Definisi kereta inspeksi (KAIS) di Indonesia mirip dengan yang direkomendasikan oleh Federal Railroad Administration (FRA) di Amerika Serikat maupun menurut Union internationale des chemins de fer (UIC). Kereta Inspeksi didefinisikan sebagai pengawasan terhadap kelaikan teknis dan operasional penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian yang ada di pulau Jawa ataupun pulau Sumatera.[1] Kereta inspeksi umumnya memiliki peralatan detektor untuk menguji prasarana secara kualitatif serta ruang kerja layaknya kantor berjalan.
Generasi pertama dari kereta-kereta inspeksi milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini ada tiga, yaitu Sriwijaya, RailOne (dahulunya "Relawan"), dan Wijayakusuma. Ketiganya merupakan hasil modifikasi dari KRD MCW 302 yang telah lama mangkrak sehingga dimodifikasi menjadi kereta inspeksi. Semua kereta inspeksi ini sekarang sudah berada ke Sumatra untuk memenuhi kebutuhan angkutan inspeksi di sana. Khusus KAIS Sriwijaya, kereta ini sudah lama berdiam di Subdivre III.2 Palembang (sekarang Divre III).
Selama berkarier di Jawa, RailOne dahulu diandalkan sebagai voorijder (iring-iringan) KA Kepresidenan, lebih-lebih pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga awal-awal Joko Widodo menjabat.[2] RailOne juga merupakan satu-satunya KAIS generasi pertama yang menjalani modifikasi kabin agar tampil modern.
Untuk mengenang pengoperasian KAIS Wijayakusuma di Jawa, saat ini telah dibuatkan replika kabinnya di Loko Café Cirebon.[3]
Permasalahan operasional KAIS Generasi kedua dan ketiga
Generasi kedua ini dibuat untuk menggantikan dua kereta inspeksi yang akan dimutasi ke Sumatra. Kereta inspeksi generasi kedua ini juga dibuat dari modifikasi KRD MCW 302, tetapi dengan modifikasi besar-besaran pada bodi kereta serta memiliki dua unit dalam satu rangkaian. Bahkan dalam sejumlah bocoran, awalnya kereta inspeksi ini disebut New RailOne untuk membedakannya dengan RailOne asli. Edi Sukmoro meluncurkan KAIS 2 ini pada tanggal 6 Januari 2018 dengan skema warna hijau-putih.[5]
Belum puas dengan KAIS ini, KAI justru menambah lagi KAIS. Sukmoro mengakui bahwa dengan dimutasinya dua KAIS di Sumatra berarti perlu menambah satu lagi KAIS. Sukmoro juga berdalih bahwa dengan panjang jaringan kereta api aktif 5.600 km "memaksa" agar KAI menambah lagi satu KAIS.[6] Sehingga, lahirlah KAIS 3 yang livery-nya menyerupai VR Sm3 dengan dominan putih.
KAIS 2 ini merupakan KAIS yang tidak bertahan lama. Lebih dari setahun ia mengabdi, ia pun akhirnya berganti menjadi Kereta Istimewa yang diluncurkan pada peringatan Hari Kereta Api ke-74 tahun, 28 September 2019. Berbeda dengan fungsi lamanya sebagai kereta inspeksi, kereta istimewa ini disewakan seperti layaknya kendaraan pariwisata dan dibanderol dengan tarif Rp19 juta.[7][8] Otomatis, KAIS hanya tersisa satu.
KAI pun akhirnya membuat lagi KAIS. Kali ini KAI membuat rangkaian KAIS panjang dengan moncong yang lebih aerodinamis, mirip dengan bus-bus rel yang dahulu pernah diproduksi oleh PT INKA untuk operasional Bathara Kresna, Kertalaya, dan Lembah Anai. Tahun Baru 2020 menjadi awal dari operasional KAIS 4.[9]
Operasional KAIS ini menjadi kontroversial sekaligus monumental. Seringnya penggunaan KAIS pada era Sukmoro pernah disorot oleh Dirut sebelumnya, Ignasius Jonan. Menurut Jonan, Sukmoro seharusnya "merasakan [perjalanan] langsung bersama pelanggan [kereta api]". Sebutan untuk KAIS (terutama KAIS 3) muncul sebelumnya, yang paling dikenal di kalangan penggila kereta api adalah "angkot ayah". Bahkan Jonan pun turut menyoroti masalah keterlambatan kereta api reguler maupun tambahan akibat operasional KAIS ini.[10] KAIS 4 yang dinaiki oleh rombongan Wakil Presiden pun tak luput dari kontroversi ini. Pada tanggal 30 Januari 2020, rombongan Wakil Presiden menggunakan KAIS 4 untuk meninjau banjir bandang di Kabupaten Lebak. Namun sayangnya, kunjungan ini diwarnai permasalahan dengan para pengguna jasa KRL Commuter Line karena dituding mengganggu perjalanan KRL.[11]
Sementara itu, KAIS 3 merupakan KAIS pertama yang menapaki jalur reaktivasi Cibatu–Garut. Keberadaannya justru disambut antusias oleh warga Garut, terutama mereka yang bernostalgia bersama kereta api yang kini telah direaktivasi sehingga masyarakat tidak perlu lagi datang ke Stasiun Cibatu untuk naik kereta api.[12]
Berbeda dengan KAIS KAI, KAIS milik Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) benar-benar merupakan KAIS, yang memiliki fungsi sesuai dengan Peraturan Menteri No. 86 Tahun 2018, yaitu untuk pengawasan terhadap prasarana milik DJKA. KAIS-KAIS di bawah ini dibuat oleh PT InkaMadiun.
Pada tanggal 16 Juli 2014, sekitar pukul 23.45, KAIS Sindoro yang baru saja ditumpangi Wakil Menteri Perhubungan ditabrak derek di lintasan Desa Banjarkemantren, Buduran, Sidoarjo. Kejadian itu terjadi karena saat KAIS melintas dari arah selatan, palang pintu masih terbuka. Akibatnya, pengendara pun tidak mengetahui bahwa ada kereta yang melintas saat itu. Kecelakaan pun terjadi dan memakan 2 korban yaitu sang masinis dan seorang pengendara motor yang sedang melintas. Akhirnya, KAIS Sindoro yang rusak parah diperbaiki oleh INKA dan diganti namanya menjadi KAIS Kaldera Toba.[13]