mandiraja
Kentongan adalah kesenian khas Mandiraja, asal kata kentongan sendiri dari sebuah alat yang bernama kentong, dimana alat musik kentong ini adalah alat komunikasi tradisional yang terbuat dari bambu ataupun kayu dan digunakan untuk memberi Informasi kepada masyarakat dengan isyarat atau ketukan-ketukan tertentu.[29]
Lengger adalah kesenian khas Mandiraja ataupun Banyumas yaitu berupa tarian tradisional yang dimainkan oleh 2 atau 4 orang perempuan yang di dandani pakaian khas , kesenian Lengger banyumasan ini diiringi musik calung, gamelan yang terbuat dari bambu.[30]
Ebeg merupakan bentuk kesenian tari tradisional yang ada di daerah Mandiraja, yang menggunakan kuda lumping yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberikan rambut, tarian Ebeg ini menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda, gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh penari Ebeg.[31]
Calung adalah sebuah nama Alat musik yang cukup terkenal di wilayah Mandiraja, kata "Calung" sendiri berasal dari bahasa banyumasan yang artinya "CArang wuLUNG"/(bambu Wulung". Calung sendiri adalah alat musik purwarupa jenis idiofon yang terbuat dari bambu, cara memainkan Calung adalah dengan memukul bilah atau ruas.[32]
Bongkel Adalah alat musik yang ada di wilayah kecamatan mandiraja, bentuk alat musik ini mirip dengan angklung . Bongkel merupakan sebuah instrumen musik bambu yang merupakan hasil karya dari masyarakat pedesaan agraris di wilayah Banyumasan.[33]
Wayang kulit Pertunjukan wayang kulit di Mandiraja cenderung mengikuti pedalangan gaya gragrag/banyumas Wayang Kulit gragrag sendiri merupakan salah satu gaya pedalangan di tanah Jawa yang lebih dikenal dengan istilah pakeliran dan berperan sebagai bentuk seni Klangenan serta dijadikan wahana untuk mempertahankan nilai etika, devosional dan hiburan yang kualitasnya selalu terjaga dan ditangani sungguh-sungguh oleh pakar seni yang benar. Seni pedalangan Wayang Kulit Di Mandiraja hampir sama dengan gaya Yogya-Solo baik dalam cerita suluk maupun sabetanya , bahasa yang dipergunakan pun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya saja para punakawan diucapkan dengan bahasa Jawa Banyumasan . Nama-nama tokoh wayang umumnya sama hanya nama beberapa tokoh yang berbeda seperti Bagong(Surakarta) menjadi bawor Jika dalam punakawan Yogya-Solo sendiri , Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar dalam versi Banyumasan menjadi anak tertua, ciri utama dari Wayang Kulit ini adalah nafas kerakyatannya yang kental dan dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat.[34]
Bahasa
Bahasa Jawa dialek Mandiraja atau Dialek Banyumas atau yang biasa disebut bahasa penginyongan merupakan bahasa yang dituturkan di wilayah Mandiraja, umumnya mereka menggunakan dialek ini untuk berkomunikasi sehari-hari, bahasa Jawa dialek Banyumas dikenal dengan bicaranya yang khas, dialek ini disebut Banyumasan.[35] Beberapa daerah yang menggunakan bahasa Jawa dialek banyumasan antara lain berada di daerah karesidenan Banyumas, sebagian Kebumen dan beberapa desa di kabupaten Pangandaran, Ciamis dan Kota Banjar. Sebagian besar kosakata asli dari dialek Banyumas tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar, baik secara morfologi maupun fonetik. Berikut berbandingan kosakata dialek Mandiraja dengan Bahasa Jawa Yogya-Solo, Sunda, Indonesia, dan Inggris:[36]
Tempat wisata di kecamatan Mandiraja antara lain:[37][38][39]
Bukit Watu Sodong
Adalah objek wisata panorama alam dan wisata berkonsep agro berupa barisan pohon durian sepanjang jalan. Masuk lokasi, sebelum memulai perjalanan mendaki bukit watu Sodong menyuguhkan panorama alam yang menakjubkan bagi yang gemar ber-swa foto. Mengunjungi tempat ini adalah, pilihan tepat, karena banyak spot cantik dengan latar belakang pemandangan alam yang indah ada rumah pohon, jembatan kayu, rumah jamur, dan dapat juga dapat berfoto di bebatuan besar eksotik.
Kepala desa Glempang, Nowo Wikarto menjelaskan, nama 'Watu Sodong' konon berasal dari kata watu (batu) dan sodong (rumah babi hutan), yang mengandung arti batu yang digunakan sebagai rumah babi hutan. Awal mulanya, Watu Sodong hanya bukit atau hutan dengan bebatuan besar dan pohon-pohon Pinus yang tumbuh rindang. Saat itu, akses menuju lokasi sangat sulit jangankan kendaraan, jalan kaki saja sulit dan melewati pohon-pohon yang sangat rimbun.
Lahan seluas itu sejak dulu dimanfaatkan warga sekitar untuk membantu perekonomian mereka. Selain ditanami pinus, hutan ini juga ditanami aneka palawija seperti singkong, kacang tanah, jagung, dan ubi. Setelah beberapa tahun, para pemuda di desa Glempang memperbaiki akses jalan menuju hutan agar saat pengambilan hasil kebun warga dapat dengan mudah membawa alat transportasi seperti motor saat menaiki bukit tersebut. Setelah akses jalan terealisasi, para pemuda membuat rencana besar mengubah Watu Sodong menjadi tempat yang dapat dinikmati karena pemandangannya yang indah, seperti melihat matahari terbit di pagi hari, pepohonan yang rimbun serta semilir angin yang menenangkan hati di sore hari. Ide kreatif pemuda mendapat respon positif dari Perum Perhutani untuk mengubah hutan tersebut menjadi kawasan ekowisata dengan nama Bukit Watu Sodong pada 31 Desember 2017.
Mandiraja View Garden
Adalah tempat wisata taman bunga di desa Mandirajawetan. Taman bunga Mandiraja view garden menjadi salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi oleh pecinta taman bunga. Banyak spot foto dan aneka bunga penuh warna di taman ini. Selain itu, aneka ornamen unik seperti konsep kolam yang dilengkapi tempat duduk, spot bambu kuning, dsn sebagainya. Hamparan warna-warni bunga tersebar di sisi tengah hingga selatan taman, tidak ada biaya tambahan untuk berfoto diberbagai spot swafoto yang ditambahkan oleh pengelola taman bunga, semua spot foto gratis, pengunjung hanya menjaganya agar tidak rusak. Taman bunga ini baru dibuka sekitar pertengahan bulan Desember 2019.
Bukit Rumpit Bike Park Salamerta
Sejumlah pemuda di Desa Salamerta menyulap desanya sebagai salah satu tujuan rekreasi alam yang bernama Bukit rumpit bike park. Tempat bagi pecinta olahraga sepeda berwisata alam dan melepas penat. Inisiator Bukit Rumpit Bike Park, Kartono berkata, lokasinya yang berada di jajaran perbukitan kabupaten Banjarnegara bagian selatan menjadi pesona dan tantangan tersendiri. Warga bekerja sama dengan lembaga masyarakat desa hutan dan perhutani karena sebagian besar memang menggunakan lahan milik perhutani. Di lokasi ini, pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan jalan kaki mendaki bukit rumpit bike park serta mencoba sensasi naik sepeda di puncak perbukitan. Spot untuk berfoto juga tersedia dan beberapa fasilitas pendukung lainnya. Pengunjung dapat berfoto di atas bebatuan di lorong dan rumah pohon yang dilengkapi dengan pegangan sehingga aman bagi pengunjung. Bagi yang ingin menginap tersedia juga camping ground, sehingga tepat untuk mengisi liburan bersama dengan keluarga.
Khusus bagi pecinta olahraga sepeda gunung terdapat jalur sepanjang 5 km menyusuri puncak perbukitan. Bagi komunitas sepeda gunung harus memesan jadwal terlebih dahulu dengan pengelola karena pada hari libur atau akhir minggu banyak peminat. Tempat ini berawal dari komunikasi di jejaring media sosial tentang potensi wisata alam dengan salah sejumlah anggota komunitas sepeda. Setelah diskusi panjang dan survei ke lokasi, bukit rumpit dinilai cocok dan menantang untuk pecinta sepeda gunung. Kedepannya tempat ini disinergikan dengan sejumlah potensi yang ada seperti agrowisata, wisata industri kreatif berbahan kayu dan bambu, serta industri makanan ringan yang dapat menjadi kampung wisata dan wirausaha.Tingkat kunjungan wisatawan ke bukit rumpit semakin meningkat libur lebaran dan libur akhir pekan jumlah pengunjung di atas 200 orang per-hari, sedangkan komunitas sepeda gunung yang sengaja mencoba jalur sepeda gunung rata-rata di atas 20 orang per-hari khususnya pada hari liburan.[40][41]
Wisata Sawah Wates
Merupakan objek wisata yang berlatarbelakang persawahan di Somawangi.[42][43]