Bismut(III) oksida adalah senyawa bismut yang paling diperlukan di dalam bidang perindustrian. Senyawa ini juga merupakan titik awal dalam proses atau percobaan kimia yang berkaitan dengan unsur bismut. Senyawa ini dapat ditemui secara alami dalam bentuk mineral bismit (monoklinik) dan sfaerobismoit (tetragonal, jauh lebih langka), tetapi biasanya diperoleh sebagai produk sampingan dari proses peleburan bijih tembaga dan timbal. Bismut trioksida sering kali digunakan untuk menghasilkan efek "telur naga" dalam kembang api sebagai pengganti timbal merah.[1]
Bismut oksida, Bi2O3, memiliki lima polimorf kristalografi. Fase dalam suhu ruangan, α-Bi2O3, memiliki struktur kristal monoklinik. Terdapat tiga fase dalam suhu yang tinggi, yaitu fase β yang berbentuk tetragonal, fase γ yang berbentuk kubik berpusat badan, dan fase δ yang berbentuk kubik.
Preparasi
Bismut trioksida dibuat dari bismut subnitrat. Bismut subnitrat sendiri dihasilkan dengan melarutkan bismut ke dalam asam nitrat yang panas. Penambahan natrium hidroksida yang berlebih disertai dengan pemanasan akan mengakibatkan pengendapan bismut(III) oksida sebagai bubuk kuning yang berat.
Reaksi
Oksidasi dengan amonium persulfat dan soda encer akan menghasilkan bismut tetraoksida. Elektrolisis bismut(III) oksida di dalam larutan alkali yang panas dan memiliki konsentrasi tinggi akan menghasilkan endapan merah bismut(V) oksida. Bismut(III) oksida juga dapat bereaksi dengan asam-asam mineral untuk menghasilkan garam-garam bismut(III).
Shannon, R. D. (1976). "Revised effective ionic radii and systematic studies of interatomic distances in halides and chalcogenides". Acta Crystallographica Section A. 32 (5): 751–67. Bibcode:1976AcCrA..32..751S. doi:10.1107/S0567739476001551.
Vannier, R.N.; Mairesse, G.; Abraham, F.; Nowogrocki, G. (1993). "Incommensurate Superlattice in Mo-Substituted Bi4V2O11". Journal of Solid State Chemistry. 103 (2): 441–6. Bibcode:1993JSSCh.103..441V. doi:10.1006/jssc.1993.1120.