Paket First Media ditawarkan dengan nama Stream, Joy dan Star, dimana masing-masing untuk layanan internet + OTT, internet + TV berlangganan dan ketiganya. Masing-masing juga memiliki varian value (hemat), pro dan premium.[3] Selain produk internet dan TV berlangganan, First Media memiliki layanan OTT dengan dua aplikasi, yaitu FirstMediaX (yang memungkinkan pelanggan menyaksikan tayangan dari saluran yang ada di gawai mereka) dan First+ (kolaborasi dengan sejumlah OTT eksternal seperti Viu dan Catchplay+). Tersedia juga layanan teknologi tinggi dalam merek First Living dan First Cloud. First Living adalah layanan rumah pintar (smart home) yang mampu diatur dari telepon pintar, sedangkan First Cloud menyediakan penyimpanan cloud kepada konsumen.[1]
Pasca-akuisisi LinkNet oleh Axiata, saat ini First Media juga memiliki produk kerjasama dengan XL Axiata yang menawarkan internet dalam dan luar rumah berkecepatan tinggi yang bebas kuota.[1]
Saluran eksklusif
Di samping memberikan layanan televisi berbayar, First Media juga menjalankan sejumlah saluran televisi eksklusif/in-house, yang dimiliki oleh PT First Media Production. Saluran-saluran tersebut antara lain:
Selain menyediakan layanan internet dan TV kabel kepada pelanggannya, First Media juga menghadirkan produk dekoder berbasis Android bernama OneStream yang ditujukan kepada masyarakat (terutama yang tidak terjangkau jaringan First Media) untuk dapat menikmati tayangan TV berlangganan First Media sekaligus mengubah televisinya menjadi smart TV (itu berarti produk ini sejenis dengan NexVidio keluaran Nex Parabola, Transvision Xstream ataupun Vision+ TV keluaran MNC Play). Meski begitu, jumlah saluran yang disediakan lebih sedikit dari TV kabel konvensionalnya dengan hanya 121 saluran TV.[4][5]
Perkembangan
Layanan First Media secara historis masih memiliki keterkaitan dengan korporasi bernama PT First Media Tbk, sebagai perintis bisnisnya sebelum diambilalih PT LinkNet Tbk. Layanan ini merupakan peleburan dari sejumlah layanan televisi kabel dan internet yang pernah dirintis kedua perusahaan tersebut, saat masih sama-sama dikuasai oleh Grup Lippo. Meskipun saat ini nama HomeCable dan FastNet masih digunakan,[1] penggunaannya terbatas hanya pada internal perusahaan saja.
Pada mulanya layanan televisi berlangganan First Media dikenal dengan nama KabelVision, yang diluncurkan pada tanggal 1 Maret 1999, sebagai layanan televisi kabel pertama di Indonesia.[6] Layanan tersebut sebelumnya dirintis oleh PT Aditirta Indonusa, sebuah perusahaan yang sudah merintis bisnis tersebut dalam skala kecil di sejumlah pemukiman elit di Jabodetabek sejak 1994,[7] sebelum akhirnya diakuisisi oleh PT Broadband Multimedia (pengelola KabelVision). Pada tahun 2003 layanan KabelVision mencatatkan angka 100.000 pengguna yang tersebar di Jabodetabek, Bali dan Surabaya.[8]
Mulanya KabelVision menggunakan sistem berbasis televisi analog, dimana kabel disambung ke kabel antena di rumah dan televisi yang tersambung dengannya dapat langsung menikmati layanan TV berlangganan. Sejak tahun 2006 hingga 2008, sistem siarannya berubah dari berbasis analog menjadi televisi digitalDVB-C[8] berfrekuensi 870 Mhz. Siarannya menjadi disalurkan lewat kabel koaksial yang dipasang mengikuti saluran listrik PLN dan memiliki ujung terminal di Jakarta (Citra Graha), Bali (Denpasar), dan Surabaya (Gubeng). Digitalisasi memungkinkan kompresi data yang lebih besar untuk ditransmisikan melalui kabel, dengan demikian meningkatkan kapasitas kabel untuk melakukan transmisi internet berkecepatan tinggi, hingga mampu mentransmisi 100 saluran TV secara serempak, serta volume data yang sangat besar yang diperlukan demi kelancaran aplikasi beberapa industri.
Sementara itu, sejak tahun 2000 PT LinkNet juga sudah mengembangkan layanan televisi digitalnya sendiri, dengan nama Digital1,[1] namun mulai dipromosikan secara masif sejak Agustus 2005.[9] Siaran Digital1 dijalankan dengan teknologi DVB-C. Pada tahun 2007, merek KabelVision dan Digital1 dileburkan menjadi satu merek bernama HomeCable yang menjadi layanan televisi berlangganan dari PT First Media Tbk. Pada tahun 2011 pengelolaan HomeCable dialihkan ke anak usahanya yang baru dibentuk, bernama PT First Media Television (FMTV),[8] dan di tahun 2015, PT FMTV diakuisisi oleh PT LinkNet Tbk.[1] Inovasi-inovasi pun dilakukan seperti lewat peluncuran kanal HD di tanggal 1 September 2010 (dengan nama First HD), adanya produk video on demand (VOD) di tahun 2011, diluncurkannya aplikasi First Media Live (kemudian First Media GO dan First Media X) sebagai layanan OTT dan personal video recorder dari HomeCable,[8] penggunaan dekoder berbasis Android pada 2014,[10] dan siaran Ultra HD di bulan Juni 2016.
Dekoder utama yang digunakan oleh layanan HomeCable mulanya adalah Eastern Electronics SE-830, yang mengubah sinyal digital menjadi sinyal audio/video analog. Belakangan dekodernya berganti menjadi HD Samsung SMT-C5050, yang memiliki kapabilitas penerimaan tayangan HD, layanan video-on-demand, fitur perekaman digital serta time shifting. Namun, sejak 2022, dekoder tersebut telah banyak diganti dengan dekoder Smart Box X1 4K berbasis Android, yang memiliki fitur seperti videostreaming, rekaman video pribadi (Personal Video Recording), timeshift, dan catch-up TV sampai dengan 7 hari ke belakang, serta menikmati konten TV dengan kualitas 4K.[1] Adaptasi dekoder produksi Jiuzhou tersebut menandakan HomeCable kini juga mentransmisikan siarannya melalui IPTV, selain melalui kabel seperti biasanya.[11]
Layanan internet
Sejak mulai beroperasi di tahun 2000 usaha PT LinkNet sudah berbasis di bidang penyedia jasa internet berbasis jaringan kabel pita lebar, dengan produk awal bernama DigitalNet, yang kemudian menjadi MyNet (2004).[1][12] Adapun KabelVision saat itu meskipun masih sebagai penyedia televisi berlangganan kabel, juga membuka layanan internet yang bekerjasama dengan sejumlah provider seperti CBN, Centrin Online, IndosatNet, LinkNet, Mweb dan Uninet. Paket bundling kerjasama ini diberi nama KabelVision Cyber Entertainment (awalnya K@BELNET). Adapun jalurnya akan menggunakan kabel televisi KabelVision, sedangkan komunikasinya dilakukan melalui sejumlah ISP tersebut.[13][14][15]
Di bulan Juni 2007, produk MyNet resmi digantikan oleh FastNet, sebuah produk jaringan layanan internet broadband berkecepatan tinggi melalui kabel untuk pengguna di daerah hunian, seperti kompleks perumahan dan apartemen dengan kecepatan layanan mencapai 100 Mbps.[12] Pada saat diluncurkan produk ini menawarkan layanan internet murah (Rp 99.000 untuk 384 kbps, saat itu harga umumnya mencapai Rp 200.000-300.000) sehingga cukup mendapat sambutan hangat dari masyarakat. FastNet juga diklaim sebagai ISP pertama di Indonesia yang kecepatannya mencapai 10 Mbps, dan pada Februari 2010, fitur FastNet Kids diluncurkan yang menyasar pengguna internet ramah anak.[8] Inovasi lainnya dalam hal kecepatan, meliputi peluncuran jaringan berkecepatan 100 Mbps di tahun 2013 dan 1 Gbps di tahun 2016.[1]
FastNet tidak menggunakan saluran telepon dalam menyediakan akses Internet, tetapi menggunakan jaringan pita lebar tersendiri bertipe Hybrid Fiber-Coaxial (HFC). Hal ini menyebabkan jangkauan areanya tidak seluas ADSL yang menggunakan saluran telepon, karena kabel pita lebar harus ditunjang dengan penggunaan fiber optik yang masih jarang digunakan di Indonesia. FastNet menggunakan standar teknologi DOCSIS (Data Over Cable Service Interface Specification) untuk menyalurkan layanan Internet ke pelanggan. Di sisi pelanggan dibutuhkan Cable Modem DOCSIS agar dapat memakai layanan internet FastNet. Saat masih ditawarkan sebagai produk mandiri (tidak di-bundle), layanannya ditawarkan dalam kecepatan 384 Kbps-3 Mbps dengan harga Rp 135.000-1.195.000.
Selain untuk konsumen, sejak 2002, PT LinkNet juga mengembangkan layanan internet bagi korporasi/bisnis dengan nama DataComm,[8] yang kemudian berganti nama menjadi First Media Business di tahun 2017 dan Link Net Business di tahun 2022. Layanan ini telah meraih dari 2.320 pelanggan di tahun 2022,[1] baik untuk sektor korporasi, pemerintahan, dan lainnya. DataComm juga merupakan penyedia tunggal layanan data komunikasi bagi sistem JATS Remote Trading Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) yang memungkinkan para pialang saham untuk melakukan perdagangan efek secara remote dari kantor mereka masing-masing lewat jaringan serat optik.
Produk bundling
Meskipun sudah menggarap paket internet dan televisi berlangganan sejak KabelVision beroperasi, namun PT First Media Tbk baru mulai serius mengelola kombinasi keduanya dalam layanan triple play di tahun 2007, setelah nama perusahaan dan produknya diganti.[8] Pada tahun 2008, perusahaan tersebut mengakuisisi kepemilikan LinkNet (yang juga dimiliki Lippo), yang disusul reorganisasi pada tahun 2011 dimana aset jaringan PT First Media Tbk dialihkan kepada PT LinkNet. Empat tahun kemudian, PT LinkNet Tbk juga mengakuisisi seluruh saham PT First Media Television, pengelola HomeCable.[12][16] Seiring konsolidasi di bidang korporasi, perusahaan tersebut juga menawarkan berbagai paket-paket kombinasi layanan internet (FastNet) dan televisi kabel (HomeCable), demi meraih pasar yang lebih luas.[17] Hal ini seiring minat konsumen yang lebih menyukai layanan berbasis triple play dibanding masing-masing produk secara individu.
Paket-paket tersebut dipasarkan dalam bendera First Media.[12][16][18] Sebagai contoh, pada Mei 2015, diluncurkan paket Combo Ultimate X1 HD dengan kecepatan 100 Mbps dan Combo Infinite X1 HD untuk kecepatan 200 Mbps, serta meningkatkan paket Combo Maxima X1 HD dengan layanan dual broadband.[19] First Media kemudian memiliki 8 paket combo yaitu Family, Family Plus, D'Lite, Elite, Supreme, Maxima, Ultimate, dan Infinite.[20] Semakin lama, pembedaan antara merek dan layanan HomeCable, FastNet dan Datacomm semakin kabur/ditinggalkan, digantikan layanan triple play di bawah bendera First Media. Hal ini terjadi meskipun layanan tersebut tidak dijalankan oleh PT First Media Tbk secara langsung, melainkan oleh LinkNet, anak usahanya.[b] Diperkirakan, jumlah pelanggan layanan kombinasi internet + TV berlangganan di bawah First Media naik dari 580.000 di tahun 2012[8] menjadi 816.000 di tahun 2020.[21]
Akuisisi Axiata
Pada tahun 2022, PT First Media Tbk menjual keseluruhan sahamnya di PT LinkNet Tbk kepada Axiata.[1] Hal ini membuat koneksi langsung antara First Media sebagai perusahaan dan merek layanan "First Media" resmi berakhir. Namun, merek "First Media" tetap digunakan oleh LinkNet dikarenakan kerjasama merek yang disepakati kedua perusahaan di tahun 2011.[1] Kerjasama lainnya yang tersisa adalah suplai program-program dan saluran in-house yang diproduksi/disediakan anak usaha PT First Media Tbk, PT First Media Production kepada layanan HomeCable/First Media milik LinkNet.[22]
Dengan akuisisi tersebut, maka produk First Media dan bisnis LinkNet kemudian disinergikan dengan XL Axiata. XL Axiata menjadi operator seluler pertama yang menjalankan bisnis berbasis konvergensi layanan internet fixed dan mobile (fixed-mobile convergence/FMC) di Indonesia, sesuatu yang kemudian juga ditiru operator lainnya, seperti ketika Telkomsel mengakuisisi bisnis IndiHome.[23] Sebenarnya bisnis tersebut sudah dirintis XL sejak Juni 2021, dengan nama XL Satu.[24] Dengan adanya perluasan diharapkan jaringan LinkNet bisa menembus 5 juta rumah dan layanan First Media bisa dinikmati di Sulawesi, Kalimantan, dan daerah lainnya.[25] Pada awal 2023, paket-paket yang ditawarkannya juga dikemas ulang menjadi paket Joy, Stream dan Star (sebenarnya kesemua paket tersebut sudah diperkenalkan sejak akhir 2022),[26] yang ditambah percepatan internet hingga 5 kali.[27]
^Layanan televisi dijalankan oleh anak usaha LinkNet, PT First Media Television, sedangkan LinkNet hanya mengoperasikan jaringan internet.
^Hal serupa dapat ditemukan pada Telkom Indonesia dengan layanan UseeTV (televisi berlangganan) dan IndiHome (internet). Keduanya kemudian dibundel sehingga nama UseeTV kalah populer dibandingkan IndiHome, bahkan di tahun 2022 menjadi IndiHome TV.