Kota Karawang (aksara Sunda: ᮊᮛᮝᮀ) adalah Pusat Pemerintahan / Ibukota dari Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. wilayahnya terdiri dari Kecamatan Karawang Barat dan Kecamatan Karawang Timur, hasil Pemekaran dari Kecamatan Karawang. Saat ini, Cakupan Area Kota Karawang telah meluas pada Kecamatan Sekitarnya seperti Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur . Rencananya Kota ini akan dimekarkan dari Kabupaten Karawang dengan Wilayah Meliputi : Karawang Barat, Karawang Timur, Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Klari, Purwasari, Cikampek, dan Kotabaru . Calon Wilayah Kota Karawang akan memanjang sepanjang Jalur Tol Jakarta - Cikampek dari mulai Karawang Barat hingga Cikampek. Terdapat usulan Pemekaran secara mandiri untuk Wilayah Cikampek, namun melihat Potensi yang ada, akan lebih baik Wilayah Cikampek bergabung bersama Kota Karawang .[butuh rujukan]
Kota Karawang akan memiliki Luas Wilayah sebesar 351,24 km2 dan Penduduk sebanyak 1.050.384 sehingga Kota Karawang akan menjadi salah satu Kota Metropolitan Baru di Indonesia dan Menjadi Kota Terbesar di Wilayah Metropolitan PURWASUKA (Purwakarta, Subang dan Karawang).[butuh rujukan]
Sejarah
Etimologi
Kata "karawang" muncul pada Naskah Bujangga Manik dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Bujangga Manik menuliskan sebagai berikut:
Leteng karang ti Karawang,
Leteng susuh ti Malayu,
Pamuat aki puhawang.
Dipinangan pinang tiwi,
Pinang tiwi ngubu cai,
Dalam bahasa Sunda, karawang mempunyai arti "penuh dengan lubang". Bisa jadi pada daerah Karawang zaman dulu banyak ditemui lubang.[butuh rujukan]
Penyebaran Islam
Agama Islam mulai dianut masyarakat setempat pada masa Kerajaan Sunda, setelah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi, konon dari Makkah, yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro", Syekh Quro merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke Majapahit dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho(Kapal Laksamana Cheng Ho tercatat mendarat di Pelabuhan Muara Jati, Kerajaan Singapura (cikal bakal Kesultanan Cirebon pada tahun 1415[1].), ketika kapal sudah berada di Pura, Karawang, Syekh Quro beserta pengikutnya turun dan tinggal untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Pura dan kemudian menikah dengan Putri Ki Gede Karawang yang bernama Ratna sondari[2] dan meluaskan pengajarannya hingga ke wilayah Pura Dalem (Pedalaman Pura) kemudian mendirikan pesantren di Desa Pulo Kelapa (sekarang masuk kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Karawang)
Dari pernikahannya dengan Ratna Sondari, Syekh Quro memiliki seorang anak yang diberi nama Ahmad, Ahmad inilah yang kemudian dikenal dengan nama Syekh Ahmad (Penghulu Pertama di Karawang), Syekh Ahmad pernah diperintahkan oleh ayahnya untuk membantu Syekh Nur Jati atau Syekh Datuk Kahfi di Pesambangan (sekarang masuk wilayah kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon).[butuh rujukan]
Hubungan penyebaran Islam di Karawang dengan Kesultanan Cirebon
Puteri Ki Gede Karawang yaitu Ratna sondari memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung (letaknya berdekatan dengan Gunung Jati) atau dikenal dengan sebutan (Nur Giri Cipta Rengga) yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu, yang sampai sekarang masih digunakan dan terawat baik.[3]
Syekh Ahmad (Anak Syekh Quro dengan Ratna sondari) kemudian berkeluarga dan memiliki seorang putera bernama Musanudin, Musanudin inilah yang kemudian menjadi Lebai di Kesultanan Cirebon dan memimpim Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati. Pengangkatan juru kunci di situs makam Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman, Cirebon. Syekh Quro memberikan ajaran yang kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Wali Sanga. Makam Syeikh Quro terletak di Pulobata, Kecamatan Lemahabang.[butuh rujukan]
Ekonomi
Kota Karawang merupakan lokasi dari beberapa kawasan industri, antara lain Karawang International Industry City KIIC, Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City atau BIC di jalur Cikampek (Karawang). Salah satu industri strategis milik negara juga memiliki fasilitasnya di deretan kawasan industri tersebut, yaitu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (http://www.peruri.co.id/) yang mencetak uang kertas, uang logam, maupun dokumen-dokumen berharga seperti paspor, pita cukai, meterai dan lain sebagainya. Di bidang pertanian, Karawang terkenal sebagai lumbungpadi Jawa Barat.[4]